Ditulis oleh: Febria Silaen
Nggak takut anak bakal ketinggalan pelajaran tuh, kalau kelamaan istirahat di rumah karena sakit?
Pertanyaan ini sudah sering banget masuk dan keluar di kuping saya. Dan jawaban saya sejak anak saya duduk di Taman Kanak-Kanak, hingga kelas 5 Sekolah Dasar saya ini tetap sama.
“Takut? Tentu Tidak!”
Jawaban ini tentu bukan mau menyombongkan diri kalau anak saya itu pintar atau nggak bakal ketinggalan tugas dan pelajaran di sekolah ya. Tapi memang saya tidak takut kalau anak ketinggalan pelajaran karena sakit. Justru yang saya takut, kalau anak saya itu malah dijauhkan oleh teman sekolah karena sakit namun tetap masuk sekolah.
Ya, jangankan anak kecil, kita saja kalau sakit batuk dan pilek bisa membuat orang lain nggak nyaman kalau dekat-dekat. Apalagi anak-anak. Mereka bisa juga dikucilkan teman-teman di sekolah karena batuk dan pilek yang mengganggu.
Karena itu saya tidak takut mencutikan anak seminggu meski katanya hanya sakit batuk dan pilek. Bahkan ketika anak sakit cacar, selama dua pekan tidak masuk sekolah. Lama ya? Iya lama banget sih. Karena saya memastikan benar kalau cacar anak saya sudah sembuh . Alias tidak ada indikasi akan menularkan ke teman di sekolah.
Selain itu, ternyata keputusan saya untuk meliburkan anak lebih dari tiga hari dari sekolah pun dimaklumi sekolah. Bahkan, menurut pihak sekolah kalau anak sakit masuk sekolah seringkali membuat anak-anak lain silih berganti tidak masuk.
Baca juga:
3 Kesalahan Orangtua yang Memiliki Anak SD
Dan tentu saja ada baiknya kok keputusan saya untuk membiarkan anak yang sedang sakit beristirahat di rumah lebih lama.
Ya, nggak hanya anak, sebagai orang dewasa saja kalau sudah bekerja di luar rumah dalam kondisi sedang tidak fit dan harus minum obat seringkali lalai minum obat. Ngaku deh! Begitu juga dengan anak, untuk mendisiplinkan diri minum obat teratur 3x sehari tentu repot. Apalagi kalau minum obat waktu siang di sekolah. Sudah repot membawakan obat bahkan menulis pesan di sehelai kertas berisikan pesan, “Jangan lupa minum obat!”, tetap saja anak sering lupa. Akhirnya proses penyembuhan pun lama. Karena itu saya memang lebih senang membiarkan anak istirahat di rumah lebih lama ketika sakit. Setidaknya pengawasan untuk minum obat secara teratur lebih mudah. Dan anak tidak terlewat jam minum obatnya.
Sekolah seringkali membuat anak capek. Sama seperti kita juga, terkadang perlu waktu istirahat dari aktivitas sehari-hari. Karena itu menikmati waktu ketika sakit, membuat anak bisa memiliki waktu lebih banyak di rumah. Mungkin sakit tidak selalu negatif ya. Dengan sakit, tubuh memang meminta untuk istirahat. Karena itu biarkan anak bisa mengistirahatkan tubuhnya dengan lebih rileks di rumah. Me time untuk anak ketika di rumah membuat anak lebih bersemangat ketika masuk sekolah lagi. Ini akan lebih baik, ketimbang memaksa anak masuk sekolah ketika hidungnya masih meler atau batuk yang tidak henti. Kondisi tidak nyaman karena sakit, membuat anak bisa trauma untuk ke sekolah.
Nah, ini bener deh. Ketika anak sakit, saya juga tidak ragu untuk mengajukan cuti beberapa hari. Apalagi saat memang kondisi anak lemas dan membutuhkan perhatian dari ibunya. Cuti dan merawat anak yang sedang sakit di rumah itu membuat saya lebih dekat. Ada waktu yang tidak perlu dikejar. Maklum, biasa kalau hari kerja dan anak sekolah maka pagi hari akan menjadi sibuk. Tapi kalau anak sakit dan istirahat di rumah, saya merasa sedikit lebih santai. Ini pun membuat suasana hati lebih rileks. Sehingga saya pun merasa lebih intim ketika dekat dengan anak. Saya dan anak bisa seharian di tempat tidur sambil menemaninya bercerita atau tidur siang. Ini menyenangkan, menurut pengakuan anak saya bisa tidur siang bersama ibunya.
Tapi tentu saja ini pengalaman saya. Bagaimana menurut Mommies di sana? Setuju nggak sih kalau anak sakit lebih baik istirahat di rumah hingga sembuh benar.
Baca juga: