banner-detik
KIDS

3 Kesalahan Orang Tua yang Memiliki Anak SD

author

fiaindriokusumo23 Aug 2021

3 Kesalahan Orang Tua yang Memiliki Anak SD

Karena nggak tega, tanpa sadar kita malah menjerumuskan anak menjadi pribadi yang tidak bertanggung jawab. Berikut kesalahan orang tua dalam mendidik anak SD.

Peralihan dari anak TK menjadi anak SD membutuhkan penyesuaian tertentu. Namun, tidak hanya anak, orang tua juga perlu beradaptasi. Apa saja yang perlu diperhatikan? Banyak! Terutama untuk tidak ikut campur pada tanggung jawab anak di sekolah.

Orang tua seringkali masih sibuk mengurus keperluan anak bahkan untuk printilan yang kurang penting.

Saya paham, sebagai orangtua kita tentunya ingin memastikan kebutuhan anak-anak terpenuhi. Kita tidak ingin melihat anak kita frustasi, sedih, takut, khawatir dan sebaganya. Masalahnya, memasuki usia SD itu, menurut saya, adalah masa transisi mereka ke usia remaja lalu dewasa. Bukankah mereka seharusnya dikenalkan dengan realitas kehidupan?

murid sekolah

Dan masa transisi itu akan lebih mudah jika orang tua tidak  melakukan tiga kesalahan dalam mendidik anak SD berikut:

1. Sibuk mencari alasan untuk kesalahan yang anak lakukan

Percaya deh, penting banget anak-anak itu belajar yang namanya sebab akibat, konsekuensi dari apa yang mereka perbuat. Anak tidak mengerjakan tugas sekolah? Ya biarkan saja mereka mendapat teguran dari guru atau mendapat nilai kurang untuk mata pelajaran tersebut. Biarkan mereka menjelaskan sendiri ke gurunya, kenapa mereka lalai.

Anak salah memakai seragam? Ya tidak perlu tergopoh-gopoh meminta orang rumah untuk mengantarnya. Anak bangun siang, lalu terlambat? Biarkan dia dihukum. Jangan kita yang sibuk mencari alasan dan memberi penjelasan ke wali kelasnya. Apalagi alasannya dibuat-buat.

Biar anak belajar, bahwa the real world doesn’t work sesuai kehendak mereka. Tidak nyaman memang melihat anak ketakutan. But that moment of unhappiness teaches a lifelong lesson. Ke depannya, mereka akan belajar untuk bertanggung jawab.

anak usia sekolah

2. Membantu mereka melakukan segalanya

Menyiapkan buku-buku sekolah anak dan tas sekolahnya.

Menyiapkan seragam serta sepatunya.

Mengerjakan tugas sekolahnya yang menurut kita sulit.

Membawakan barang-barang yang ketinggalan.

Kalau hal-hal ini terjadi hanya di minggu awal tahun ajaran, saya masih bisa maklum. Namun, kalau terus menerus begini bahkan sampai si anak duduk di kelas 3 SD, please lah! Coba ajarkan anak-anak rutinitas harian di rumah, karena hal ini bisa berpengaruh ke kehidupan mereka di sekolah. It helps them learning about self responsibility.

Memang apa salahnya sih menyiapkan tas sekolah anak? Salah, karena itu membuat mereka tidak sadar pelajaran apa yang akan mereka hadapi di sekolah. Anak tidak belajar bertanggung jawab dengan barang-barangnya. Mereka akan berpikir, Mommies lah yang harus melakukan segalanya--yang mana itu tidak benar. Ajarkan mereka pentingnya menyiapkan segala sesuatu sendiri.

anak belajar

3. Memberikan rewards nyaris untuk segala hal

Mohon maaf, tapi kalau:

Nilai ulangan bagus sedikit dapat hadiah.

Sekolah nggak terlambat dapat hadiah.

Bangun tepat waktu dapat hadiah.

Rajin hadir di setiap kelas les tambahan dapat hadiah.

Apa yang mau kita ajarkan? Bahwa melakukan apa yang sudah menjadi kewajiban mereka itu layak mendapat hadiah? Itu semua kan kewajiban mereka sebagai seorang murid.

Belajar, masuk sekolah tepat waktu, bangun tidur sesuai jadwal, les atau ekskul. Ibarat di dunia kerja, ketika melakukan pekerjaan sesuai job description, ya memang itu sudah tugas kita, bukan? Ketika mau mendapatkan kenaikan gaji, ya kita harus melakukan sesuatu di luar job description atau di atas standar yang ada.

Maka pesan saya, biarkan anak-anak kita mengalami apa yang namanya melakukan kesalahan ya, Mommies. Tugas kita adalah menunjukkan pelajaran apa yang bisa mereka dapat dari setiap kesalahan dan kegagalan.

BACA JUGA:

Mommies, Yuk, Cermati Perkembangan Psikologi Anak Usia Sekolah

Deteksi Dini Kesehatan Kecerdasan Anak Usia Sekolah

Share Article

author

fiaindriokusumo

Biasa dipanggil Fia, ibu dari dua anak ini sudah merasakan serunya berada di dunia media sejak tahun 2002. "Memiliki anak membuat saya menjadj pribadi yang jauh lebih baik, karena saya tahu bahwa sekarang ada dua mahluk mungil yang akan selalu menjiplak segala perilaku saya," demikian komentarnya mengenai serunya sebagai ibu.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan