Putri Tanjung, “Jadi Pengusaha, Harus Menghargai Proses, Menikmati Masa-masa Jatuh Bangun”

Reflection on Childhood

?author?・22 Jul 2019

detail-thumb

Usia Putri Tanjung baru 22 tahun, tapi mentalnya sebagai pengusaha sudah terpatri sejak belasan tahun. Nilai-nilai apa saja yang diajarkan orangtua Putri, hingga terbentuk karakter anak muda yang nggak gampang menyerah?

Putri Tanjung - Mommies Daily

Humble, pintar, dan humoris – tiga kata yang saya dapat dari kesan pertama bertemu Putri Tanjung, saat sesi wawancara di kantor Female Daily Network. Pembawaan anak mudanya tergambar jelas dari gaya bicara dan pakaian yang ia kenakan. Tapi, begitu ngobrol hal-hal serius, Putri bisa menjawab dengan lugas semua pertanyaan yang Mommies Daily utarakan.

Muda dan berkarya, mungkin dua kata itu pantas disematkan kepada Putri. Sempat dibayangi kesuksesan saya ayah Chairul Tanjung, sebagai pengusaha, Putri mencari apa yang bisa dilakukan, untuk membuktikan, bahwa dia bisa berdaya dengan diri dan karyanya sendiri.

Di usia 15 tahun dia memberanikan diri membuat usaha di bidang event organizer. Mengandalkan networking pertemanan, untuk menjajakan jasanya membuat pesta ulang tahun. Hingga kini Putri sukses sebagai Founder & CEO Creativepreneur Event Creator. Tak hanya dikenal sebagai Entrepreneur, Putri juga punya keahlian sebagai Content Strategist, Marketing Strategist dan Creative Director.

Nilai apa saja, ya, yang ayah dan ibunya turunkan kepada Putri, sehingga dirinya menjadi Putri yang seperti sekarang? Langsung saja, simak obrolan MD dengan jebolan dari President Permias Academy of Art University San Francisco berikut ini.

Tiga hal yang paling kamu suka dari diri kamu?

Pekerja keras, kreatif dan saya orangnya suka berbagi. Maksudnya setiap karya yang saya bikin, harus ada manfaat dan dampaknya.

Pengalaman masa kecil apa, yang membuat kamu mempunyai tiga sifat tadi? Adakah andil signifikan dari orangtua?

Ada banget, ya. Saya selalu bilang, semua kesuksesan saya itu dari ibu dan bapak. Karena menurut saya, mereka mendidik saya sangat luar biasa. Kalau bukan karena didikan mereka, saya tidak bisa seperti sekarang. Contohnya bapak, dia itu sangat pekerja keras. Dia itu lead by example, dia menjadi pengusaha tidak dalam waktu yang cepat. Jadi bapak di mata saya itu, sangat pekerja keras, sama sekali tidak pernah mengeluh capek, dan bapak selalu menanamkan, apa yang kita lakukan harus punya dampak. Selain itu, saya bisa melihat dengan jelas, bapak cinta banget sama Indonesia. Melihat sosok bapak, saya ingin seperti dia. Karena, dia tidak hanya menginspirasi saya, tapi juga menginspirasi banyak orang.

Putri Tanjung - Mommies Daily

Bapak dan ibu mendidik saya dari kecil sangat keras dan mandiri. Yang saya ingat, dikasih uang jajan dengan jumlah setengah dari teman-teman saya yang lain. Nah, untuk makan makanan yang sama dengan mereka, saya harus cari tambahan dengan bekerja, dong, ya? Waktu itu saya bikin pembatas buku, walaupun pada saat itu, yang beli ibu sama bapak juga. Tapi setidaknya, saya ada usaha. Dari kecil saya dididik, untuk mendapatkan apa yang kita mau, tidak semudah itu, butuh proses. Dan kita harus menghargai proses itu.

Nilai-nilai tadi yang juga saya terapkan ke diri saya, dan bisnis yang saya jalankan. Tidak ada yang instan, harus bekerja keras dan harus menikmati prosesnya.

Nah, kalau bapak selalu nge-push, misalnya  kasih semangat berupa kalimat, “yakin cuma segini doang?”. Kalau ibu lebih menenangkan, dengan caranya, misalnya menjaga kesehatan. Jadi menurut saya, pembagian peran mereka sangat seimbang. Saya mendapatkan motivasi dari bapak, tapi saya selalu merasa disayangi dan dihargai dari ibu.

Ada nggak, buku dan film favorit kamu? Yang sampai mengubah cara pandang kamu terhadap suatu hal?

Kalau film, The Pursuit of Happiness. Saya dikenalkan film itu sama ibu dan bapak, dan sesekali sampai sekarang masih suka saya tonton. Film ini selalu bikin sadar diri, menjaga kita tetap membumi. Untuk menjadi kita yang sekarang, ibu bapak kita pasti melakukan pengorbanan. Mau itu terlihat atau tidak, mereka pasti mengorbankan banyak hal. Kadang mereka tidak mau menunjukkan pengorbanan itu, untuk membuat kita bahagia.

Kalau buku, saya suka baca buku biografi bapak. Meski sejujurnya saya itu sulit konsentrasi baca buku, saya anaknya lebih ke audio. Tapi buku bapak, saya bisa baca hampir habis. Mungkin karena itu pengalaman bapak sendiri, dan karena saya ingin tahu, gaya bahasanya juga nyaman dibaca – judul bukunya “Chairul Tanjung Si Anak Singkong.” Buku yang akhirnya mengenalkan bapak lebih dalam.

Kelak, kalau kamu memutuskan punya anak. Hal apa yang dulu dilakukan orangtua kamu, yang ingin kamu terapkan ke anak. Dan apa yang nggak mau kamu terapkan?

Pertama, ibu dan bapak selalu mengingatkan saya untuk bersyukur, apapun kondisi kita – semua terjadi pasti ada alasannya. Kedua, humble, harus baik sama semua orang. Bapak dan ibu saya mengajarkan saya untuk selalu membumi. Bapak bilang seperti ilmu padi. Satu lagi, ibu dan bapak, mempersilakan saya untuk memilih passion saya sendiri, jadi tidak dipaksa untuk bisa melakukan sesuatu. Artinya, dari awal sudah melihat saya suka sama sesuatu, misalnya industri kreatif, ya didukung. Saya kuliah ambil jurusan Multimedia Advertising, itu juga karena kemauan saya. Hal-hal itu tadi yang ingin saya terapkan, suatu saat punya anak.

Putri Tanjung - Mommies Daily

Nah, kalau yang nggak mau diterapkan. Bapak itu kurang memberikan afirmasi positif ke anak, misalnya “bapak bangga sama kamu.” Walau, sebetulnya bapak cerita rasa bangganya ke saya, tapi ke teman-teman kantornya. Tapi sebetulnya ada positifnya juga, sih. Saya jadi terus berusaha sebaik mungkin.

Oh iya, ada satu hal yang saya sangat apresiasi dari bapak. Dari usia 13 tahun, dia selalu bilang, bahwa, “walaupun kamu anak seorang pengusaha, bapak ingin kamu harus bisa bangga pada diri kamu sendiri. Kamu harus bisa berkarya.”

Diawali “tekanan” dari sekeliling saya, notabene saya lahir di keluarga pengusaha. Dibayang-bayangi kesuksesan bapak. Otomatis saya jadi mencari passion saya apa, bisa bikin karya apa.

Karena itulah, dari usia 15 tahun saya sudah mulai memulai bisnis. Bikin event organizer, jasa bikin pesta ulang tahun. Menginjak 17 tahun baru bikin Creativepreneur, membuat event yang lebih besar.

Negatif dan positifnya anak muda zaman sekarang apa? Dan apa yang bisa dilakukan anak muda untuk menepis hal-hal negatif itu?

Negatifnya, sebagian dari mereka, ya, tidak semua. Karena sekarang eranya teknologi, semua serba mudah dan cepat. Jadi, anak-anak muda kepinginnya serba instan. Dan tidak mau melalui dan menghargai proses yang susah-susahnya. Sementara, menurut saya kalau mau menjadi seorang pengusaha dan mau melakukan hal-hal besar, itu pasti ada prosesnya. Di situ ada proses belajar, jatuh bangun dan sebagainya. Hal yang seperti ini bagus, karena kita bisa belajar banyak. Jadinya kita bisa lebih menghargai proses.

Yang bisa dilakukan untuk mengubah mental tersebut adalah, terus diingat bahwa semuanya butuh proses. Coba deh, belajar untuk mencintai proses. Dan selalu punya mind set positif. Contohnya, ketika kita gagal dalam mengerjakan sesuatu, bukannya malah berhenti berusaha. Berarti ada yang salah, dan harusnya bisa diperbaiki, dicari jalan lain.

Putri Tanjung - Mommies Daily

Positifnya anak-anak muda sekarang itu, ide-ide kreatifnya “gila-gila” banget! Anak usia 12 tahun saja, sekarang sudah bisa mulai usaha. Menurut saya bagus, ya, karena pasti ada peran orangtuanya juga, kan? Yang bisa mendorong anak-anaknya untuk berkembang dan melakukan ide-ide mereka.

Selain itu anak-anak muda sekarang, mulai memikirkan soal lingkungan, dampak sosial dari apa yang dilakukan, menurut saya ini keren banget. Karena seperti yang tadi saya singgung, karya yang kita buat sebaiknya berdampak baik untuk lingkungan sekitar.

-

Jadi ingat quote dari presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno…

“Beri aku 10 pemuda! Maka akan kuguncang dunia!”, mudah-mudahan makin banyak pemuda pemudi yang karakternya sekuat Putri, dijamin Indonesia makin keren di mata dunia. Aamiin, ya, mommies. Dan selamat membesarkan generasi muda yang berkualitas untuk mommies di luar sana, kalau kata Putri, “mari nikmati prosesnya!”