Pernahkah mengajari atau berdiskusi tentang anak apa itu keluarga?
Beberapa bulan lalu sebelum tidur Xylo (saat itu 4 tahun) bertanya “apa itu keluarga?”. Hmmm, saya pikir panjang sekali lho menjawabnya karena menurut saya ini bahasan sensitif dan harus didefinisikan dengan benar sejak kecil.
Jawaban paling mudah adalah: “ibu, appa, dan kamu, kita adalah keluarga”.
Tapi setelah saya pikir lagi, definisi itu kurang tepat karena kakek, nenek, om, tante, juga bagian dari keluarga. Plus bagaimana cara agar dia tahu kalau anak dengan ayah atau ibu yang sudah meninggal juga namanya keluarga?
Akhirnya saya jawab panjang lebar: Keluarga itu adalah orang yang sayang pada kita. Ada yang keluarganya ada ayah ibu anak, ada yang ayah dan anak, ada yang ibu dan anak, ada yang nenek kakek dan anak. Mereka tetap keluarga.
Iya saya tidak setuju dengan orang-orang yang “mengejek” perceraian lalu mendefinisikan keluarga sempurna itu hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Bagaimana dengan ayah atau ibunya sudah meninggal dunia? Apa jadi tak sempurna juga? Kan tidak fair.
Kenyataannya banyak kok single mom dan single dad yang bisa hidup baik-baik saja. Karena pernikahan kan bukan segalanya, selama pilihannya dibuat sendiri dan usaha untuk bahagia, sah-sah saja disebut keluarga.
Semua keluarga itu sempurna, bukan jumlah atau peran orang tapi apakah satu sama lain saling menyayangi dan saling mendukung tanpa menjatuhkan. Itu sebabnya, banyak orang-orang yang tidak ada hubungan darah dengan kita tapi kita sudah anggap keluarga.
Definisi keluarga juga saya hubungkan dengan kondisi kebendaan. Karena gampang sekali kan anak itu membandingkan, “kok mereka rumahnya besar?”.
Saya jawab: rumah itu bukan soal ukuran, karena ukuran tidak menjamin apa-apa. Rumah itu yang penting cukup dan berisi keluarga yang tinggal bersama-sama. Untuk apa rumah besar tapi tidak berisi keluarga? Memang kamu mau rumahnya besar tapi ibunya bukan aku?
Xylo tentu tidak mau ahahahaha.
Selamat Hari Keluarga Internasional!