Banyak pasangan mulai mengeluhkan bahwa seks tak lagi sememuaskan dulu ketika belum punya anak. Kegiatan yang seyogyanya selalu ditunggu-tunggu kala masih pengantin baru, tak lagi menggebu-gebu setelah hidup ‘digerecoki’ makhluk-makhluk kecil yang menyemarakkan hidup kita dan pak suami.
Iya, iya, belakangan selalu ada alasan untuk menghindar dari kegiatan seks ini. Terutama buat para mama baru. Entah karena trauma setelah melahirkan vaginanya dijahit, atau sesimpel alasan bahwa hari ini terasa melelahkan karena sibuk memenuhi kebutuhan anak-anak.
Kalaupun kemudian dicolek pak suami, lalu mau nggak mau harus melakukan aktivitas seks tersebut, yang dirasa cuma rasa tak nyaman, menyakitkan, dan bawaannya pengen buru-buru kelar. :(
Dikutip dari pernyataan Tanya Koens, seorang terapis dan konselor seks asal Australia, “Seks seharusnya tidak terasa menyakitkan. Jika kemudian seseorang menjadi tak nyaman dan merasakan sakit saat berhubungan seksual, maka sudah pasti ada yang salah. Dan hal tersebut nggak bisa ditoleransi. Harus dicari penyebabnya supaya tidak berkelanjutan dan tetap bisa membuat hubungan pasangan suami istri tetap harmonis.”
Menurut Tanya lagi, yang paling sering terjadi adalah ketika si wanita mengalami anorgasmia, yaitu suatu momen ketika wanita kesulitan mencapai orgasme, lalu kemudian merasa seks menjadi sebuah aktivitas yang membosankan dan menimbulkan rasa sakit.
Anorgasmia banyak penyebabnya, bisa karena trauma melahirkan atau ya itu tadi, sesederhana terlalu lelah, atau bahkan menganggap dirinya tak lagi menarik. Untuk itu Tanya Koens berbagi tips, agar aktivitas seks yang dulu selalu kita harapkan, kembali menyenangkan dan tak lagi menakutkan.
(Baca: 4 Cara Menjaga Hubungan Tetap Mesra dengan Pasangan)
Anatomi seksual wanita memang rumit dan seringkali timeline-nya nggak sama dengan pasangan. Kita wanita butuh waktu untuk lebih relaks dan memerlukan foreplay.
Kata Tanya, “"Melakukan hubungan intim dengan gairah seadanya, dan tanpa pemanasan yang cukup dapat menyebabkan jaringan robek atau sesederhana rasa tidak nyaman, hingga rasa sakit.” Karena hal itulah kemudian dari waktu ke waktu membuat tubuh kita nggak relaks, tegang, dan mulai berpikir kalau seks itu sesuatu yang sebaiknya dihindari.
Lagi-lagi ini soal komunikasi. Kalau pasangan kita tipe yang main hajar kapan pun, sodorkan saja artikel ini. Katakan padanya bahwa tubuh wanita butuh 45 hingga 60 menit untuk menjadi terangsang sepenuhnya. Jangan fokus pada penetrasi, karena aktivitas tersebut membutuhkan pelumas agar vagina lebih relaks dan siap menerima penis.
Menurut Tanya, setiap orang membutuhkan banyak ekplorasi terhadap masing-masing pasangan supaya tercapai titik temu, apa yang benar-benar diinginkan oleh pasangannya agar aktivitas seks semenggebu-gebu dulu.
(Baca: Manfaat Ciuman Bibir dalam Pernikahan)
Kalau aktivitas seks dilakukan di urutan paling akhir dalam rutinitas harian, sudah bisa dipastikan kita dalam keadaan lelah. Iya, kan? Kapan, sih, kita kepengen tidur? Ya pasti kalau sudah capek dan ngantuk. Masa iya, nunggu ngantuk dan capek dulu baru mesra-mesraan?
Saran Tanya, jadwalkan aktivitas berduaan (yang sangat mungkin berujung pada kegiatan seks) untuk menginvestasikan rasa percaya dan keintiman antar pasangan.
Sulit mengkomunikasikan 3 hal di atas kepada pak suami? Copas link artikel ini lalu kirimkan ke suami tersayang. Ini juga bagian dari memulai komunikasi yang baik, lho. :)