Ditulis oleh: Lariza Puteri
Bayi baru lahir mengalami sakit kuning atau hiperbilirubin sekarang semakin banyak dan dianggap ‘normal’, benar nggak sih?
Menurut saya, sih, tidak, ya. Bagaimanapun kondisi bayi yang kuning bukanlah kondisi normal. Ada sesuatu yang terjadi pada tubuh bayi dan harus segera diperiksa dan ditangani. Riskesdas 2015 mencatat, setidaknya 51,47% bayi baru lahir mengalami sakit kuning atau hiperbilirubin. Banyak, ya! Separuh lebih kelahiran bayi di Indonesia mengalami hal tersebut.
Nggak usah jauh-jauh, waktu Gia lahir, ia juga mengalami kuning, meskipun tak lama. Saya ingat betul, bayi Gia mendapatkan terapi sinar sebanyak dua kali untuk membantu mengatasi sakit kuning tersebut. Selain itu, saya terus memberikan ASI seperti saran dokter. Sebab, banyak mitos yang mengatakan bahwa bayi kuning sebaiknya tidak diberikan ASI. Dan hal tersebut sudah pasti salah!
Dalam istilah medis, penyakit kuning disebut dengan hiperbilirubin. Ini merupakan sebuah kondisi di mana bayi mengalami penumpukan bilirubin pada kulit dan selaput mukosa seperti pada mata dan bibirnya. Bilirubin sendiri merupakan zat yang berwarna coklat kuning, yang dihasilkan dari proses pemecahan sel darah merah lama di organ hati. Bilirubin seharusnya keluar secara otomatis dari tubuh melalui feses, itulah mengapa feses yang normal akan memiliki warna coklat kekuningan.
Nah, persoalannya, saat bilirubin tidak bisa dikeluarkan dengan normal oleh tubuh maka akan menumpuk sehingga menyebabkan sakit kuning. Pada orang dewasa, kondisi ini bisa terjadi akibat kerusakan fungsi hati, seperti hepatitis, penyumbatan saluran darah, atau kelainan darah. Kondisi ini dapat terjadi pada bayi baru lahir akibat keadaan fisiologis atau perbedaan golongan maupun rhesus darah antara bayi dan ibunya.
Menurut dr. Margareta Komalasari, SpA, Spesialis Anak dari Rumah Sakit Pusat Pertamina, ada beberapa hal yang menjadi penyebab sakit kuning pada bayi, yaitu:
Bayi kurang mendapatkan asupan minum, dalam hal ini ASI utuh tanpa penambahan zat apapun.
Berbeda golongan darah dengan ibunya.
Bayi lahir prematur.
Beda rhesus darah antara bayi dengan ibunya.
Bayi mengalami sakit, seperti infeksi saluran kencing.
Dokter Margareta juga menjelaskan, bahwa ada dua macam penyakit kuning pada bayi, yakni penyakit kuning normal, dan penyakit kuning abnormal. Penyakit kuning normal ditandai dengan bayi yang masih tetap aktif dan tidak mengalami penyakit apapun. Sementara penyakit kuning yang abnormal ditandai dengan bayi yang mendapatkan sakit kuning hanya selang beberapa hari pasca kelahirannya, dan ia juga menderita banyak penyakit.
Untuk mendapatkan perawatan medis, bayi akan diperiksa terlebih dahulu, apa faktor risiko yang menyebabkan ia mengalami penyakit kuning dan di usia kelahiran berapa bayi terkena penyakit kuning. Kadar bilirubin bayi juga akan diperiksa lebih lanjut, untuk melihat apakah penyakit kuning yang dideritanya masih dalam tahap normal atau sudah harus mendapatkan perawatan medis.
"Pada dasarnya jika penyakit kuning yang terjadi pada bayi masih dalam tahap normal, bayi hanya perlu diberikan lebih banyak minum (ASI). Proses penjemuran itu juga bisa membantu, karena kalau dijemur kan nanti bayi akan lebih haus, otomatis ia akan lebih banyak minum, kalau sudah banyak minum, nanti bilirubinnya akan lebih mudah dikeluarkan melalui urine, sehingga ini akan mengatasi penyakit kuning yang diderita bayi," tutur dr. Margareta.
Sebetulnya, seiring dengan bertambahnya usia bayi, warna kuning ini akan memudar tanpa harus melalui perawatan medis. Namuuunnnnn, penyakit kuning yang sudah tidak normal dan dibiarkan begitu saja akan mengarah pada masalah kesehatan lain, seperti bayi yang sering mengalami kejang dan bahkan risiko kerusakan organ secara permanen. Yang terpenting lagi, dalam menghadapi bayi kuning, ia perlu dipastikan untuk tetap mendapatkan minum (ASI).