banner-detik
WORK & CAREER

Yuna Kristina "Pekerjaan tak akan pernah habis, kerjakan yang paling meaningful"

author

annisast22 Oct 2018

Yuna Kristina "Pekerjaan tak akan pernah habis, kerjakan yang paling meaningful"

Menjadi Senior Public Relation di PT. Kino Indonesia, Tbk sekaligus ibu dari dua anak yang beranjak remaja, bagaimana Yuna Kristina membagi waktu?

Perempuan lulusan jurusan hubungan masyarakat Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran ini tentu punya trik sendiri untuk bisa menjalani dua role, sebagai ibu dan sebagai working mom. Ia mengaku selalu mengutamakan kualitas waktu dibanding kuantitas.

Bahkan meski harus pulang pergi rumah kantor dari Bogor - Tangerang setiap harinya, Yuna masih sempat menyiapkan bekal makan siang bagi kedua anaknya. Simak wawancara kami dengan Yuna berikut ini.

yuna-kristina

Hai mbak, boleh cerita kesibukan sehari-harinya?

Kesibukan aku sebenarnya sama dengan para Working Mom lainnya. Tetap menjadi seorang ibu, istri sekaligus memiliki tanggung jawab lain sebagai seorang karyawan. Mungkin bedanya sedikit adalah jarak tempuh kantor dan rumah yang lumayan struggling setiap hari (Bogor-Tangerang-PP) yang membuat waktu seakan lebih sedikit karena sudah tersita di jalan.

Tapi sebelum berangkat kerja, saya selalu menyiapkan sarapan dan bekal untuk anak2 dan suami dan malam harinya selalu menyediakan waktu untuk punya quality time dengan anak-anak dan suami, memeriksa tugas dan PR anak-anak, dan tetap menjalankan fungsi sebagai “guru” di rumah untuk mengulang kembali pelajaran dan terutama bila ada ulangan.

Tantangan apa yang dihadapi sebagai seorang ibu bekerja?

Paling pasti waktu. Oleh karenanya di tengah keterbatasan itu, saya selalu mengutamakan quality over quantity. Saya paham betul bagaimana waktu saya tidak banyak, namun bagaimana membuat waktu itu menjadi berkualitas. Walau bekerja, saya nggak pernah melewatkan cerita anak-anak. Dari hal penting sampai hal receh, saya tahu. Apalagi, anak-anak mulai memasuki masa tweens, membuat saya harus lebih lagi menempatkan diri sebagai teman ketimbang pengawas.

Yang kedua adalah fisik dan emosional. Menjalankan aktivitas dengan 2 peran pasti menguras fisik, tapi jangan dilupakan tantangan emosional. Walau harus tetap fokus di kedua peran itu, working mom harus bisa mengatur diri dan emosinya untuk tidak mencampur urusan rumah dengan kantor. Stress di kantor nggak boleh dibawa pulang, punya masalah di rumah, nggak boleh mengganggu pekerjaan di kantor.

Sekarang anak-anak kan sudah semakin besar ya mbak, semakin gampang nggak sih jadi ibu bekerja?

Setiap tahapan anak berbeda tantangannya. :)

Dulu waktu mereka masih bayi, lelah paling utama adalah lelah fisik. Lelah fisik itulah yang kemudian membuat emotional kita terasa drained.

Nah, sekarang ketika mereka sudah menjelma menjadi gadis kecil, rasanya, lelahnya itu bersamaan antara fisik dan emosional. Fisik tetap, karena walau usia mereka sudah  9 dan 10 tahun, tetap banyak hal yang mesti diurus dan didampingi.

Sedangkan karena anak-anak kini memasuki masa tweens, masa peralihan dari anak-anak menjadi remaja, masa di mana “somewhere between”, masa pencarian jati diri mereka dimulai. Mereka menjadi lebih kritis, menjadi lebih mempunyai pendirian. Mendidik dan memberi tahu mereka ternyata lebih sulit daripada mendidik agar mereka bisa menjalani toilet training atau lepas empeng saat mereka anak-anak.

Bukan hanya kita, mereka pun menjadi lebih ekspresif dan menyatakan emosinya. Tentu saja, ketika kita pulang kerja dan tenaga sudah terkuras seharian, menghadapi masalah ini kadang menjadi sulit dan menguras emosi.

Tantangan terbesar adalah bagaimana saya menanamkan pada mereka mengenai nilai-nilai yang benar. Saya yakin itu adalah modal  mereka untuk mengarungi hidup selanjutnya. Sebagai orang tua, kita tentu tidak bisa menjaga mereka 1x24 jam penuh, dan bila mereka sudah paham dan memegang teguh apa yang benar, maka mereka akan terus berperilaku benar di mana pun mereka berada.

Nah, Karena mereka sudah kritis, memberi tahu mereka mana yang benar atau salah, bukan dengan mendikte dan judging. meminta atau melarang mereka melakukan sesuatu mempunyai seninya sediri.

Makanya pada fase ini, saya lebih menepatkan diri sebagai teman. Cuddling di tempat tidur sebelum mereka istirahat menjadi “our time” di mana mereka selalu bisa cerita apapun. Saya pun selalu menjadi orang pertama di mana mereka bisa bercerita.

Apa kekhawatiran terbesar sebagai ibu bekerja?

Saya nggak ada saat mereka butuhkan.

Tapi untunglah, teknologi semakin canggih. Kapanpun mereka membutuhkan saya, mereka dapat menghubungi saya, walau fisik memang tak tergantikan.

Punya tips untuk melakukan aktivitas agar lebih efisien?

1. Tentukan prioritas. Orang bilang, kerjakan 20% yang penting, maka 80% yang lain akan selesai, ketimbang kita berkutat pada 80% yang tidak penting, maka sesungguhnya apa yang kamu kerjakan tidak akan selesai dengan baik.

2. Pekerjaan nggak akan pernah habis. Kerjakan yang paling meaningful bagi kamu, bagi keluarga dan perusahaan

3. Mencintai apa yang dilakukan. Kalau kita mengerjakan sesuatu dengan sungut-sungut, waktu yang kita gunakan nggak akan efektif

yuna-suami

Bagaimana dukungan suami pada karier? Dan bagaimana suami terlibat dalam pengasuhan anak?

Suami saya mendukung semua pekerjaan dan kesibukan saya, selama saya tetap menempatkan Family as priority. Makanya, saya selalu memegang amanat tersebut.

Beruntungnya tempat kerja saya termasuk sangat mendukung ibu bekerja, sehingga saya bisa izin atau cuti ketika ada keperluan terkait keluarga, termasuk ketika anak-anak tampil di sekolah atau dimana saja, saya tidak pernah melewatkannya.

Makanya untuk ibu bekerja, selain dukungan keluarga dan suami, memilih perusahaan dapat memahami peran utama kita sebagai seorang ibu adalah hal yang paling penting.

Suami saya nggak pernah keberatan menggantikan tugas ibu sementara waktu ketika saya mesti keluar kota misalnya. Memasak, menyiapkan bekal, bisa ia lakukan.

Bila saya lebih sebagai sahabat dan guru, suami saya lebih menjadi pengayom dan pelindung bagi anak-anak.

yuna-anak-anak

Tiga hal apa yang dilakukan ketika jenuh dengan pekerjaan?

1. Baca novel

2. Ambil cuti, dan tentukan acara apa yang ingin dilakukan saat cuti tersebut. Mau sama anak-anak, atau mau perawatan diri sendiri, atau aktivitas lain yang diinginkan saat itu

3. Short gateaway bersama keluarga

Apa kegiatan me time favorit?

Baca novel. Di mana saja. Saat nunggu sesuatu atau sekadar ambil  break 15-30 menit dari rutinitas, novel menjadi andalan saya untuk kembali fresh. :)

*

What an inspiring mom! Thank you mbak Yuna!

Share Article

author

annisast

Ibu satu anak, Xylo (6 tahun) yang hobi menulis sejak SD. Working full time to keep her sanity.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan