Satu persen dari penduduk dunia terkena gangguan disabilitas intelektual (atau dahulu disebut retardasi mental), 85% di antaranya ada di spektrum ringan.
Disabilitas intelektual bervariasi atas empat spektrum. Mild, moderate, severe, dan profound. Mild biasanya masih tidak terdeteksi sampai usia pra sekolah karena mungkin tidak terlihat perbedaan konsep nyata. Namun semakin besar, mereka biasanya kesulitan dalam bidang akademik dan interaksi dengan teman seusia.
Sementara yang profound atau yang sangat parah, gangguannya sudah sampai pada motorik dan sensorik. Pemahaman pada bahasa pun sangat terbatas sehingga penyampaian emosi biasanya non verbal. Mereka pun bergantung pada orang lain untuk semua perawatan fisik dan aktivitas hidup sehari-hari.
Menurut dr. Yassin Yanuar MIB, SpOG, MSc dari Rumah Sakit Pondok Indah, disabilitas intelektual pada janin adalah bagian dari kelainan kongenital atau kelainan yang didapatkan seorang anak saat masih di dalam kandungan.
“Penyebabnya bisa tiga, pertama, kelainan genetik, kelainan kromosom misalnya sindrom down, sindrom patau/edwards. Kedua, lingkungan seperti gaya hidup, obat-obatan, alkohol, virus, parasit. Yang ketiga, adalah kombinasi genetik dan lingkungan,” ujar dr. Yassin.
Dikutip dari WebMD, selain ketiga hal di atas disebabkan juga oleh masalah saat melahirkan. Misal bayi lahir kekurangan oksigen atau bayi prematur.
Infeksi seperti meningitis atau rubella saat hamil juga bisa menyebabkan disabilitas intelektual. Dan dua pertiga dari anak-anak yang mengalami disabilitas intelektual, tidak diketahui persis penyebabnya.
“Kalau kelainan yang bersifat fisik dan sifatnya mayor, apalagi kompleks (melibatkan banyak sistem organ) dapat dideteksi lewat USG. Namun kalau hanya retardasi mental sebagai sebuah kelainan, tidak bisa dideteksi. Salah satu kelainan kongenital yang dapat dideteksi USG adalah, sindrom down (down syndrome/trisomi 21). Salah satu kelainan penyerta adalah retardasi mental.
Jadi, yang dideteksi bukanlah retardasi mentalnya, namun kelainan secara umum,” papar dr. Yassin.
Dokter Yassin melanjutkan, untuk menyebut seseorang mengalami disabilitas intelektual, memang harus dilakukan pemeriksaan tumbuh kembang secara komprehensif oleh dokter spesialis anak ahli tumbuh kembang saat bayi sudah lahir.
Jadi untuk mommies yang berencana hamil, jangan lupa lakukan screening prenatal dan selalu jaga gaya hidup sehat. Hindari merkuri, alkohol, dan rokok. Alkohol sendiri secara spesifik bisa menyebabkan Fetal Alcohol Syndrome (FAS) yang mempengaruhi sel otak janin.