Ada yang pernah dengar Painless Dental Care di RSGM YARSI? Memang bisa perawatan gigi tanpa rasa sakit dan trauma sama sekali? Ternyata bisa lho!
Gigi saya termasuk yang sangat rapuh. Bisa somplak dan patah kapan pun padahal nggak lagi ngunyah sesuatu yang keras juga. Makanya dokter gigi itu udah jadi langganan banget.
Sejak kecil saya rutin ke dokter gigi 6 bulan sekali dan selalu ketemu gigi bolong. Setelah dewasa, setiap ke dokter gigi karena ada tambalan lepas pasti juga ketemu bolong baru. Tambal bolong tambal bolong aja terus. Serapuh itu.
Jadi ketika dengar ada perawatan gigi yang painless di RSGM YARSI, saya langsung penasaran. Ya seumur hidup udah menghadapi berbagai macam klinik dan dokter gigi ya, gimana bisa disuntik atau dibor tanpa rasa sakit sama sekali?
RSGM YARSI menggunakan pendekatan hipnodontik, sedasi, ataupun bius umum. Jadi untuk menghilangkan rasa sakit dan trauma, pasien akan dibius via pernapasan (intranasal) atau disuntik (intravena). Perawatan seperti ini berguna sekali untuk anak-anak berkebutuhan khusus yang belum bisa duduk tenang selama perawatan.
“Kami concernnya pada anak berkebutuhan khusus (ABK), anak-anak yang hiperaktif, anak-anak yang takut (pada dokter gigi), atau dewasa yang pengen nyaman saat perawatan. Buat anak-anak yang terlalu kecil, duduk aja sudah suatu beban kan, apalagi harus buka mulut selama minimal setengah jam,” ujar drg Mia Mariani, Head of Health Promotion and Marketing RSGM YARSI.
Drg Mia juga menjelaskan, sebelum ada Painless Dental Care di RSGM YARSI, hanya ada 3 solusi untuk anak berkebutuhan khusus yang perlu dirawat giginya.
“Pertama, ya dipaksa. Anak dipegang kuat-kuat oleh banyak orang sekaligus. Anaknya trauma, berikutnya masuk ruangan dokter gigi aja udah nggak mau. Kedua, anak ditidurkan di ruang operasi. Ini nggak jadi masalah tapi biayanya mahal. Ketiga, merawat gigi di luar negeri karena kalau di luar, ini teknologi yang umum jadi mereka paling dekat mau merawat gigi ya ke Singapura atau Australia,” jelasnya.
Benar juga sih, urusan gigi ini terdengar sepele dan sering diabaikan orangtua. Padahal jika sakit gigi, anak jadi tidak bisa sekolah bahkan ABK jadi harus bolos terapi.
Kebetulan saya punya satu gigi yang tambalannya copot dan harus dirawat saluran akarnya. Sehari sebelumnya, saya diminta drg Mia untuk tes darah, rontgen paru, dan puasa selama minimal 5 jam. Yes, ini jadi prosedur yang harus dilakukan karena pasien akan menjalani sedasi.
Sampai di sana, gigi saya dirontgen dulu untuk melihat kondisi gigi dan bagian mana yang harus dirawat saluran akarnya. Rontgen-nya sudah digital jadi bisa selesai seketika dan langsung di-print. Bukan seperti rontgen zaman dulu yang bentuknya seperti negatif film.
Setelah itu saya menjalani assessment dan menjawab berbagai pertanyaan seputar gigi dan kesehatan (Semacam kapan terakhir kali ke dokter gigi? Adakah alergi? Punya alergi obat?). Baru kemudian diperiksa kondisi gigi oleh drg. Hesti Witasari, Sp. KG.
[caption id="attachment_90695" align="alignnone" width="800"] drg Hesti Witasari, Sp. KG.[/caption]
Fun fact: dokter di RSGM YARSI ini didominasi ibu-ibu lho! Menyenangkan banget karena obrolannya jadi seputar ibu-ibu, dari urusan lipstik, dana pendidikan, sampai pilihan sekolah anak ahahaha. Ngaruh banget sih buat saya dokter gigi yang enak diajak ngobrol. Jadi nggak nervous kan.
Setelah assessment, dokter anestesinya muncul namanya dr. Betardi Aktara, Sp. An. Ia menjelaskan prosedurnya dan saya diminta menandatangani surat persetujuan. Saya akan menjalani sedasi intranasal dan bisa pilih wangi sedasinya. Ada berbagai rasa buah-buahan, vanilla, dan bubble gum. Saya pilih bubble gum.
[caption id="attachment_90693" align="alignnone" width="800"] sungkup berbagai rasa[/caption]
Untuk anak yang belum bisa atau punya masalah komunikasi, biasanya sedasinya intravena. Efeknya sama aja sih. Hanya saja sedasi intranasal memang harus bisa berkomunikasi karena harus mendengar instruksi dokter untuk mulai tarik napas.
Dokternya menjelaskan juga kalau sedasi itu ada 3 level, ringan, sedang, dan total. Saya akan disedasi di ambang batas antara ringan dan sedang. Jadi saya nggak bisa denger dan nggak inget apa-apa, tapi refleks masih akan jalan. Jadi kalau ada air masuk ke tenggorokan udah pasti masih bisa keselek.
[caption id="attachment_90692" align="alignnone" width="800"] dr. Betardi Aktara, Sp. An[/caption]
OKE, DOK.
Alat sedasi berupa sungkup dipasangkan di hidung dan saya diminta tarik napas. Wangi bubble gum mulai tercium, di tarikan napas kelima saya tiba-tiba deep sleep. Beberapa kali saya buka mata dan denger dokter anestesi bilang “tarik napas” terus saya kembali deep sleep. Kata suami yang mengantar, saya ketawa-ketawa sepanjang perawatan tapi saya nggak inget apa-apa. Ya kaya tidur aja gitu.
Baru sadar setelah dipasangkan oksigen dan wow gigi yang tadinya bolong sudah tertambal rapi. Saya bahkan nggak dengar sama sekali suara bor atau merasakan jarum suntik. Bener-bener painless.
Setelahnya saya diberi teh manis dan masih agak bingung kaya anak kecil bangun tidur ahahahaha. Ini sebabnya kalau mau painless dental care, lebih baik ditemani karena ada proses recovery dulu sebelum 100% sadar. Nggak nyampe setengah jam saya udah jalan biasa, langsung lanjut kerja sampai malem dan masih bisa mampir ke bengkel dulu sebelum pulang.
Jadi ini solusi banget untuk mommies yang takut ke dokter gigi atau justru mau bawa anaknya yang takut pada dokter gigi. Bisa pasang crown untuk anak-anak yang giginya keropos lho!
Jenis perawatannya juga bermacam-macam dengan fasilitas lengkap. Dari unit gawat darurat, radiologi, lab teknik gigi, kamar untuk rawat inap, sampai kamar operasi. Setiap ruangan praktik juga didesain menarik dengan berbagai dekorasi sehingga tidak terkesan menakutkan.
[caption id="attachment_90696" align="alignnone" width="800"] bersama drg Mia & drg Dina[/caption]
Tertarik untuk periksa gigi tanpa rasa sakit dan trauma?
RSGM YARSI
Menara YARSI Kav. 13 Lt. 1
Jl. Letjen. Suprapto
Cempaka Putih Timur, Senen,
Jakarta Pusat 10410
Info/Appointment: 021-29287264/ 08111687264
Instagram: @rsgmyarsi
Baca juga:
7 Kebiasaan Buruk si Kecil yang Berdampak pada Kesehatan Gigi