banner-detik
HEALTH & NUTRITION

7 Kebiasaan Buruk si Kecil yang Berdampak pada Kesehatan Gigi

author

?author?08 Sep 2016

7 Kebiasaan Buruk si Kecil yang Berdampak pada Kesehatan Gigi

Amati kebiasaan sehari-hari si kecil, pastikan tidak ada 7 kebiasaan ini, karena akan berdampak buruk pada kesehatan gigi, bahkan hingga tumbuh kembangnya.

Ternyata urusan kesehatan gigi pada anak ini nggak bisa dianggap sepele, karena ke depannya bisa sampai memengaruhi tumbuh kembang anak secara keseluruhan. Segitu seriusnya ya? Iya, Mommies – sekarang gini deh, coba bayangkan kalau si kecil malas makan akibat giginya berlubang. Sehari-hari kan mereka butuh asupan nutri untuk tenaga, apalagi untuk yang sudah sekolah, mereka harus konsentrasi menyerap pelajaran.

7 Kebiasaan Buruk Si Kecil yang Berdampak pada Kesehatan Gigi Anak

Bertepatan dengan Bulan Kesehatan Gigi Nasional 2016, Pepsodent mengambil tema yang berkaitan tentang kesehatan gigi pada anak ini – “Pentingnya Peran Orangtua untuk Mengenal & Mencegah Kebiasaan Buruk Si Kecil.” Walau sudah beberapa kali mendapatkan informasi yang berkaitan dengan kesehatan gigi anak ini, saya tetap excited mendengar pemaparan para expert yang hadir hari itu.

Di antaranya Dr. Eva Fauziah, drg., Sp.KGA, Ketua Ikatan Dokter Gigi Anak Indonesia Cabang Jakarta. Menurut beliau karies rawan muncul di bawah usia 3 tahun, karena itu penting untuk mengetahui 7 kebiasaan buruk, yang nanti bisa berakibat fatal untuk kesehatan gigi dan bahkan tumbuh kembangnya di kemudia hari:

  • Kebiasaan menyusu menggunakan media berupa botol dot, dan dibiarkan berlarut-larut sampai menjelang tidur. Bila tidak rajin dibasuh dengan iar putih, kebiasaan ini dapat membuat gigi karies atau berlubang, dan meninggalkan pola khas pada mulut anak.
  • Kebiasaan mengonsumsi camilan dan minuman dengan kadar gula tinggi, misalnya minuman bersoda. Karena jika frekuensi mengemil ini sering, berpotensi menimbulkan derajat keasaman (pH) di dalam rongga mulut turun dan email gigi menjadi rentan berlubang.
  • Kebiasaan tidak mengunyah makanan dan membiarkannya terlalu lama di rongga mulut. Atau sering disebut dengan “mengemut.” Saat mulut tertutup produksi saliva berkurang, padahal karbohidrat dalam sisa makanan yang berada dalam rongga mulut akan difermentasikan oleh bakteri menjadi asam. Inilah yang dapat memicu penyebab gigi gigi berlubang.
  • Mengisap ibu jari, atau dot. Jika kebiasaan ini dilakukan dalam jangka waktu yang lama akan memengaruhi bentuk kontur rahang, gigi tumbuh tidak berarturan dan mengganggu fungsi mengunyah makanan. Jika mengunyah makanan sudah terganggu, ini artinya risiko si kecil tidak mendapat asupan nutrisi yan mumpuni juga akan timbul. Yang berujung pada kesehatan tumbuh kembangnya.
  • Menggigit kuku, pensil, es batu atau benda keras lainnya. Hal ini dapat menyebabkan gigi trauma atau mengalami fraktur. Selain itu, benda-benda asing tadi kan, juga bisa saja dihinggapi bakteri, dan bisa masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan infeksi.
  • Tidak menyikat gigi dengan cara, frekuensi dan waktu yang dianjurkan. Menyikat gigi yang benar menurut dokter Evi adalah dua kali sehari, pagi hari setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Jika rutin dilakukan, mampu mengurangi risiko gigi berlubang sebanyak 50%.
  • Tidak berkunjung ke dokter gigi secara rutin. Sebaiknya untuk anak, dokter Evi menyarankan rajin kontrol 4 bulan sekali, karena mereka masih dalam masa pertumbuhan. Jika ditemukan sesuatu yang tidak beres, makan penanganannya bisa lebih cepat dan tidak menunggu semakin parah. Sementara untuk dewasa, disarankan rajin memeriksakan kesehatan rongga mulut setidaknya 6 bulan sekali.
  • Semoga dengan adanya BKGN 2016 ini, semakin banyak keluarga Indonesia yang sadar kalau kesehatan gigi dan rongga mulut ini harus dilakukan sedari dini. Kuncinya sabar ya, Mommies, saat mengenalkan si kecil pada dokter gigi, saya pernah membahasnya dalam artikel Tips Mengajak anak ke dokter gigi.

    Selain itu, alangkah baiknya, Mommies memilih dokter gigi khusus anak. Karena mereka juga dibekali dengan pengetahuan menangani tingkah laku anak. jadi, tidak akan ada istilah dipaksa, dokter akan sabar menunggu sampai si kecil mau membuka mulutnya dan menjalani perawatan sesuai dengan apa yang menjadi keluhan.

    Bagi Mommies yang tempat tinggalnya belum tersentuh program BKGN ini, bukan berarti jadi enggan ke dokter gigi, lho. Karena semakin awal masalah gigi dan rongga mulut terdeteksi, semakin mudah pula dokter menanganinya, lagipula dari segi biaya kan, juga bsia ditekan :)

    Share Article

    author

    -

    Panggil saya Thatha. I’m a mother of my son - Jordy. And the precious one for my spouse. Menjadi ibu dan isteri adalah komitmen terindah dan proses pembelajaran seumur hidup. Menjadi working mom adalah pilihan dan usaha atas asa yang membumbung tinggi. Menjadi jurnalis dan penulis adalah panggilan hati, saat deretan kata menjadi media doa.


    COMMENTS


    SISTER SITES SPOTLIGHT

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan