Rasanya di era digital, sulit memisahkan anak dengan gadget.Yang paling mungkin dilakukan, membentengi mereka dengan empat kecerdasan berikut ini. Supaya bisa memaksimalkan manfaat dunia digital.
Jadi orangtua yang punya anak di era digital ituuu, semacam galau berjamaah. Seperti pisau bermata dua, gadget produk teknologi masa kini bisa jadi kawan atau lawan. Kalau kata Mbak Najelaa Shihab, Inisiator Semua Murid Semua Guru dan Founder Keluarga Kita, jangan sanking cintanya sama anak semua serba boleh, main gadget tanpa aturan main yang jelas, di talkshow, “Tips Cerdas Mendidik Anak di Era Digital,” bersama Shopee.
Image: by Diego Passadori on Unsplash
Mbak Ela menganalogikan internet dan produk turunannya terhadap anak, seperti seorang anak yang kita lepas ke pasar tradisional. Wajib ditemani dulu, dikasih tahu bagaimana aturan main jual beli. Barang apa yang baik untuk dia beli, bagaimana caranya supaya nggak dicurangin sama penjual.
Baca juga: Kecanduan Gadget Pasti Bikin Anak Kurang Empati, Ini Fakta!
Kata Mbak Ela lagi, anak juga harus diajarkan kercerdasan di dunia digital, dalam 4 bentuk berikut ini:
Mbak Ela menekankan, anak-anak kita jangan sampai hanya jadi konsumen saja. Lebih baik, bisa berkreasi dengan gadget yang mereka punya. Misalnya nih, dengan smartphone, kini siapapun bisa dengan mudahnya bikin video. Kan bisa membuat video yang punya nilai edukasi, di share di channel youtube, atau video Instragram. Untuk yang doyan main game, juga bisa kan belajar bikin game. Siapa tahu nanti, bisa jadi programmer andal.
Mind set yang ditanamkan: “Karya apa yang bisa saya bagikan/berikan pada orang lain?”
Bagaimana mendukungnya? Berikan ide-ide yang memungkinkan untuk dikembangkan dirinya. Jika karyanya sudah disebarluaskan, jangan lupa ingatkan si kecil untuk mencantumkan namanya sebagai hak cipta dirinya ya. Nanti ada kebanggaan tersendiri.
Jangan menghambat: Tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar dari kesalahan dan mengambil risiko.
Pertemanan anak di social media, memungkinkan dia membentuk networking-nya sendiri.
Mind set yang ditanamkan: “Apakah yang saya kerjakan berhubungan dengan orang lain?”
Bagaimana mendukungnya? Bantu anak mengenali bakat dan minatnya. Misalnya menemukan teman-teman offline yang beragam dan menyenangkan. Dari situ, ada kesempatan dirinya untuk berkolaborasi dengan teman-temannya membuat suatu karya.
Jangan menghambat: Melanggar kesepakatan keluarga tentang batasan jawal dan konten yang boleh ditonton, dimainkan, dan didengarkan.
Baca juga: Tips Melepaskan Balita dari Kecanduan Gadget
Segala sesuatu yang tersaji di dunia maya, memungkinkan sekali memancing sifat kritis anak. Contohnya, belajar memilah jenis berita yang kredibel.
Mind set yang ditanamkan: “Dari mana saya tahu informasi ini benar dan baik?”
Bagaimana mendukungnya? Ajak dia berdiskusi bagaimana sebuat berita (misalnya artikel) dibuat. Artikel dengan ciri-ciri seperti apa yang patut dipercaya.
Jangan menghambat: Sekadar melarang dan berkata tidak, tanpa menjelaskan alasan atau membantu meluruskan tindakan yang tidak tepat.
Anak sebaiknya diajarkan content apa yang oleh diunggah, privacy, dan ada isu reputasi yang akan dia hadapi. Khususnya, untuk usia anak yang sudah memenuhi kriteria mempunyai akun di socmed.
Mind set yang ditanamkan: “Apa konsekuensi dan risiko dari perbuatan saya?”
Bagaimana mendukungnya? Menggunakan prinsip baik saat membuat kata kunci dan tidak berbagi kata kunci, kecuali dengan orangtua.
Jangan menghambat: Memalsukan usia saat menggunakan aplikasi. Kalau belum cukup usia, ya jangan dibuatkan akun social media, ya, mommies :)