Bayi jatuh saat digendong oleh baby sitter dan menyebabkan tulang tengkoraknya retak ramai diperbincangkan. Apa yang bisa kita pelajari dari kasus ini?
Cerita berawal dari baby M (3 bulan) terjatuh saat pengasuhnya membawanya ke tempat cuci baju di lantai 3. Yang membuat ibunya kesal, si suster mengubah-ubah cerita terjatuhnya. Ia bahkan sempat mengaku si bayi menangis hanya karena ngantuk, bukan karena terjatuh.
Jatuhnya rupanya sangat keras hingga kepalanya benjol besar. Saat dibawa ke rumah sakit, telinganya mengeluarkan darah. Setelah di CT Scan ternyata tengkorak di belakang telinga retak dan telinganya bengkak. Baby M pun harus menjalani perawatan serius di rumah sakit.
My heart goes out to him and his family. :(
Selalu sedih ya kalau mendengar cerita semacam ini. Apalagi bagi ibu bekerja seperti saya yang selalu meninggalkan anak seharian. Nggak kebayang kalau bayi jatuh itu anak saya. Saya jadi belajar banyak.
(Baca: Kapan Pakai Pengasuh, Kapan Titip di Daycare?)
Yang pertama adalah, kita harus memastikan pengasuh anak adalah orang yang jujur. Ini juga yang disesalkan oleh mama baby M karena si pengasuh ini memang sering tidak jujur. Ia sering berbohong tentang banyak hal.
Jadi tekankan sejak awal pada mereka bahwa kita menghargai kejujuran. Kalau ketahuan berbohong, langsung saja ditegur dan jangan diberi kesempatan lagi. Susah memang ya, tapi banyak sekali lho kejadian anak jatuh dan pengasuh tidak bilang. Padahal kalau langsung bilang mungkin penanganan bisa lebih cepat. Kalau dimarahi ya menurut saya wajar karena kan kecerobohan dia. Apalagi yang jatuh anak, bukan barang.
Ini berhubungan dengan poin selanjutnya yaitu coba instrospeksi diri kita juga, apakah kita sangat mudah terpancing emosinya dan cepat marah, bahkan untuk urusan sepele, sehingga pengasuh sangat ketakutan untuk jujur? Cuci baju kurang bersih kita murka, piring jatuh kita murka, telat datang saat dipanggil kita juga murka. Janganlah seperti itu. Selama kesalahannya tidak terlalu fatal dan tidak membahayakan anak, mungkin kita bisa lebih sabar. Cukup tegur dengan tegas tapi jangan berlebihan. Pastikan ia tahu, kita sebetulnya tidak mudah marah kecuali terjadi sesuatu pada anak kita. Beda kasus kalau sudah membahayakan anak, seperti kasus bayi jatuh ini.
(Baca: Tips Survive Tanpa ART)
Kemudian buat aturan yang jelas. Contohnya tidak boleh memegang atau membawa ponsel saat sedang bersama anak. Ini harus udah saklek banget sih karena ponsel itu mendistraksi sementara anak kan butuh perhatian 100% ya. Meleng sedikit, bisa-bisa anak udah main listrik atau hal bahaya lain. Bisa juga kasih aturan kegiatan-kegiatan rumah tangga yang tidak boleh dilakukan sambil memegang si kecil, misalnya saat mencuci atau menjemur atau memasak!
Untuk ibu bekerja atau ibu yang sering meninggalkan anak seharian dengan pengasuh. Pastikan pasang cctv di rumah dan jangan sampai ada area blind spot. Soalnya teman saya pernah tuh, suatu hari ia cek cctv dan hanya terlihat dua anaknya main di depan TV, nannynya nggak kelihatan sama sekali! Ternyata ia memperhitungkan posisi cctv dan seharian hanya nonton TV, duduk di depan kamar yang kebetulan blind spot jadi tak terlihat dari sudut cctv mana pun.
Terakhir, tidak ada salahnya memperlakukan ART atau nanny sebagai karyawan dengan kontrak kerja yang jelas dan ditandatangani di atas materai. Semua dos and don’ts termasuk area mana yang tidak boleh ia masuki, kata-kata apa yang tidak boleh dibicarakan pada anak, berapa hari ia boleh libur, berapa kompensasi saat lembur, dan sebagainya.
Semoga anak-anak kita selalu diberi perlindungan oleh Tuhan, ya Mom.