Sorry, we couldn't find any article matching ''
Diana Riaya Kusumaningrum, "Bekerja dengan Hati Akan Membuat Pekerjaan Kita Lebih Bermakna"
Percayalah, segala pekerjaan yang dilakukan dengan hati akan memberikan output dan value yang jauh lebih maksimal. Hal ini pula yang selalu dipegang oleh Diana Riaya Kusumaningrum, dalam mengemban tugasnya. Baik sebagai Media Manager di Beiersdorf Indonesia, tentu saja saat ia berperan sebagai sebagai ibu dan istri.
Saya percaya, kalau bekerja dengan hati pasti akan menghasilkan pekerjaan yang jauh lebih baik. Apalagi kalau berkaitan dengan pekerjaan menulis seperti yang saya lakukan. Rasanya, nih, tulisan saya lebih 'benyawa'. Harapannya, orang yang membaca tulisan saya lebih bisa ikut merasakan feel-nya. Tapi apakah bekerja dengan hati hanya berlaku untuk seorang penulis? Ya, jelas saja tidak.
Setidaknya hal ini diakui oleh Diana Riaya Kusumaningrum, Media Manager at Beiersdorf Indonesia. Ia mengaku, pekerjaan yang ia lakukan akan terasa bermakna dan menghasilkan nilai yang lebih jika dirinya bekerja dengan hati. "Saat bekerja aku selalu berusaha memberikan value yang lebih. Lagi pula kalau kita itu puts our heart dalam bekerja, hasilnya akan membuat pekerjaan itu jadi jauh lebih bermakna. Kita juga bisa lebih happy, kerjaan kita kita bisa dinikmati banyak orang. Ya, aku bekerja bukan untuk mengejar jabatan dan uang aja, sih, tapi lebih ke pada bagaimana aku bisa men-deliver apa yang aku bisa lakukan," ungkapnya.
Di tengah hujan yang mengguyur kota Jakarta beberapa waktu yang lalu, sambil ditemani secangkir kopi panas, saya dan Mbak Dina sempat betemu. Berbicang segala macam hal, tentang pentingnya passion dalam bekerja, tentang seorang perempuan saling mendukung satu sama lain, tentang kesibukan sebagai working mom, dan tentu saja soal me time yang memang dibutuhkan seorang perempuan .
Sebagai ibu bekerja masa kini, tantangan yang paling terasa apa saja sih Mbak?
Pastinya soal membagi waktu, ya. Bagaimana kita harus bisa mengatur waktu. Sebagai ibbu bekerja tentu saja kia harus tetep professional mengerjakan pekerjaan yang sudah ada di depan mata, tapi keluarga di rumah juga harus tetap di perhatikan. Anak aku satu, sekarang baru berusia 2 tahun 7 bulan, usia segini kan lagi butuh-butuhnya perhatian, dan demanding. Jadi harus mengatur perintilan di rumah. Bukan melupakan rules bapak, tapi biasanya kan kalau urusan harian itu tugasnya ibu. Tapi untungnya keluarga besar seperti mamaku dan kakaku juga masih jadi support system buat aku. Termasuk bantuan mbak di rumah. Jadi aku masih bisa fokus kerjaan.
Ada nggak, sih, tools yang Mbak gunakan untuk membantu pekerjaan lebih mudah?
Kalau aku itu memang nggak terlalu detail untuk menulis semuanya di note book. Ya sorry to say, aku jadinya sampai sekarang itu mengandalkan handphone untuk mencatat semuanya. Kalau ngak, ya, bisa blank semua. Semua jadwal meeting kan juga sudah ada di handphone. Jeleknya, jadi aku seperti ketergantungan dan jadi lihat handphone terus. Saat ini aku kan juga pegang media untuk beberapa brand untuk Nivea, Nivea for Man, dan Hansaplast, belum lagi untuk digitalnya. Jadi memang harus belajar well organized , kalau dulu kan, ya, sudah dingat begitu saja. Kalau sekarang sudah nggak bisa mengandalkan ingetan aku saja. Mungkin juga karena sudah faktor usia, ya, hahahaha… aku juga sudah punya catatan, sih, mengenai progress pekerjaan, ada minutes of meeting-nya. Apalagi kalau sudah ketemu agency, soalnya aku ini berhubungan dengan agency itu banyak banget, ya.
Ada cara lain nggak, supaya kerjaan Mbak lebih efektif?
Di departemen aku ini kan lebih banyak yang sifatnya stategi dan creativity, itu yang harus dipadukan. Jadi kalau ada ide yang datangnya muncul begitu saja, memang harus aku aku catat, sih. kalau nggak begitu, bisa lupa. Jdiaku punya catatan, ide apa saja nih, ide-ide yang bisa diaplikasi di beberap brand. Ini juga termasuk dalam proses thinking-nya juga, sih. Kalau lebih efektif lagi, yang memang harus membutuat thing to do, dan next action kita mau ngapain lagi, yang sering dikhawatirkan itu kan meeting terus menurus, tapi yang lupa malah follow up dari meeting tersebut nggak ada. Kalau reflection, aku suka menemukan kondisi seperti ini.
Dukungan keluarga sendiri seperti apa, sih, Mbak, sebagai working mom?
Kalau suami, sih, mendukung 100% pilihan aku tetap bekerja, meskipun aku harus bekerja saat weekend. Kalau begini, biasanya aku akan melihat kondisi dan situasi, apakah aku bisa ajak anak apa nggak. Kalau nggak bisa, ya suami yang akan bantu jaga. Berat, sih, Mbak…apalagi kalau memang harus business trip ke luar kota atau luar negeri. Memang lebih ke anak, sih, ya….
Hal mendasar yang membuat Mbak yakin untuk tetap bekerja setelah menikah dan punya anak?
Kalau dulu sih, kerja ya memang hanya sekadar kerja saja, karena memang harus kerja untuk cari uang. Masa kalau sudah kuliah terus nggak kerja? Kalau sekarang itu, sih aku kerja akhirnya setelah melalui proses kerja bertahun –tahun. Bahwa aku bekerja memang karena aku suka. Mungkin, kalau aku nggak bekerja seperti sekarang, aku akan bertanya-tanya sendiri, ‘Gue bakal happy nggak ya?’ Dengan kerja karena memang aku suka, jadi bikin aku happy. Jadi saat bangun pagi ada semangatnya. Ada target yang aku kerjakaan. Apalagi kalau aku melihat bahwa apa yang aku kerjakan ada manfaat dan value yang bisa didapatkan oleh orang lain. Itu tuh, senang banget!
Aku dulu kuliah di Teknik Sipil Universitas Indonesia, bingung pilih kuliah apa… pas masuk aku merasa ini bukan dunia gue. Suka ngitung, sih, tapi nggak gitu-gitu banget. Dulu kerja pertama kali juga di agency. Di marketing aku justru merasa bisa kasih value lebih buat orang lain. Dari sini aku jadi tahu, bahwa dunia PR, marketing is my things.
Aku di Nivea ini juga dapat tantangan baru, salah satunya ‘menghidupkan’ brand Nivea Crème yang sudah sangat lama tapi di Indonesia ini tapi cukup ‘menghilang’, padahal ini kan produk lama dan icon Nivea. Waktu itu dikasih tahu kalau Nivea Crème ini sudah lama banget nggak dikomunikasiin. Akhirnya aku ngulik terus, dan akhirnya bikin campaign Mothers Day yang pertama itu tahun 2014, di mana aku memang harus ngulik lagi soal mothers care, yang akhirnya kita pakai sebagai rutenya Nivea ke arah sana.
Lanjut sampai sekarang, bahkan tahun ini kan campaign-nya lumayan besar, ya. Sampai akhirnya boss aku bilang lagi kalau aku juga perlu bikin CSR-nya, akhirnya tahun ini muncullah program sentuhan ibu ini dan kerja sama dengan Mommies Daily.
Me time-nya ngapain aja, sih, Mbak?
Ya, nggak beda dengan dengan ibu yang lain, sih, ya… kalau aku itu paling senang pijat-pijat... seharian itu pijetan saja, dua tiga jam. Selain itu, kalau kata orang online shopping, aku juga senang. Begitu barang datang, happy banget!
Sebagai orangtua masa kini, apa yang paling bikin Mbak khawatir?
Pengaruh digital, ini ada plus minusnya, sih, ya…. tapi yang memang peran orangtua benar-benar dibutuhkan di sini. Bagaimana kita bisa mendampingi anak. Anak zaman sekarang itu kan pinter bangetkan ya, pada suatu ketika saat anak aku lagi rewel pernah dikasih liat nonton YouTube, tapi nggak disangka-sangka, anak aku itu jadi sepertinya tahu how to next the video. Wah, aku piker gimana kalau memang anak aku sudah lebih besar. Makanya sebagai orangtua harus bisa mengawasi dan bisa banyak belajar lagi, sih, ya.
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS