Mengulik Kedekatan Quraish Shihab dan Najwa Shihab

Parenting & Kids

adiesty・07 Nov 2017

detail-thumb

"Kita semua mungkin pernah pergi tapi pastikan kita tahu ke mana bisa kembali. Maka kebahagiaan yang seutuhnya harus terasa hingga ke tengah rumah. Di sanalah kita menyadari betapa keluarga adalah permata paling hebat di seantero dunia," Najwa Shihab. 

Kutipan di atas saya ambil dari Catatan Najwa yang berjudul Permata Keluarga.

Di awal Agustus lalu, saya sempat datang ke acara Permata Wealth Wisdom 2017 yang menghadirkan beragam acara. Salah satunya adalah talk show Family Wisdom yang dibawakaan oleh Quraish Shihab dan puterinya, Najwa Shihab.

Mengetahui mereka menjadi salah satu nara sumber, jelas saja kesempatan ini nggak mau saya sia-siakan. “Kapan lagi saya bisa mendapat kesempatan untuk melihat dan mendengar mereka secara langsung? Tema yang diulas pun berkaitan dengan keluarga,” pikir saya.

Najwa Shihab-mommiesdaily

Bisa dibilang saya memang satu penggemar keluarga Shihab. Bagaimana hati ini selalu merasa sejuk ketika saya mendengar untaian kalimat dirangkai setiap kali Quraish Shihab ceramah di televisi.  Betapa saya terpesona melihat perjalan Najwa Shihab sebagai seorang jurnalis. Pun pada Najla Shihab sebagai tenaga pendidik dan psikolog. Saya semakin jatuh cinta begitu megetahui bahwa sosok Quraish Shihab sebagai Abi memiliki kedekatan dan hunungan yang hangat dengan 5 orang anaknya.

Rasanya sangat tepat kalau saya memberikan sedikit gambaran talkshow yang saya ikuti waktu itu. Apalagi kalau ingat, tema besar Mommies Daily bulan ini berkaitan dengan fatherhood.

Ada salah satu pesan Quraish Shihab yang begitu mengena di hati saya, berkaitan bagaimana orangtua harusnya memberikan kesempatan dan kepercayaan pada anak-anaknya. Pun berkaitan soal keterbukaan dan komunikasi dalam keluarga.

“Tidak jarang orangtua yang terlalu takut menghadapi situasi yang mereka duga akan dihadapi anaknya. Ada nasihat dari para pendidik yang bilang, sebagai orangtua kita bisa belajar dari monyet. Bagaimana dengan monyet? Mereka itu hanya mengawasi anak-anaknya dari jauh, sementara kita cenderung merasa khawatir lebih dulu. Selalu memberikan perlindungan  sampai anak takut untuk mengambil keputusan sendiri. Mestinya kita itu memberikan kepercayan pada anak, percaya bahwa mereka bisa maju,” papar Quraish Shihab.

Menanggapi apa yang dikatakan Abi-nya, Najwa Shihab bercerita bahwa dulu saat masih berusia 16 tahun, dirinya mendapat kesempatan mendapat beasiswa pertukaran pelajar ke Amerika Serikat, Abi merupakan orang pertama yang menyemangati dan memberikan kepercayaan penuh bahwa dirinya bisa pergi ke Amerika Serikat.

“Saya ingat, waktu itu saya luar biasa semangat karena bisa punya kesempatan untuk belajar di Amerika. Tapi banyak keluarga yang tidak mengizinkan untuk berangkat. Dianggapnya, masa anak perempuan jalan sendiri, pergi sendiri, nggak kenal siapa-siapa di Amerika. Ada pertentangan di keluarga saat itu mengenai boleh atau tidak anak perempuan usia 16 tahun pergi ke Amerika Serikat seorang diri. Tetapi saya ingat, Abi justru yang memberikan semangat, 'Nggak apa-apa, Nana tetap berangkat, karena ini untuk pendidikan. InshaAllah nggak ada apa-apa,'  Dan akhirnya saya benar-benar dilepas di Amerika,” kenang Najwa Shihab.

Mantan jurnalis Metro TV ini juga mengisahkan bagaimana pola asuh yang ia dapatkan dari Abinya. Bahwa sejak dulu Abi-nya tidak pernah memaksakan anak-anak mau jadi apa, profesinya apa yang akan diplih oleh anak-anaknya. "Abi tidak pernah memberikan batasan pada anak-anak perempuannya. Abi selalu memberikan kepercayaan penuh untuk anak-anaknya, ” begitu katanya.

Najwa Shihab pun mengaku kalau pendidikan dan tauladan yang diberikan oleh abinya pun membuat Najwa Shihab tularkan pada keluarganya sendiri. Hal ini berkaitan dengan ketekunan dan sikap rendah hati yang dimiliki oleh Abinya.

“Saya nggak mau memuji Abi, kok, saya hanya menceritakan apa adanya. Apa yang Nana lihat dan alami sejak lahir sampai sekarang. Sepanjang yang saya ingat, Abi itu selalu menulis dan membaca, setiap pagi setelah saya bangun pagi, pasti Abi sudah duduk di meja kerjanya di depan komputer atau sedang membaca. Dan itu yang selalu Abi lakukan setiap hari. Itulah yang membuat kami, anak-anaknya mencontoh karena yang itulah yang paling penting dalam keluarga adalah seorang yang bisa menjadi tauladan dalam hidupnya. Dan tauladan tulah yang saya dapatkan dari Abi.”

Perempuan kelahiran 16 September ini melanjutkan, “Abi itu juga sangat rendah hati. Abi sudah belajar agama selam 60 tahun lebih, sejak usia 12 tahun, bahkan sejak 11 tahun sudah belajar agama. Tapi Abi tidak pernah merasa paling tahu, tidak pernah merasa dirinya paling pintar. Kalau menulis dalam bukunya, tidak pernah menggunakan kata saya. Selalu menggunakan kata kami. Abi tidak pernah meng-akukan dirinya. Karena abi selalu bilang bahwa ilmu yang Abi dapat bukan didapat dari dirinya sendiri, bukan hanya lewat pendidikan yang sudah dilaluinya, tapi karena dari hasil perjuangan banyak orang. Dari orangtua Abi yang sudah menyekolahkan, dari guru  Abi, dan dari begitu banyaknya orang yang sudah melakukan apapun untuk memastikan Abi bisa tetap sekolah dan  bisa menulis. Dan hal inilah yang selalu menjadi pegangan buat saya betapa rendah hatinya abi.”

Tahu tidak, sepanjang saya mendengar cerita Najwa Shihab, pikiran saya seakan ikut menari. Membayangkan betapa hangat dan dekatnya hubungan seorang ayah dan anak perempuannya ini. Kalau begini, pantas saja ada pepatah yang mengatakan seorang ayah adalah cinta pertama untuk anak perempuan.

Saking dekatnya hubungan ayah dan anak-anaknya ini, bahkan untuk urusan finansial, seperti honor ceramah yang baru diterima juga diceritakan oleh Muhammad Quraish Shihab pada anak-anaknya.

“Saya ingat dulu setiap kali pulang ceramah abi selalu bilang, “Ini Abi baru dapat honor dari ceramah, kira-kira abi dapat berapa, ya?” Sampai untuk hal-hal seperti itu Abi sangat terbuka pada kami, kemudian kami jadi tahu bagaimana kondisi keuangan keluarga. Suami saya dulu juga sempat heran, sampai seterbukanya itu keluarga kami, apa-apa dibicarakan. Namun dari sana justru saya belajar bahwa dalam sebuah keluarga memang kuncinya adalah komunikasi, sehingga tidak ada curiga satu sama lain,” ungkap Najwa Shihab.

Aaaah... soal yang satu ini saya pun sangat setuju. Bahwa komunikasi merupakan salah pondasi yang perlu dibangun dengan  kuat dalam keluarga.

Di akhir acara, Najwa Shihab sempat membaca Catatan Najwa yang bejudul Permata Keluarga. Saya kutip juga, ya…..

Keluarga ialah pohon yang menjulang ke udara dengan dahan dan ranting yang tumbuh ke mana-mana, namun semua masih berasal dari akar yang sama

Satu sama lain bisa berbeda watak dan pilihan, rasa sayang yang terus menyatukan

Tak ada yang lebih baik ari keluarga dalam mengajarkan cinta kasih yang tak terkira.

Nilai nilai yang ditanamkan sejak dini membuat keluarga jadi lembaga pendidikan yang paling hakiki

Pada setiap pencapaian masingmasing kita selalu ada sumbangsih keluarga yang tidak terkira

Sebab kesuksesan hanya melahirkan kekosongan jika keluarga tidak lagi menyediakan kehangatan.

Kita semua mungkin pernah pergi tapi pastikan kita tahu ke mana bisa kembali.

Maka kebahagiaan yang seutuhnya harus terasa hingga ke tengah rumah.

Di sanalah kita menyadari betapa keluarga adalah permata paling hebat di seantero dunia