Ditulis oleh: Lariza Puteri
Namanya memang keren, tapi kejadiannya sama sekali tidak keren karena artinya adalah persalinan yang macet.
Saya mengenal distosia beberapa bulan lalu, ketika adik ipar saya melahirkan. Saat pertama diberitahu, saya terbata-bata menyebut kata Distosia. Agak keren sih saat diucapkan, tapi kejadian Distosia saat melahirkan sama sekali tidak keren. Bahkan cenderung sedikit seram. Distosia adalah persalinan yang macet. Macet yang artinya tidak ada kemajuan dalam proses persalinan. Bayangkan bayi yang seharusnya keluar dari perut dengan proses alami, tiba-tiba berhenti sehingga membahayakan kesehatan dan jiwa bayi dan ibu.
Dalam proses persalinan yang normal, pembukaan yang dialami ibu hamil akan terjadi secara berkala. Memasuki pembukaan ke empat, ibu akan mengalami fase aktif, yaitu 1 sentimeter per jam, sehingga dalam waktu 6 jam pembukaan sudah lengkap dan siap melahirkan. Namun, akibat Distosia, perjalanan pembukaan tersebut bisa saja terhenti dan tidak ada kemajuan. Bila hal ini dibiarkan dikhawatirkan akan terjadi robekan di rahim, dan detak jantung janin melemah.
Baca juga:
Kontraksi Itu Rasanya Speechless
Lalu apa, sih penyebab Distosia ini? Menurut penjelasan dokter Ricky Susanto, SpOG dari RS Mitra Keluarga Kali Deres, Jakarta, ada 3 penyebab distosia, yaitu:
1. Power atau kekuatan
Saat melahirkan ibu perlu memiliki tenaga untuk mengejan. Namun, karena kelelahan, tenaga ini bisa berkurang atau bahkan terhenti. Dari kondisi yang lelah ini, kontraksi yang seharusnya terus berjalan pun menjadi terganggu. Selain lelah, kondisi dehidrasi dan kondisi psikologis ibu yang terlalu takut, cemas, khawatir dan panik juga bisa mengacaukan kontraksi. Sementara, tanpa kontraksi, proses persalinan tidak bisa berjalan lancar.
2. Jalan lahir
Panggul sempit juga menjadi salah satu faktor penyulit persalinan. Segala sesuatu yang menghalangi jalan lahir lainnya seperti adanya tumor, kandung kemih yang penuh juga bisa menghalangi bayi agar segera keluar.
3. Keadaan bayi
Keadaan bayi yang bisa menyebabkan Distosia adalah ukuran bayi yang besar, sehingga ia tak bisa melewati jalan lahir. Tak hanya itu, ternyata posisi kepala bayi yang miring juga menjadi penyebab Distosia. Saat proses persalinan kepala bayi seharusnya tertekuk sehingga bagian terkecil tengkorak atau ubun-ubun berada di posisi ‘terdepan’ untuk keluar. Namun, bila posisi kepala bayi miring, hal ini akan mempersulit persalinan.
Adik ipar saya mengalami Distosia saat fase kala 2. Kala 2 ini adalah fase yang dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir. Sementara, kala 1 adalah fase dari awal pembukaan 1 sampai pembukaan lengkap. Idealnya, bagi ibu baru yang belum pernah melahirkan, dalam waktu maksimal 2 jam di fase kala 2, bayi harus sudah lahir (untuk ibu yang sudah pernah melahirkan sebelumnya, fase kala 2 ini maksimal hanya 1 jam). Bila lebih dari 2 jam, dokter bisa mengatakan bahwa ibu mengalami Distosia dengan penyebab salah satu atau lebih seperti yang saya ceritakan di atas.
Perjalanan akhir dari kasus Distosia tidak serta merta berakhir pada operasi caesar. Saat terjadi Distosia, dokter akan memberitahu ibu keadaan terkini, dan berusaha mengatasi dengan cara-cara yang memungkinkan. Misalnya, bila kontraksi yang terjadi sangat kurang, maka dokter akan memberi perangsang kontraksi melalui infus.
Sayangnya, kejadian Distosia bukanlah kejadian yang bisa dicegah jauh-jauh hari. Distosia terjadi saat proses persalinan berjalan, sehingga hanya bisa didiagnosis saat proses persalinan. Kecuali bila ibu memang memiliki masalah panggul sebelumnya, seperti pernah terjadi kecelakaan, tinggi badan ibu kurang dari 145 cm (biasanya pinggulnya sempit), ukuran janin yang terlalu besar, maka kemungkinan Distosia bisa dicegah dengan jalan operasi caesar.
Distosia yang dibiarkan bisa mengakibatkan infeksi pada ibu yang disebabkan oleh robekan rahim. Kondisi infeksi ini juga berimbas pada kesehatan janin. Bayangkan saja, bayi yang belum lahir ditempatkan di sebuah tempat yang tidak aman. Itulah sebabnya, kondisi Distosia memerlukan pertolongan yang cepat dan tepat.
Baca juga: