banner-detik
CAREER

5 Strategi Menyikapi Atasan yang Sering Menyepelekan Hasil Pekerjaan

author

?author?11 May 2017

5 Strategi Menyikapi Atasan yang Sering Menyepelekan Hasil Pekerjaan

Kalau memang ngerasa udah kerja maksimal, sesuai aturan dan kasih yang terbaik buat perusahaan. Tapi malah disepelekan atasan, coba jalankan 5 strategi ini.

Emang paling nggak enak, sih, kalau dipandang sebelah mata sama atasan. Apalagi kalau job description yang kita kerjakan sudah maksimal. Terus kayak dimentahin gitu aja. Inilah salah satu risiko, masih bekerja pada perusahaan, alias masih jadi karyawan. Tapi nggak mentang-mentang, risiko, jadi pasrah gitu aja, dong, ya?

Strategi Menyikapi Atasan yang Sering Menyepelekan Hasil Pekerjaan - Mommies dailyImage: www.businessnewsdaily.com

Selama saya kerja, udah beberapa kali gonta-ganti pemimpin. Mulai dari yang perempuan dan yang laki-laki. Masing-masing dari mereka, punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ada masanya saya mesti berhadapan dengan pemimpin yang menyepelekan hasil kerja saya. Padahal si bos juga nggak kasih arahan yang jelas. Rasanya memang nggak nyaman, tapi masih bisa diatasin dengan 5 strategi ini.

1. Instropeksi diri

Kalau nerima keritik jangan langsung defensif. Coba arahkan terlunjuk ke diri kita sendiri dulu, mommies. Mungkin saja memang kita yang nggak tuntas mengerjakan proyek atau tugas yang diberikan atasan. Lebih baik bawel  dari awal tanya sebanyak mungkin kalau belum jelas, ketimbang di akhir pekerjaan, mommies diserang abis-abisan sama atasan. Kalau sudah menemukan, akar permasalahannya. Kejar solusinya sampai jelas. Tanyakan lagi, bagian mana yang perlu diperbaiki. Jika memang perintah selanjutnya masuk akal, segera kerjana. Tapi kalau tidak, ada saatnya mommies boleh mengatakan tidak.

2. Tanyakan langsung

Komunikasi dua arah yang dilakukan secara langsung, akan lebih efektif, ketimbang kita menebak-nebak, apa gerangan yang membuat atasan memandang sebelah mata pekerjaan kita. Cari waktu yang paling tepat, saat kedua belah pihak tidak dalam keadaan emosi. Kalau memungkinkan, cari tempat di luar kantor. Agar suasana juga lebih santai, tapi tetap jangan lupa dengan agenda utamanya. Mencari jalan keluar terbaik.

Baca juga: Ingin Cepat Mendapatkan Promosi? Lakukan Hal Ini!

 3. Buktikan!

Jika hati anda melunak, dan memberikan kesempatan, jangan disia-siakan. “Kerja keras nggak akan pernah berkhianat!”, begitu pesan salah satu mantan atasan saya. Kalau udah kerja mati-matian kasih bukti tapi masih juga disepelekan, mati beralih ke strategi berikutnya.

4. Diskusi dengan HRD

Kalau udah mentok, nggak ada salahnya cari bantuan kepada pihak HRD. Curhat sama rekan kerja, boleh saja tentang keluh kesah yang anda rasakan, tapi tetap pilih-pilih rekan kerja yang bisa dipercaya, ya. Saat berhadapan dengan HRD, usahakan bicara berdasarkan bukti-bukti yang ada. Tunjukkan KPI yang atasan inginkan, dengan hasil KPI yang sudah diraih. Data akan bicara lebih “lantang” dibandingkan mommies berkoar-koar sebatas mencurahkan kekesalan.

Baca juga: Punya Atasan Otoriter? Hadapi dengan Cara Ini!

5. Bekerja karena dedikasi terhadap profesi, bukan karena takut dengan atasan

Satu lagi pesan dari mantan atasan, yang sampai sekarang saya pegang adalah “Setia terhadap profesi kamu, bukan pada pekerjaanmu!”. Artinya gini mommies, dimanapun kita bekerja, bekerja karena memang kita menyukai profesi tersebut, bukan karena tuntutan pekerjaan dari atasan atau takut. Makanya memang penting banget, nih, dari awal pilih profesi yang sesusai sama passion kita. Merasa sudah all out, tapi tetap disepelekan, waktu balik bertanya, “Ada apa dengan atasan kita?”, cari tahu dengan cara elegan, track record dia. Apakah memang dari dulu, sudah punya kecenderungan yang sama? Kalau saya ada titik ini, saya terlebih dahulu mencari kemungkian pindah divisi. Dan terakhir, kalau segala cara sudah tidak bisa ditempuh, saatnya mencari kesempatan di perusahaan lain :)

Baca juga:

Yakin Mau Resign?

7 Tanda Anda Salah Memilih Karier

Share Article

author

-

Panggil saya Thatha. I’m a mother of my son - Jordy. And the precious one for my spouse. Menjadi ibu dan isteri adalah komitmen terindah dan proses pembelajaran seumur hidup. Menjadi working mom adalah pilihan dan usaha atas asa yang membumbung tinggi. Menjadi jurnalis dan penulis adalah panggilan hati, saat deretan kata menjadi media doa.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan