Setiap karyawan perempuan punya hak untuk mengambil jatah cuti haid di hari pertama. Meskipun begitu, toh, banyak ibu berkerja yang jarang mengambil hak cuti haid setiap bulannnya. Kenapa, ya?
Pertama kali masuk jadi warga Female Daily Network, saya sudah tahu kalau jam kantor di sini sangat fleksibel dan paham akan kebutuhan seorang ibu. Artinya, kalau memang ada urusan yang sifatnya urgent, semacam anak sakit atau kondisi tertentu yang nggak bisa kita datang ke kantor, pekerjaan bisa dilakukan di rumah atau luar kantor. Belum lagi soal adanya hal cuti haid bagi karyawan perempuan di hari pertama.
Ngomongin soal cuti haid, meskipun peraturan ini sudah tertuang di dalam UU No.13 Tahun 2003 Pasal 81, kenyataannya memang masih cukup banyak, kok, perusahaan yang tidak menerapkannya. Kalaupun ada, malah suka lalai untuk menyampaikan atau menerangkan pada karyawan wanita mengenai hal tersebut. Karena nggak ada sosialisasi yang jelas, karyawan perempuan banyak yang nggak ngeh soal hak cuti yang satu ini.
Saya kepikiran, kenapa, ya, masih banyak perusahaan yang nggak woro-woro soal cuti haid ini? Tidak mencantumkan pada dalam perjanjian kerja karyawan. Apa mungkin karena takut hak cuti ini dimanfaatkan karyawan perempuan khususnya ibu bekerja untuk tidak masuk kerja meskipun tidak sakit ketika haid pertama?
Padahal, meskipun hak cuti haid pada karyawan perempuan disosialisasikan, nggak semuanya lantas jadi aji mumpung untuk ambil jatah cuti ini, kok. Setidaknya saya bisa melihat dari ruang lingkup kantor sendiri, di mana teman-teman saya khususnya yang sudah berstatus jadi ibu, nggak lantas memanfaatkan hak cuti haid setiap bulan.
Seingat saya, selama 4 tahun bekerja di Mommies Daily, saya pun jarang mengambil hak cuti haid ini. Kenapa? Ya, karena setiap datang tamu bulan, saya lebih sering nggak merasa sakit. Syukurnya, saya memang jarang sekali mendapatkan keluhan di awal menstruasi.
Lewat hasil obrolan bersama teman-teman yang jadi ibu bekerja, ternyata memang terbukti kok, kalau mereka jarang mengambil jatah cuti haid. Alasannya, tentu saja bermacam-macam.
Hasil ngobrol denga beberapa teman, ternyata memang banyak dari mereka yang jarang ambil hak cuti haid di hari pertama lantaran memang merasa tidak sakit. “Kalau memang nggak sakit dan nggak ada keluhan, ya, buat apa cuti? Toh, masih bisa produktif. Jadi akan cuti haid kalau seperlunya aja," ujar Priska salah satu teman saya yang berkerja bagian kepegawaian Direktorat Bia Ivestasi Infrastruktur, Pekerjaan Umum.
Nah, kalau teman saya sejak zaman SD, Rima Pratisto yang bekerja di salah satu perusahaan tambang batubara mengatakan kalau alasan dirinya jarang ambil jatah cuti haid dikarenan ia sering lupa. Ia bercerita, selama 14 tahun bekerja di perusahaan tersebut, ia hanya mengambil tidak lebih dari 3 kali jatah cuti haid di hari pertama. “Iya, gue tuh kadang sering lupa kalau memang di kantor kita ada hak cuti haid di hari pertama. Mungkin juga karena sosialisasinya kurang.
Berbeda dengan Arninta, Publik Relation Nutrifood. Ia mengatakan kalau memang dirinya tidak pernah mengambil cuti haid di hari pertama. “Di kantor aku sudah ada yang namanya IMP, izin meninggalkan pekerjaan selama 2 jam, maksimal 3 kali dalam sebulan. Bisa diambil kalau ada hal yang urgent. Nah, aku justru lebih sering ambil IMP ini karena urusan peremak-emakan, hahaha. Lagipula kalau menstruasi aku juga nggak sakit. Tapi kalau ada yang mau ambil, ya silakan saja, karena kan memang hak."
Kalau ini, sih, saya alasan saya pribadi dan sebennarnya mirip dengan alasan Arninta di atas. Mengingat jam kantor saya cukup fleksibel, ditambah lagi ada substitute weekend yang bisa diambil setelah bekerja di akhir pekan bekerja, rasanya kok sudah cukup, ya? Nggak ada alasan buat saya untuk mengambil jatah cuti kalau memang saya nggak sakit dan masih merasa bisa bekerja.
Satu lagi, nih, alasan yang banyak dilontarkan temen-teman saya mengapa mereka jarang ambil jatah cuti haid. Selain memang nggak merasa sakit, mereka banyak yang bilang kalau jadi nggak enak kalau jadi excuse nggak masuk padahal memang nggak sakit. Kalau kata Priska, "Nggak pernah mau aji mumpung cuti dan bilang sakit, takut kualat nantinya, hahahaa”.
Bagaimana dengan mommies yang lain? Kalau melihat fakta ini, sebenarnya semua perusahaan nggak perlu parno ya untuk memberikan hak cuti pada semua karyawan perempuannya. Toh, hak tersebut akan kita ambil kalau memang diperlukan saja, kok.