banner-detik
ETC

Yuk, Berhenti Memamerkan Kebodohan di Social Media

author

?author?04 Jan 2017

Yuk, Berhenti Memamerkan Kebodohan di Social Media

Jangan bangga saat jadi bagian pembodohan di sosial media, saatnya bertindak, saatnya turut andil menghentikan penyebaran kebencian.

Beberapa minggu terakhir ini, social media saya (khususnya FB), dipenuhi timeline berbau politik, dan SARA (Suku Ras Agama dan Antar Golongan). Lho, lalu apa masalahnya? Masalahnya adalah, berita yang berupa artikel, video atau infografis yang di-share mengarah menjelek-jelekan pihak tertentu, dan bahayanya berita itu belum tentu valid dari segi kebenarannya.

Yuk, Berhenti Memamerkan Kebodohan di Social Media - Mommies DailyHati saya makin pilu, ketika mendapati Bagus (10) anak Fia, Managing Editor Mommies Daily pernah bertanya langsung kepada dirinya, “Mah, kalau Boaz Solossa nge-goal-in, haram dong. Kan dia kristen!.” DANG! Coba deh, anak usia segitu sudah bisa berpikir kritis seperti itu! Apa kabarnya, kalau berita berbau fanatisme dan kebencian terus saja bergulir di sekitar kita? Apa kabarnya semboyan Indonesia, Bhineka Tunggal Ika, yang anak-anak kita pelajari di sekolahnya? Bisa-bisa hanya menjadi sejarah masa lalu. Anak-anak perlu lingkungan yang sehat fisik dan psikis, ini harga mati menurut saya. Mau hanya penjadi penonton dan berdiam diri saja menyaksikan tersebarnya berita hoax, berdampak mengerikan untuk keturunan kita nanti dan jadi ajang pembodohan? Kalau saya sih, nggak mau, mommies, kita harus bergerak!

Pergerakan yang saya maksud nggak perlu kok sampai yang gimana banget. Disesuaikan dengan kapasitas diri kita masing-masing, cukup tidak ikut-ikutan menebar kebencian dan fanatisme berlebihan. “Setidaknya kita pasif dan tidak menyebarkannya kembali, jika dipandang perlu, bisa menyampaikan ke kepolisian atau lapor ke Kementerian Kominfo dengan aduankonten@mail.kominfo.go.id,” begitu kata Dr. Dadang Rahmat Hidayat, SH., S.Sos., Msi, Dekan Fakultas Komunikasi, Universitas Padjadjaran, memberikan pandangannya mengenai peran yang bisa kita ambil sebagai WNI, yang nggak mau Indonesia dipecah belah dengan berita yang memojokkan pihak tertentu, apalagi berbau SARA.

Apalagi zaman sekarang, yang namanya informasi udah makin tak terbendung, kan? kalau kata Pak Dadang, informasi itu bisa datang dari mana saja! Dan, yang wajib diingat kata beliau, sebagian besar informasi di sosmed bukan dari sumber pertama dan utama. Perlu dipastikan kebenaran sumbernya terlebih dahulu, makin bereputasi sumber informasi akan makin baik informasinya. Setelah itu baru cek substansinya dengan mencari sumber lainnya sebagai pembanding.” Hal lain yang biasa saya cek adalah judul, kalau judulnya sudah provokatif, dan sekadar mengejar pageview, tanpa ragu, langsung saya report dan blocked.

Selanjutnya, perhatikan website atau portal yang memuat berita, Website atau portal yang kredibel biasanya menggunakan domain yang tidak gratisan, mempunyai alamat web yang jelas, mencantumkan penanggungjawab dan identitas lainnya seperti alamat kantor atau nomor telepon yang bisa dihubungi, menuliskan sumber-sumber informasinya,” lanjut Pak Dadang.

Terlepas dari berbagai kepentingan pribadi atau kelompok tertentu di balik berita-berita yang bikin hati ini resah, Pak Dadang menangkap ada fenomena secara individu seringkali untuk menunjukkan eksistensinya atau aktualisasi dirinya dengan menyebarkan berbagai informasi yang belum tentu benar, terkadang berusaha untuk menjadi eksis person walau belum tentu smart person.

Yuk, Berhenti Memamerkan Kebodohan di Social Media - Mommies Daily

Selain itu, ada hal penting yang disampaikan Pak Dadang dari segi prinsip jurnalisme.  Ketika kuliah, saya mengenalnya dengan Sembilan Elemen Jurnalisme dari Bill Kovach dan Tom Rosenstiel (2001), dalam bukunya “The Elements of Journalism, What Newspeople Should Know and the Public Should Expect”, (New York: Crown Publishers).

Pada prinsipnya jurnalisme itu menjunjung tinggi kebenaran, artinya informasi atau berita yang disampaikan kepada publik haruslah benar, namun benar saja belum cukup haruslah juga layak untuk diterima oleh publik, bahkan informasi tersebut haruslah informasi yang bermanfaat, tentu bukan informasi yang tidak benar atau bohong, tidak layak dan menimbulkan dampak yang tidak baik di masyarakat,” tutup Pak Dadang.

Mulai sekarang, sudah siap kan, mommies melakukan pergerakan ke arah positif? Jangan beri ruang, sebagian orang yang mau memecah persatuan Bangsa Indonesia, lewat berita-berita yang nggak bisa dipertanggungjawabkan.

Share Article

author

-

Panggil saya Thatha. I’m a mother of my son - Jordy. And the precious one for my spouse. Menjadi ibu dan isteri adalah komitmen terindah dan proses pembelajaran seumur hidup. Menjadi working mom adalah pilihan dan usaha atas asa yang membumbung tinggi. Menjadi jurnalis dan penulis adalah panggilan hati, saat deretan kata menjadi media doa.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan