Saat anak usia dua tahun sudah pandai merayu orangtuanya supaya nggak jadi marah, harus bersikap seperti apa, ya?
Alkisah, anak pertama saya Jordy yang berusia 2 tahun 5 bulan, sekarang punya hobi baru. Mending sih kalau merayu beli mainan atau minta nonton video ikan Nemo di youtube, ini lebih fokus lagi! Merayu saya dan suami, supaya nggak jadi marah, alias luluh sama muka polosnya. Ini saya sadari ketika, ia memasuki usia 2 tahun ke atas, kok makin sering ya, Jordy melancarkan senjata-senjatanya ini. Saat saya marah, Jordy akan mengeluarkan kalimat, “Bunda, Bunda seneng kan, sama Jordy?” atau “Bunda, nggak marah kan, sama Jordy?”
Hal yang sama terjadi saat saya ngobrol dengan sahabat saya, “Iiih iya, iya, Izz anak gue juga suka gitu, tha”, kata Winda, sahabat saya di Bandung. Beda Jordy beda juga Izz, kalau Izz biasanya akan bilang, “Mommy, Mommy baik, kan sana Izz,” katika Mommy-nya mulai marah sama Izz. Ahahahaha, kami berdua geleng-geleng kepala, tapi sambil mikir, Apa ini wajar? Apa ini memang tahapan emosi yang memang harus ia lewati?
Jadilah saya bertanya lebih lanjut dengan Irma Gustiana A,M.Psi, Psi (Psikolog Anak dan Keluarga) dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia dan Klinik Rumah Hati, untuk membunuh rasa penasaran dan tindakan seperti apa yang harus saya dan suami lakukan. Menurut Irma, nih, mommies, di fase usia 0-2 tahun ada fase dimana anak mengembangkan kelekatan emosi dengan orang terdekatnya. Nah, biasanya kan figur yang paling dekat adalah ibu. Jadi wajar, kalau si 2 tahun ini sudah pintar mencari perhatian ibunya. Dibarengi dengan si kecil sudah mempunyai kemampuan berbahasa yang mulai berkembang. Dan ini adalah bagian dari proses perkembangan anak, dan setiap anak munculnya berbeda-beda.
“Di fase ini ada masa dimana anak memiliki rasa kepemilikan yang sangat tinggi pada subyek atau obyek tertentu. Contohnya ya pada Ibunya. Ia tidak ingn jauh jauh dari ibu, maunya hanya sama ibu sehingga gaya merengeknya pun seperti seseorang yang sedang merayu, padahal ia sebenarnya takut akan kehilangan Ibunya,” tambah Mbak Irma.
Tindakan merayu Jordy dan Izz dibenarkan Irma, adalah bagian dari usaha mereka agar tidak jadi dimahari. Dan juga merupakan bentuk pertahanan diri mereka, dengan cara alaminya tersebut. Oh iya, mommies ternyata si 2 tahun ini, juga sudah bisa melakukan penilaian sosial, lho. Hal ini kata Irma, disebabkan karena dia sudah bisa menyadari bahwa dirinya adalah individu yang terpisah dari orangtuanya.
Lalu, harus me-respond seperti apa, dong?
Pertanyaan yang muncul selanjutnya, adalah, kalau dirayu lagi kita harus gimana dong sebagai orangtua? Kan niat mulianya, suapay si kecil punya disiplin diri, dan tahu kalau ada peraturan yang harus dia patuhi. Saran dari Irma, tetap saja terima rayuannya dengan wajah bahagia, tapi dengan catatan aturan tetap menjadi aturan. “Nah disinilah tugas orangtua untuk melakukan edukasi pada si kecil. Contohnya bisa dengan kata-kata “Jordy, terimakasih buat senyumannya untuk bunda. Tapi kita sudah sepakat kan, kalau makanan berantakan harus dibersihkan,” papar Irma, sekaligus jadi pencerahan buat saya.
Maksud Irma juga, tidak boleh luluh karena nanti penanaman disiplin menjadi tidak konsisten. Tindakan preventif yang mommies bisa lakukan di rumah, supaya si kecil tidak menghindari tanggung jawabnya, menurut Irma, adalah membuat kesepakatan sedari awal. Berupa aturan-aturan dasar yang konsisten di rumah. Bersama-sama menerapkan, mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan, misalnya kalau saya di rumah, harus menaruh semua mainan setelah bermain di tempatnya. Awalnya saya mencontohkan dulu, perlahan Jordy bisa kok melakukannya dengan mandiri. Intinya, kata Mbak, harus konsisten dengan aturan yang kita berlakukan.
Tapi jangan sedih, mommies, hal ini kata Mbak Irma, akan berlangsung sampai 5 tahun! ahahaha, puk-puk untuk kita semua :D Namun, kadarnya sudah mulai berkurang kok. “Justru yang muncul adalah fase ke-aku-an karena ia tengah mengalami transisi ke fase usia sekolah. Bukannya merayu orangtuanya, umumnya akan lebih senang bertolak belakang dengan orangtuanya. Disinilah kesabaran orangtua menjadi teruji,” kata Irma lagi. Tuh, kan emamg jadi orangtua modal utamanya sabar, ya, banyak, ya?
Ada yang punya cerita dari kasus serupa dengan saya? Mau, dong, mommies bagi ke saya ceritanya J
Baca juga:
Perlukah Memberi Hukuman Kepada si Kecil?