banner-detik
PARENTING & KIDS

Single Dad dan Cerita MerekaTentang Membesarkan Anak

author

Mommies Daily23 Nov 2016

Single Dad dan Cerita MerekaTentang Membesarkan Anak

Sebuah curahan hati, dari dua single dad tentang perjuangan mereka membesarkan buah hatinya seorang diri.

Tak mudah bagi dua single dad ini membesarkan anak, dengan ketiadaan istri. Yang satu ditinggal pergi untuk selamanya, adalah Banueko Nirbito Wicaksono Padang Pambudi, atau akrab disapa Benson (37), seorang Co Founder di Hypercon, start up business di bidang Marketing Consultant Specialist in Digital. Istri tercinta, Yuanita Idris meninggal karena sakit soft tissue cancer, saat kedua anak mereka masih kecil, Jid 3,5 dan Qin 6 bulan.

curahan single dad*foto keluarga terakhir Benson sebelum istri tercintanya 'pergi' 

Sementara single dad lainnya, Firman Tendry Masengi (46), Advocate & Legal Consultan.  Ayah dari Gendis (4,5) tahun ini bercerai dari istrinya saat Gendis berusia 2 tahun. Meski perceraian tidak pernah ia inginkan, tapi takdir berkata lain yang membuatnya tak memungkinkan mempertahankan pernikahannya. Sempat hidup dengan sangat sederhana selama 2 tahun, untuk menata kembali kehidupannya. Kini Tendry, mulai bangkit dan berkomitmen memberikan segala sesuatu yang terbaik untuk Gendis, puteri kesayangannya.

Curahan Hati Single Dad, Tentang Bagaimana Mereka Membesarkan Anak*Tendry bersama putri tercinta

Menjadi single dad bagi kedua ayah ini, pasti bukanlah pilihan yang mudah, namun inilah yang harus mereka jalankan. Apalagi merawat, dan membesarkan anak-anak mereka, tanpa kehadiran seorang istri. Simak penuturan bagaimana perjuangan Benson dan Tendry membesarkan buah hati mereka.

Sebagai single dad, bagaimana Anda menjalankan keseharian?

Benson: Saya mencoba menjalaninya seperti  istri saya seolah sedang pergi jauh saja. Mengalihkan kehilangan saya dengan menyibukkan diri dan memperbanyak waktu bersama anak-anak.

Tendry: Selayaknya orangtua dimanapun, berusaha memberikan perhatian merawat, mendidik secara baik. Termasuk mengalokasikan waktu yang cukup. Di awal-awal saya berpisah dengan pasangan, mengambil keputusan untuk mundur sejenak dari aktivitas saya yang lain, yaitu berhenti sementara dari kuliah dan bekerja. Walaupun dari segi materi saya agak kekurangan, tapi saya berpikir fokus kepada anak daripada mengejar penghasilan yang cukup. Saya hidup seadanya dengan anak, dari hasil tabungan, sambil menata kembali kehidupan kami. Menyiapkan program-program keseharian saya, Alhamdulillah 2 tahun saya menata itu semua, sekarang sudah mulai rapih. Sekarang bisa sekolah di lembaga pendidikan yang menurut saya baik.

Menjalani peran sebagai single dad, apa yang dirasa paling sulit?

Benson: Tentunya berperan layaknya seorang ibu bagi anak-anak sekaligus menjalankan peran saya sebagai seorang ayah. Yang jelas, menurut saya, peran seorang ibu sebenarnya 'jauh' lebih berat bebannya dan keberadaannya bagi keluarga hampir tak tergantikan.

Tendry: Bagaimana mungkin merasa tidak berat, karena faktanya anak itu butuh ibu, tapi realitasnya nggak ada. Ibunya tidak peduli, telepon juga kadang-kadang. Saya tidak mengerti, kenapa begitu, apakah karena memang dia tidak peduli atau rasa bersalah dia terlalu besar, hingga tidak pantas lagi untuk menghubungi kami.

Membesarkan anak tanpa dampingan seorang istri, hal apa sih hal yang paling Anda khawatirkan?

Benson: Tentunya sentuhan kesabaran, sisi emosional dan psikologis anak dalam masa pertumbuhan fisik, mental dan kepribadian mereka. Karena sebagai seorang ayah, biasanya kita lebih fokus dalam mencari nafkah walau tetap menyisihkan waktu, namun tetap berbeda sentuhannya.

Tendry: Saya berusaha tidak mengkhawatirkan diri saya, karena secara psikologi anak juga anak terbebani ketika saya mengkhawatirkan sesuatu. Saya berusaha sebaik dan semaksimal mungkin. Contohnya, setiap sabtu dan minggu saya tidak menerima undangan atau ajakan siapapun, waktu saya akhir pekan khusus buat Gendis. Lalu mengusahakan seminggu sekali mengajak Gendis ke kantor. Jadi dia tidak merasa kehilangan Ayahnya, saya berusaha untuk selalu hadir untuk dia.

Ketika istri sudah ‘pergi’, bagaimana Anda menjelaskannya pada si kecil?

Benson: Saya harus jujur karena pada akhirnya mereka akan bersosialisasi dan ditanya kemana ibu mereka. Saya selalu bilang ibu mereka sudah di rumah Allah, di mana dia tidak sakit lagi, namun kita sudah tidak bisa melihat fisiknya, hanya bisa merasakannya di dalam hati, karena dia hidup selamanya dalam hati kita dan dia bisa melihat kita dari 'atas' sana.

Apa harapan terbesar Anda sebagai single dad?

Benson: Harapan terbesar saya tentunya bisa menggapai mimpi saya dan istri buat anak-anak kedepannya walau harus saya tempuh tanpanya. Buat saya sekarang hidup saya adalah anak-anak, dan harapan saya mereka bisa menghargai susah senang yang harus ditempuh, berharap mereka bisa menghargai segala putusan saya kelak dalam mendidik mereka. Walau mungkin yang saya lakukan tak akan pernah sebaik yang ibu mereka berikan. Saya berharap mereka tahu, bahwa walau mereka tumbuh dalam keluarga yang tidak lengkap atau sempurna, tetapi mereka terlahir dan hidup dari cinta saya dan istri yang sempurna.

Tendry: Setahu saya, dunia itu dibangun oleh perempuan-perempuan besar, rata-rata mereka itu masa kecilnya luar biasa. Contohnya Bunda Maria, Siti Mariam, dan Siti Khadijah, jadi saya merasa, saya itu punya tugas peradaban, untuk mendidik anak saya. Menurut saya peradaban itu dibangun oleh perempuan bukan laki-laki. Jadi dengan merawat, mendidik dan membesarkan anak perempuan, saya punya keyakinan bahwa saya merawat dan kemudian mendidik peradaban. Itu cita-cita dan harapan saya sebagai seorang ayah.

Momen seperti apa, sih, yang sering mengingatkan Anda bahwa Anda saat ini adalah single dad?

Benson : Ketika saya selesai mengantar tidur anak-anak, mendongeng, lalu saya tidak punya teman bicara untuk membahas apa saja seperti yang biasa saya lakukan saat istri saya masih ada.

Tendry: Menggendong dia, mengantar Gendis sekolah, nyuapin Gendis makan, bermain di playground.

Banyak orang yang beranggapan kalau  pria, tidak tahan untuk hidup sendiri. Bagaimana tanggapan Anda soal ini?

Benson: Saya ditinggal sama orang yang cukup sempurna di mata saya karena maut yang memisahkan. Mungkin karena itu, anggapan tersebut nggak sesuai buat saya. Saya saat ini lebih fokus memikirkan bagaimana saya bisa jadi ayah yang baik buat anak-anak dan fokus ke pendidikan mereka.  Jodoh, mati dengan adanya kejadian ini membuat saya makin percaya segalanya tergantung oleh Sang Pencipta. Tidak menutup kemungkinan, tapi bukan prioritas utama saya saja saat ini.

Tendry: Nggak juga, tergantung kepada laki-lakinya. Ada orang yang bisa move on cepat, tidak bisa move on. Tapi ada juga yang tidak mau memikirkan egoisme dia, karena anak itu kan amanah, abai kepada anak, berarti juga abai terhadap amanah. Anak ini bukan hanya persoalan, dia secara genetik adalah fotocopy kita. Dalam keyakinan saya, anak itu salah satu jalan untuk kita mencapai surga. Baik perilaku maupun doa. Kadang pas ngeliat dia tidur, saya suka nangis, minta sama Allah diberikan waktu sepanjang mungkin untuk mendampingi dia. Walaupun rata-rata umur manusia 63, saya minta bonus paling nggak bisa melihat Gendis menikah.

Sebenarnya, apa yang membuat Anda sampai saat ini memutuskan untuk membesarkan anak seorang diri dan belum menikah?

Benson: Sebenarnya saya hanya menjalani saja, Mbak. Nggak memutuskan, tapi ketika skenario Sang Pencipta sedang berjalan, saya hanya bisa pasrah menjalani dengan menikmatinya saja. Yah, kalau di tengah perjalanan skenarionya ada yang berjodoh buat anak-anak saya terutama, why not. Tapi pasangan buat saya saat ini kriteria utamanya adalah ibu yang baik buat anak-anak, kalau cuma buat saya saja, ya, buat apa menikah lagi?

Tendry: Karena kekhawatiran saya, saya takut berbagi. Karena bagi saya nggak adil gitu, saya berpikir Gendis harus mendapatkan keadilan minimal 12 tahun, dalam asuhan, perawatan, binaan dan perhatian saya. Di usia Gendis yang sekarang 4,5 tahun, dan saya berpikiran mencari pasangan, betapa egoisnya saya.

Last but not least, selama ini anak-anak pernah tanya nggak, atau menunjukan ke Anda  agar Papa mau menikah lagi. Atau memang cenderung memperlihatkan, 'Papa jangan menikah, ya... '

Benson: Hahaha, iya, adik-adik  saya dulu suka menggoda dan tanya gimana kalau papa menikah lagi? Pemahaman mereka Boba, panggilan anak-anak  ke saya, ya, pasangannya Bubu, panggilan anak ke ibu mereka, namun out of nowhere . Tapi pernah,  tiba-tiba anak saya suruh saya diet karena saya overweight.  So that you're gonna be a cool person, katanya. Saya tanya kenapa harus cool, supaya cewek cantik suka sama Boba, hahhahha.

Mungkin karena saya selalu berupaya mengingatkan mereka bahwa Bubunya yang terbaik dan mengingatkan betapa beliau sayang kepada mereka sepenuh hati di setiap kesempatan saya berkumpul dengan mereka. Sebenarnya agar mereka tidak merasa jauh dari sosok ibunya saja.

Tendry: Saya belum tahu Gendis itu maunya seperti apa, tapi saya sendiri selalu hati-hati untuk mengambil keputusan. Karena kalau saya salah membuat keputusan, Gendis juga terkena dampaknya. Jadi,  Gendis adalah pihak yang benar-benar menjadi korban ketika saya salah mengambil keputusan. Saya berusaha sebaik mungkin membesarkan dia saja dulu, kalau kemudian dalam perjalanan membesarkan dia, Tuhan masih memberikan kesempatan untuk saya menikah lagi, saya nggak mampu menolak. Sambil diiringi doa, kalau diberikan pasangan, mudah-mudahan diberikan pasangan yang baik yang sayang dengan Gendis dan saya dari hati.

-------

Terus terang saja, buat kami, Adiesty dan Thatha, bisa berbincang dengan single dad seperti mereka memberikan pengalaman serta insight yang begitu berharga. Di lubuk hati yang paling dalam, kami berharap, para single dad bisa bisa terus menularkan energi positifnya. Rasa cinta begitu besar kepada buah hati kelak akan membuahkan hasil yang setimpal dikemudian hari. Membuat anak tumbuh dengan limpahan rasa sayang dan bahagia :)

Share Article

author

Mommies Daily

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan