Ditulis oleh: Saskia Elizabeth
Saat anak memasuki dunia sekolah, ada beberapa hal yang mungkin dia alami, yang ternyata tidak selamanya menyenangkan. Sudahkah dia maupun kita sebagai orang tua, siap menghadapinya?
Saat Duo S (Skyla dan Savio) mulai masuk dunia sekolah, ada perbedaan yang saya rasakan. Bedanya, waktu si kakak mulai sekolah, yang ada di otak saya hanyalah hal-hal indah: Dia bertemu teman baru, kenal lingkungan baru, belajar banyak hal, dan saya jadi punya sedikit me time, hahaha. Ternyata, di luar hal-hal manis itu, saya harus dealing dengan anak saya menjadi korban bully, atau anak saya yang bertanya tentang kenapa teman-temannya merayakan ulang tahun di ballroom hotel dan dia merayakannya di rumah?
Akhirnya, saat adiknya juga masuk sekolah, hati saya sudah lebih siap menghadapi kejutan-kejutan yang tak selalu manis. Begitu juga menyiapkan anak-anak untuk lebih tangguh (cieeee). Dari urusan kumpul-kumpul bersama sesama ibu di sekolah, saya jadi memiliki beberapa daftar ‘masalah’ yang umum dialami para anak.
Berikut merupakan 6 tantangan terbesar dan bagaimana solusinya menurut Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psi.
1.Anak sering membandingkan dengan orang lain, baik dirinya sendiri maupun barang yang dimiliki atau prestasi
Hal ini terjadi karena anak merasa tidak nyaman dengan dirinya sendiri dan tidak melihat sisi positif yang ia miliki, sehingga selalu merasa kurang dari orang lain.
Solusi: Ajak anak melihat kelebihan dirinya dengan cara memberikan apresiasi/pujian atas usaha yang telah ia lakukan, ajak anak membuat daftar hal positif dari dirinya secara harian, hindari memberi tuntutan yang berlebihan pada anak, hindari membandingkan anak dengan yang lain, terima dan hargai anak apa adanya.
2. Anak suka mem-bully
Ini berarti si kecil memiliki kebutuhan besar untuk mendominasi orang lain dan cenderung menghalalkan segala cara, senang mengintimidasi orang lain, membanggakan superioritasnya, sulit kompromi serta tempramental, impulsif dan mudah frustasi. Biasanya pelaku bully tidak akan menceritakan perbuatannya pada orang yang lebih dewasa, namun apabila ada yang melaporkan ia akan membantah bahkan menyalahkan orang lain.
Solusi: Kita sebagai orang tua pasti sadar bahwa perilaku ini harus dihentikan. Langkah yang dapat kita lakukan:
•Dengarkan dengan cermat dan cek silang semua yang diceritakan anak. Pelaku bully biasanya juga manipulatif.
•Jelaskan pada anak bahwa Anda tidak dapat menolerir perilakunya dan menegaskan pada anak untuk menghentikannya segera.
•Cek secara berkala pada pihak sekolah untuk mengetahui apakah perilaku bullying anak sudah berhenti atau belum. Terus memotivasi anak untuk meminta maaf pada anak-anak lain yang telah ia sakiti.
•Hargai tindakan anak ketika ia berhasil menyelesaikan masalah tanpa kekerasan.
•Kurangi tontonan atau game yang mengutamakan kekerasan.
•Beri contoh bagaimana menyelesaikan masalah dengan tidak menggunakan kekerasan.
•Evaluasi situasi di rumah, apakah anak juga menjadi korban bullying di rumah?
Baca juga: Anakku Pelaku Bully
3. Anak di-bully
Sebelumnya, selalu update dengan pihak sekolah mengenai situasi bully di kelas/sekolah, apabila perilaku anak ada yang berbeda, ditakutkan anak Anda pernah di-bully namun tidak cerita karena diancam atau malu/takut dan malah memendamnya.
Solusi:
• Ajak pihak sekolah dan lingkungannya (orang tua murid lainnya) bekerja sama untuk menghentikan bullying.
•Dengarkan cerita anak dan tunjukkan empati.
•Fokus pada emosi anak bukan emosi Anda.
•Jangan remehkan apa yang dialami anak sebagai sesuatu yang biasa atau menyuruh anak menyelesaikan sendiri.
•Jangan salahkan anak atas apa yang terjadi.
•Hindari mendorong anak untuk membalas bullying dengan tindakan bullying juga.
•Dorong anak untuk menghindar dan selalu memberitahu orang dewasa (guru/staf sekolah/orangtua) jika ada yang menyakitinya. Ajarkan anak cara melaporkannya. Diskusikan dengan anak tindakan apa yang bisa ia lakukan jika merasa terancam, misalnya lari ke ruang guru jika dikejar, tidak ke kamar mandi sendirian, dan lainnya.
•Ajarkan anak untuk menunjukkan sikap setenang mungkin ketika diganggu karena pelaku bully justru senang ketika melihat korbannya marah, menangis, atau terlihat terganggu. Ajarkan anak untuk meredakan emosi dengan cara berhitung atau tarik napas dalam-dalam.
Baca juga: Bagaimana Mengetahui Anak Kita Menjadi Korban Bully?
4. Mencontek
Mencontek bisa karena anak tidak mampu secara akademis, anak merasa kurang percaya diri, atau tuntutan terlalu tinggi.
Solusi : Telusuri penyebabnya sehingga cara mengatasinya tergantung dari penyebabnya. Apabila karena kesulitan akademis maka dia perlu dibantu dengan les tambahan. Apabila karena kurang PD atau tuntutan tinggi, pahami kemampuan anak dan berikan semangat dan target yang sesuai kemampuannya.
5. Berbohong pada guru dan teman-temannya
Berbohong biasanya untuk melindungi dirinya sendiri dari hukuman atau rasa malu.
Solusi: Buat anak merasa nyaman dan menghargai dirinya apa adanya. Siapkan anak untuk menerima segala risiko atau kompensasi terhadap sesuatu, sehingga apabila ia berbuat salah ia berani menanggung risiko tanpa berbohong. Lalu buatlah pengalaman berkata jujur yang dapat dirasakan langsung oleh anak sehingga dia tidak merasa perlu berbohong lagi.
6. Behavior problems
Kepribadian dan behavior-nya berbeda sekali dengan di rumah. Contoh di rumah cerewet di sekolah pendiam, atau di sekolah rebel di rumah lebih sweet atau mungkin sebaliknya.
Solusi: Perbedaan perlakuan akan menimbulkan reaksi yang berbeda juga pada anak. Anak yang jago kandang bisa jadi ada masalah dengan sosialisasi, jadi penanganannya diberi kesempatan lebih banyak untuk bergaul dengan teman sebaya. Anak yang rebel tapi sweet di tempat satunya lagi bisa disebabkan anak mengalami penerapan aturan yang tidak sinkron dan konsisten antara rumah dan sekolah. Maka cek mengenai aturan-aturan di sekolah, apakah sangat bertolak belakang dengan aturan di rumah Anda?
Baca juga: Anakku Lebih Manis di Luar Rumah
Nah, jangan lupa ya mom ajak diskusi si kecil untuk mencari tahu apa yang ia alami di sekolah.