Sorry, we couldn't find any article matching ''
Ibunya Gemuk, Janinnya, Kok, Kurus?
Ditulis oleh: Lariza Puteri
Siapa yang pernah mengalami, saat hamil berat badan ibunya melonjak drastis, namun saat dicek dokter, berat janinnya kecil? Ibunya gemuk, kenapa janinnya kurus?
Kehamilan kedua saya tergolong kehamilan yang cukup mulus. Kenaikan berat badan pun bertambah sesuai yang diharapkan, nggak ketinggian, tidak juga terlalu rendah. Ngepas! :D Sementara, berat badan janin bertambah dengan semangat, yang kalau dilihat di grafik penambahan berat badan janin, masih sesuai dengan bertambahnya usia kandungan, meskipun agak sedikit terlewat. Alias, janinnya besar. Hehe..
Sayangnya, hal ini tak terjadi pada kawan seperjuangan, yang ketika itu usia kehamilan kami hampir bersamaan. Berseberangan dengan saya, berat badan kawan saya justru bertambah kelewat ‘semangat’, sementara berat badan janin naiknya sangat irit. Tentu saja ini membuat dia khawatir. Sebab, berat badan janin merupakan salah satu tanda perkembangan janin di dalam kandungan.
Menurut dokter kandungan dari RS Medika BSD, Ade Permana, SpOG, bila berat badan ibu hamil naik secara signifikan, namun berat janin justru kecil, maka harus dicurigai adanya penyakit-penyakit metabolik. Nah, lho, saya sendiri sedikit asing dengan istilah penyakit metabolik. Penyakit metabolik merupakan penyakit yang berhubungan dengan produksi energi di dalam tubuh manusia. Pada ibu hamil, penyakit metabolik yang sering terjadi adalah penyakit gula pada kehamilan atau sering disebut dengan diabetes melitus gestasional (DMG).
Baca juga: Pentingnya Melek Diabetes Melitus
Kejadian ini lebih sering terjadi pada trimester kedua kehamilan. Bila ibu hamil mengalami kondisi ini, maka akan terjadi gangguan metabolisme dan perubahan gula di dalam tubuh untuk dijadikan energi. Akibatnya, terjadi pula gangguan ‘aliran’ nutrisi dari ibu ke janin, sehingga janin pun mengalami gangguan pertumbuhan. Tidak hanya diabetes saat kehamilan, penyakit lain yang memungkinkan penambahan berat badan janin terganggu adalah kondisi preeklamsia atau hipertensi dalam kehamilan. Menurut dokter Ade, kondisi ini akan meningkat risikonya pada ibu yang berat badannya meningkat tajam. Hal ini juga bisa membuat pertumbuhan janin terhambat.
Baca juga: Preeklampsia Wajib Diwaspadai Ibu Hamil
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah, umumnya memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih sedikit. Akibatnya, bayi lebih berisiko mengalami kedinginan atau hipotermia. Bayi dengan kondisi ini akan berisiko tinggi terserang penyakit ataupun gangguan sirkulasi. Sehingga bayi yang lahir dengan berat badan rendah perlu dijaga suhu badannya agar tetap hangat. Jadi, tak heran bila bayi-bayi yang berat badannya rendah, umumnya dirawat di ruang khusus seperti inkubator. Selain suhu tubuh, asupan makan bayi ini juga harus benar-benar diawasi hingga ia mencapai berat badan ideal.
Tak ada obat paten yang bisa menyembuhkan atau mengatasi penyakit metabolik yang dialami ibu hamil. Salah satu cara yang bisa dilakukan bila hal ini terjadi adalah mengatur pola makan menjadi lebih sehat, seimbang, bervariasi dan memilih jenisnya. Oleh karena penyakit metabolik berhubungan dengan cara tubuh mengubah asupan makan yang masuk menjadi energi, maka makanan yang dikonsumsi akan memberikan dampak yang cukup penting.
Pola makan yang sehat dan seimbang artinya, ibu hamil harus mengonsumsi beberapa jenis makanan secara seimbang dan jumlah yang cukup. Penambahan kalori yang diperlukan ibu hamil hanyalah 300 kilo kalori per hari pada trimester 2 dan 3. Hal ini setara dengan 2 buah pastel isi telur. Tak banyak, kan?
Sedangkan pola makan yang bervariasi dan memilih jenisnya, artinya ibu hamil harus mengonsumsi makanan yang beraneka ragam. Lupakan sejenak makanan yang hanya tinggi lemak dan tinggi karbohidrat, tanpa kandungan serat atau vitamin dan mineral, seperti keripik atau donat manis. Makanan jenis ini hanya akan menambah berat badan, dan memperburuk penyakit metabolisme.
Baca juga: 9 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Gula
Selain mengontrol pola makan, ibu hamil juga disarankan untuk tetap melakukan olahraga sesuai yang disarankan dokter. Olahraga paling mudah dan aman untuk ibu hamil adalah jalan kaki. Jangan lupa juga untuk memeriksakan kehamilan secara rutin, minimal satu bulan sekali. Sehingga, bila terjadi hal-hal yang tak diharapkan pada janin, bisa segera ditangani.
Selesai baca tulisan ini, jangan lupa cek berat badan mommies ya :D.
Share Article
COMMENTS