Sebelum lulus kuliah Hestia Amriyani sudah aktif bekerja sebagai tim PR sebuah televisi swasta. Dan perlahan tapi pasti hingga kini sudah 10 tahun Hestia mendalami dunia public relations. Kini ia menduduki posisi Public Relations Manager Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta.
Sejujurnya saya sempat tergoda mendalami dunia public relations ini, saat SMA pikiran itu terlintas lantaran melihat sosok perempuan berparas cantik, dengan tampilan yang juga mumpuni. Dari gaya bicaranya terdengar sangat well educated, tapi tetap memiliki pembawaan yang santai dan humoris. Nah, gambaran sosok sekian tahun silam, saya dapatkan kembali di profil Hestia Amriyani, Public relations Manager Rumah Sakit Pondok Indah, ini. Nggak ada bosannya, ngobrol ngalor ngidul dengan Mbak Hestia. Dari mulau urusan karier, parenting, sampai kegiatan di luar kantor yang membuat dirinya jadi bersemangat untuk menjadi pengajar suatu saat nanti.
Kira-kira 1 tahun yang lalu, saya sudah pernah bertemu Mbak Hestia untuk urusan pekerjaan di kantor terdahulu. Dan kini saat saya bergabung di Mommies Daily, saya jadi lebih sering bertemu Mbak Hestia, karena MD diundang oleh RSPI dalam beberapa kesempatan untuk menghadiri talkshow menarik menyoal berbagai tema kesehatan.
Semua berawal dari kerja sambil kuliah
Hestia mengawali kariernya saat dia belum lulus kuliah, bahkan ketika masih skripsi. Dia ditawari dosennya untuk bergabung dalam Tim PR sebuah televisi swasta di Jakarta. “Karena kebetulan lagi skripsi dan sudah mau selesai, tentu kesempatan emas ini tidak akan saya lewatkan, bahkan ketika masa revisi skripsi itu sudah mulai ngantor. Momen ini yang sebetunya menjadi acuan untuk saya memutuskan untuk menekuni profesi PR,” jelas Hestia. Ia belajar banyak soal dunia PR, bahwa menjadi PR itu juga harus belajar banyak hal, seperti media relation, media placement, community relation, corporate relation, bahkan event organizing.
Oiya, Mommies – Hestia juga sempat beberapa kali menulis untuk Mommies Daily lho. Iyaaa, ibu dari Nana (5) ini punya hobi menulis. Dan sempat terbesit untuk bekerja di media, tapi memang jalan hiduplah yang membawanya ke dunia PR.
Seperti pekerjaan pada umumnya yang memiliki suka dan duka, Hestia mengaku bekerja menjadi PR ini harus tahu kapan menempatkan diri. “Kami kan sosok perwakilan perusahaan. Apalagi kalau ada isu-isu yang sensitif. Adakalanya saya ingin berkomentar, sebagai sosok Hestia, tapi karena saya diibaratkan menjadi perwakilan RSPI, jadi apa yang saya katakan bisa menjadi diasumsikan orang sebagai keputusan perusahaan,padahal pada kenyataannya tidak seperti itu. Jadi harus benar-benar pandai menempatkan diri,” tutur Hestia. Contoh lainnya adalah saat menjalin hubugan baik dengan media. Selain menyenangkan tapi juga menantang. “Media itu bagi PR bisa menjadi teman yang dekat, tapi tetap ada rambu-rambu yang harus diperhatikan. – “There’s no such thing off the record”.
Membangun kedekatan dengan anak sedari dalam kandungan
Obrolan saya beralih ke urusan keluarga, menurutnya ia cukup beruntung karena dikelilingi oleh support system yang juga mendukung dirinya untuk memiliki work life balanced. Artinya urusan keluarga dan anak masih bisa ia akomodir dengan baik. Walau ia pun mengakui menjadi ibu bekerja memiliki tantangan tersendiri, namun hal ini ia coba atasi sedari awal kehamilan. Caranya menurut saya terbilang cukup unik. “Sedari hamil saya berusaha ngobrol dengan anak dalam kandungan. Memberikan pengertian agar bisa diajak kerja sama, karena saya hamil sambil bekerja, misalnya: “Ibu sedang banyak kerjaan, temani ibu, ya. Supaya kia cepat pulang dengan istirahat.” Hal ini ternyata membawa dampak yang cukup baik untuk Nana, ia tumbuh menjadi puteri yang pengertian dengan profesi ibunya sebagai ibu bekerja.
Di samping itu, Hestia juga mencicil kedekatannya dengan Nana dengan menjalin komunikasi yang baik sedari ia kecil. Hestia akan bertanya hal-hal yang akan menjadi bekalnya mengenali keadaan emosional si kecil. Pertanyaan tidak melulu tentang pelajaran, misalnya “Tadi di kelas siapa yang tidak masuk?” “ Mainnya sama siapa?” Intinya lebih berusaha mengetahui emosional si anak Mungkin terdengar sepele sih, ya. Tapi suatu saat nanti hal ini pasti diingat sama dia, kalau ada apa-apa-apa Nana akan terbiasa cerita sama saya.”
Mimpi Hestia 5-10 tahun ke depan
Disinggung mengenai cita-citanya 5-10 tahun, untuk urusan pekerjaan ia ingin RSPI ingin memiliki PR departemen yang nomor satu di health care. Artinya, departemen PR ini tidak hanya “tampil” untk mengurus seputar keluhan pasien atau ketika ada isu-isu. Sisanya PR itu terkesan pasif padahal sebetulnya dunia PR itu luas, ada sesuatu yang kami “jual” dan bentuk, yaitu image. Itu yang sekarang sedang kami lakukan. Secara keaktifan di dunia PR, RSPI sudah terbangun, tapi kami mau lebih dari itu. Kami ingin, membuat citra RSPI lebih melekat lagi di mayarakat umum.”
“Dan untuk pribadi, cita-cita terbesar saya adalah mengajar. Mungkin karena ibu saya adalah guru dan sempat menjadi kepala sekolah. Nah, karena itu, saya ingin sekolah lagi agar dari segi akademis saya memiliki bekal yang cukup untuk memgajar,” tutup Hestia dengan bersemangat.
Salut untuk Mbak Hestia, padahal sudah ada di posisi cukup mumpuni. Tapi masih bercita-cita menyebarluaskan ilmu yang dia punya, dengan menjadi dosen. Semoga cita-cita dari segi perusahaan dari pribadi kamu tercapai, ya Mbak :)