Paham mengenai apa itu RUM dan sudah tepatkah kita mempraktikkannya adalah dua hal yang berbeda. Bagaimana dengan Mommies?
Gerakan ini dimulai dengan sebuah mailing-list di tahun 2003, kemudian berlanjut ke seminar tahunan PESAT sejak 2005. Sebuah gerakan yang membuka mata para orang tua bahwa sebagian besar penyakit anak-anak (bahkan orang dewasa!) itu self limiting alias sembuh sendiri tanpa perlu ke dokter atau mengonsumsi obat apapun. Dan sekarang, gema tentang Rational Use of Medicine, Bijak Menggunakan Antibiotika, Kesadaran Imunisasi, home treatment, sudah jauh lebih luas daripada lima tahun yang lalu.
Tapi paham dan mempraktikkan itu sesuatu yang berbeda. Ini yang disoroti oleh dr. Purnamawati saat mengisi sesi tentang "Layanan Kesehatan Terbaik buat Pasien" di PESAT 16 Jakarta yang lalu.
Banyak pasien yang paham tapi bergantung pada dokter yang RUM. Dalam arti mereka sibuk mencari dan mendatangi dokter yang RUM ketimbang, "menjadi RUM bersama dokter". Pengalaman saya sendiri berpindah-pindah kota dan dokter langganan, semua dokter yang saya datangi, baik dokter anak maupun obgyn setempat, setelah berdiskusi jadi bisa RUM, kok. Setidaknya waktu menangani saya dan keluarga, kami bisa berdiskusi dengan seimbang. Walau, yaa....ternyata dokter yang sama juga tetap nggak RUM waktu menangani teman saya yang kebetulan nggak terlalu RUM juga.
Menurut dr. Wati. Bahwa kita sebagai pasien juga harus paham bagaimana pengobatan yang RUM itu, sebagai bekal diskusi dengan dokter. Banyak yang masih salah paham bahwa RUM adalah penanganan penyakit yang anti obat, anti dokter, anti antibiotik..bahkan melebar sampai anti medis. Ini tidak benar. RUM adalah saat pasien harusnya memperoleh resep (dan tindakan) yang tepat guna, yaitu yang:
Fokuskan ke masalah utama, bukan sekadar obat apa yang menghilangkan gejala. Misalnya, demam adalah gejala berbagai penyakit. Tapi minum obat penurun demam saja 'kan nggak menyembuhkan penyakitnya, cuma menghilangkan demamnya saja.
Lalu, apa yang dimaksud dengan IRUM (Irrational Use of Medicine)?
IRUM atau Irrational Use of Medicine sebenarnya kebalikan dari poin-poin RUM:
*Image dari inside.akronchildrens.org
Bila mendapatkan resep seperti poin-poin di atas, kita berhak bertanya kepada dokter. Dokter pun wajib menjelaskan dengan bahasa medis dan bahasa lokal yang bisa dimengerti pasien.
Saat menerima resep atau diminta melakukan uji lab, pasien bisa menanyakan beberapa hal ini:
1. 5 hak pasien untuk bertanya mengenai obat yang diterima atau uji lab yang dianjurkan:
a. Kandung aktif
b. Cara kerja atau indikasi
c. Risiko efek samping
d. Kontra indikasi
e. Cara pakai
2. Permintaan untuk memilih menggunakan obat generik ketimbang yang non generik.
3. Pilihan atau alternatif dari obat/tindakan/uji lab, terutama terkait dengan riwayat kesehatan pasien.
4. Bagaimana prosedur tindakan/uji lab dan apa persiapan khusus sebelum menjalaninya.
5. Berapa jumlah obat?
6. Apakah benar-benar butuh obat/uji lab/tindakan?
Sudah cukup lengkap, kan, sontekan pertanyaan dan poin-poin diskusi saat ke dokter? Jangan lupa, kita sendiri juga harus paham tata laksana beberapa penyakit umum sebelum berdialog dengan dokter, ya. Supaya diskusi bisa berimbang dan saling memahami.
Sumber:
- Hand out PESAT 16 Jakarta