Hasil survei yang dilakukan oleh Mommies Daily, menyebutkan kalau 33% ibu bekerja memiliki pendapatan yang lebih besar dari pasangannya. Sebagai ibu bekerja saya pun ikut bangga dengan fakta ini.
Sudah membaca artikel 10 Fakta Tentang Ibu Bekerja? Artikel tersebut sebenarnya lahir dari hasil survei yang sempat Mommies Daily lakukan di bulan November lalu. Dari sekian banyak fakta yang dihasilkan, salah satu yang menarik adalah soal mother are becoming the breadwinners.
*foto dari sini
Di mana hasil survei Mommies Daily yang diikuti oleh 850 ibu bekerja menyebutkan kalau 33% ibu bekerja memiliki pendapatan yang lebih besar dari pasangannya. Artinya, saat ini banyak ibu bekerja yang sudah menyumbang pendapatan lebih besar untuk kebutuhan keluarga. Dengan begitu banyak perempuan yang punya andil membuat status ekonomi keluarga jadi membaik. Iya nggak, sih?
Walaupun saya sendiri belum merasakan posisi ini karena suami masih mendapatkan penghasilan yang lebih besar, tapi saya ikut merasa bangga. Di lingkungan terdekat saya juga banyak sekali contoh ibu bekerja yang punya peran besar dalam urusan finansial keluarga.
Contoh terdekatnya adalah kakak perempuan pertama saya, Liestya, yang kini bekerja sebagai Head Actuary di Axa Mandiri Financial Service. Nggak bisa dipungkiri, karir yang didapatkan kakak saya ini tentu nggak terlepas dari dukungan kakak ipar saya, Hudi Setiawan. Salah satu bentuk dukungan kakak ipar saya ini adalah ketika dirinya memutuskan untuk resign dari pekerjaannya, dan memilih untuk berwiraswasta.
Saya sendiri sangat salut dengan langkah yang dipilih kakak ipar saya. Suatu hari saya pernah bertanya kepadanya, hal apa yang membuat dirinya mendukung karir kakak saya, sampai rela keluar dari pekerjaan dan meninggalkan jabatan yang sudah didapatkan? Ia pun menjawab, "Bidang pekerjaan sebagai aktuari masih sangat langka di Indonesia. Bagi saya, setiap ada kesempatan yang lebih baik terutama untuk kebaikan keluarga tentu saja perlu didukung."
Belum lama ini saya pun sempat ngobrol dengan dua teman baik saya semasa SMP, Rima Deswita (34) yang kini bekerja di PT. Indo Tambangraya Megah Tbk, sebagai Quality Management Specialiats dan Dini Ulya (34), Corporate Communication Exim Bank. Sama seperti kakak pertama saya, kedua teman saya ini bisa dibilang contoh ibu bekerja yang mampu menjadi breadwinners.
Kami pun banyak ngobrol soal topik ini. Bagaimana dukungan para suami, support apa yang diberikan oleh pasangan mereka, dan bagaimana mereka mencoba untuk meminimalisir terjadinya konflik yang konon sering muncul karena sang istri punya pendapatan yang lebih besar ketimbang suami.
Simak ceritanya di laman berikutnya, ya, Mommies.
*Rima Deswita bersama anak keduanya, Jemima
Bagaimana suami melihat kesuksesan karir elo saat ini? Biar gimana pasti butuh support yang baik dari suami....
Rima : Terus terang aja, masalah ini sebenarnya memang cukup sensitif. Pada awalnya mungkin suami terlihat kurang kasih support. Mugkin ingin gue lebih fokus pada keluarga. Tapi akhirnya kami tentu saja harus realistis sehingga suami pun pada akhirnya nggak punya pilihan lain selain memberikan support ke gue. Kalau nggak, ekonomi keluarga mungkin akan ‘pincang’. Sekarang ini bentuk support suami gue adalah lebih take care ke anak-anak. Ibaratnya kami tukar posisi.
Dini : Jelas banget kalau ibu bekerja seperti kita ini butuh support besar dari suami. Kalau suami memberikan support dan legowo istri berkarir, otomatis membuat istri mudah mengambil tantangan dalam bentuk apapun karena nggak ada batasan ruang gerak. Tapi kuncinya tentu saja selama tidak mengganggu keluarga.
Dengan posisi karir dan gaji yang lebih tinggi dari suami, sebenernya mengubah sikap kalian sebagai ibu dan istri nggak, sih? Soalnya banyak pasangan yang jutsru jadi parno dengan hal ini kan?
Rima : Dis... sebenaranya dalam hidup gue ini sama sekali nggak berambisi untuk mengejar posisi karir atau pun apapun namanya. Justru yang mengubah itu adalah kondisi ketika segala sesuatu bergantung pada kita, para perempuan yang harus berperan sebagai kepala rumah tangga. Walaupun begitu tentu nggak mengubah peran gue jadi istri ataupun ibu. Tapi memang peran gue sebagai ibu pasti berkurang karena pekerjaan yang gue jalani sekarang mengharuskan gue sering tugas ke luar kota. Jadi yang bisa gue lakukan adalah memanfaatkan quality time with my family, bukan quantity time.
Dini : Nggak, dong! Gue dari dulu, ya, begini-gini aja, kok. Tetap happy ngejalanin hidup, dan gue pribadi sebenarnyya nggak pernah peduli kalau gaji gue ini lebih tinggi atau mau lebih rendah dari suami. Karena bagi gue suami itu kan partner hidup bukan kompetitor yang harus kita saingi. Sehingga dalam menjalani kehidupan rumah tangga nggak membuat gue jadi jumawa. Justru gue merasa bersyukur, mungkin rezeki keluarga lebih besar dititipkan dari gue. Toh sebenarnya gaji istri yang besar ataupun suami, tujuannya sama untuk memenuhi kebutuhan dan bikin senang anak-anak.
Di halaman berikut, Rima dan Dini bercerita hal terbaik ketika mereka menjadi breadwinners.
Katanya, nih, ketika posisi karir dan gaji istri lebih dari suami sering memicu konflik bahkan jadi pemicu bom waktu dalam rumah tangga. Bener nggak, sih?
Rima : Kalau soal konflik, tentu pasti ada, bahkan bisa dibilang nggak selesai-selesai. Memang sebenarnya hal kecil yang bisa mancing konflik datang karena ego seorang laki-laki atau suami. Tapi, namanya juga rumah tangga kan? Mana ada yang jalannya lurus terus? Kalau pun memang ada konflik, lebih baik mengalah aja. Nggak perlu banyak menuntut ke suami. Objective gue saat ini keluarga. Apa yang bisa gue kerjakan dengan baik, itu yang gue kerjakan. Kerja sebaik-baiknya supaya karir bagus dan tetap sustain di kantor.
Dini : Based on my opinion, sebenarnya kalau gaji istri lebih besar nggak bisa dibilang akan selalu jadi pemicu konflik. Banyak hal lain yang justru sering nimbulin masalah dalam rumah tangga. Tapi memang, sesekali bisa bikin masalah tapi perannya nggak terlalu besar. Di sini mungkin yang diperlukan adalah bagaimana bisa berkomunikasi dengan pasangan.Justru, suami gue malah bersyukur gaji gue di atas dia. Artinya gue bisa negbantu dia dalam memenuhi kebutuhan keluarga yang makin ‘gila’ ini. Termasuk bisa memenuhi kebutuhan gue sendiri, mau kasih orangtua juga nggak perlu ‘nodong’ suami. Atau mau beli sesuatu di luar kebutuhan pokok, sehingga gue nggak harus mengorbankan jatah bulanan dari suami. But sometimes, kalo memang ada biaya besar yang harus dibayar, misalkan untuk dana investasi, suami suka ngeledekin, yang lebih besar gajinya maka patungannya juga harus lebih besar, hahahaha....
Hal terbaik apa sih yang bisa loe rasain ketika bisa menyumbang pendapatan lebih besar untuk keluarga?
Rima : Apa yang gue lakukan sekarang ini nggak terlepas dari bentuk dedikasi buat keluarga. Bisa melakukan ini tentu bikin hidup jadi lebih berarti, dalam artian hidup gue ini sangat dibutuhkan dan bermanfaat untuk keluarga. Kondisi seperti ini tentunya bisa membuat gue jadi pribadi yang lebih baik dan kuat. Harapannya, apa yang sudah gue lakukan ini juga bisa menanamkan banyak hal untuk anak-anak, khususnya untuk anak perempuan gue, Jemima.
Dini : Hal terbaik yang pernah dirasain ketika bisa menyumbang pengeluaran lebih besar untuk keluarga adalah tentu saja gue bisa merasa kalau gue ini ada manfaatnya, Manfaat buat suami, anak-anak ataupun keluarga besar lainnya. Ternyata gue punya peran dan alhamdulillah dikasih kesempatan menjadi orang yang diandalkan dalam hal finansial di keluarga. Nggak semua orang bisa punya kesempatan kaya gue kan, Dis? Tapi jangan sampai membuat kita high profile lho. Kalau kita bisa nyumbang lebih artinya keputusan kita menjadi working mom dengan segala konsekuensinya yang harus gue hadapi juga jadi nggak percuma dan senang banget kalau gue bisa bermanfaat untuk orang lain.
******
Aaaah... inspiratif banget ya, cerita kedua teman saya ini. Paling nggak lewat cerita mereka sudah bisa membuktikan meskipun mereka menjadi breadwinners, tetap nggak melupakan kodratnya sebagai isteri dan ibu yang baik. Bahkan kerja keras yang mereka lakukan bisa jadi salah satu bukti kalau kalau mereka ini sangat sayang keluarga.