Ditulis oleh: Monik Wulandari
Sebenarnya, bisa nggak sih terjadi bonding ayah dengan unborn baby yang notabene masih berada di dalam perut?
Dalam setiap tulisan saya, saya selalu menjelaskan kalau saya bukan tipe perempuan yang menikah kemudian bisa langsung hamil. Membutuhkan beberapa tahun usaha baru saya bisa hamil melalui proses bayi tabung. Dan, setelah hamil, ternyata nggak secepat itu juga saya merasakan ‘kehadiran’ si kecil, terkoneksi dengannya. Bukan, bukan berarti saya nggak senang. Hanya saja saya butuh waktu untuk merasakan kehadiran bayi saya. Mulai dari melihat hasil USG sampai gong-nya ketika saya merasakan mini Momo bergerak-gerak. Baru rasanya seperti nyata!!!
*Gambar dari sini
Makanya, saya suka berpikir, saya merasakan sayang karena sang bayi berada di dalam perut. Saya mulai merasa gemas pada bayi kami, sering mengajaknya bicara, membisikkan doa-doa, memegang perut sambil mengoyangkannya, seolah-olah sedang menimangnya, dan bahkan mengoleskan essential oil wangi Lavender, berharap ia juga bisa menciumnya dan merasa nyaman. Menurut saya, apa yang saya share dengan sang bayi sehari-hari adalah bentuk ikatan yang kami miliki.
Nah, masalahnya, bagaimana dengan suami saya? Yang notabene nggak merasakan semua secara langsung sensasi yang saya alami itu. Bukannya takut kalau nanti dia nggak sayang sama si kecil, tapi saya penasaran aja, sebelum si kecil lahir, seberapa besar rasa sayang yang dimiliki suami saya? Saya tahu ada banyak cara menjalin bonding antara ayah dan bayi ketika sudah lahir. Tapi, bagaimana para suami menciptakan bonding dengan their unborn baby? Ternyata ketakutan saya nggak beralasan, hehehe. Dan, suami saya malah sudah memiliki ritual untuk menjalin ikatan dengan calon anak kami yang belum lahir.
Selain suami, saya juga bertanya dengan para calon ayah lainnya bagaimana mereka menciptakan bonding. Ini jawaban mereka yang mungkin bisa jadi ide untuk para calon ayah lainnya:
Rakhmat Trajualam, kehamilan isteri 18 minggu.
“Saya suka dengan anak-anak kecil. Dan biasanya, anak-anak kecil mudah akrab dengan saya, karena saya sering berbicara dengan mereka. Walaupun kadang tidak nyambung dan tidak saling mengerti bahasa masing-masing, tapi mereka senang jika ada yang mendengarkan. Itu juga yang saya lakukan pada bayi yang ada di perut isteri. Berbicara padanya sebelum berangkat kerja, bercerita sebelum tidur, kadang mengetuk-ngetuk perlahan perut istri lalu mengajaknya bersekongkol untuk tidak meminta makanan yang aneh-aneh. Hahaha.. Anyway, dengan rutin berbicara dengan sang bayi, saya berharap ia juga mengenali saya ketika lahir nanti.”
Alam Rantaumanix, kehamilan isteri 40 minggu.
“Anytime soon, saya akan bertemu dengan si kecil yang ada di dalam perut isteri. Kami sangat excited menanti kehadirannya. Semasa kehamilan isteri, seringkali saya mengajak bayi kami berbicara, walaupun rasanya hanya berbicara pada perut. Tapi lalu, saya juga ikut merasakan adanya gerakan ketika bayi kami menendang atau menonjok. Woow.. Itu baru ajaib. Saya juga merasakan adanya ikatan pada calon bayi kami ketika ikut memilihkan baju-baju khusus untuknya. Onesie dan sepatu keds Air Jordan membuat saya membayangkan, keseruan yang akan kami lakukan bersama kelak.”
Audy Lubis, isteri melahirkan 5 November 2015.
“Sebelum isteri melahirkan, paling banter saya mengelus-elus perutnya sambil sesekali berbincang dengan putri kembar kami. Sekarang setelah istri melahirkan, sebisa mungkin saya melakukan skin-to-skin contact dengan mereka, meski sayangnya mereka berdua masih harus menginap di NICU untuk diobservasi lebih lanjut karena kelahiran prematur. Saya punya banyak rencana untuk memperkuat hubungan ayah-anak dengan mereka. Menemani keduanya berjemur di pagi hari, misalnya, akan menjadi momen yang akan mendekatkan kami.”
Yudhantara Alviro, kehamilan isteri 30 minggu
“Saya lupa pernah baca di mana, tapi katanya janin sudah bisa merasakan cahaya. Jadi, saya suka iseng mematikan lampu dan menyinari perut isteri dengan senter sambil gantian saya matikan lalu nyalakan terus seperti itu, sambil bilang kalau ini papa yang lagi mengajak adik bermain. Semoga saja ini terus terekam di alam bawah sadarnya”