Sorry, we couldn't find any article matching ''
Senyuman Mampu Melawan Tindak Bullying?
*foto dari sini
Dulu, Mama saya sering kali protes dengan bilang, “Dis... muka kamu, kok, jutek banget, sih? Banyakin senyum, dong.”
Terus terang, sebenarnya saya bukan tipe orang yang senang basa basi. Bisa ber-haha hihi dengan orang yang tidak saya kenal. Nggak heran kalau ada beberapa teman bilang saya ini manusia paling jutek, hahaha. Kalau mendengar teman komentar begitu, saya sering menimpali dengan mengatakan, “Ya, memang sudah cetakannya begini. Mau diapain, dong?”.
Mungkin hal ini jugalah yang akhirnya memancing kakak-kakak kelas ketika SMP dulu untuk ‘menggencet’ saya. Untung saja, waktu itu saya nggak sampai jadi korban bullying. Tapi yang namanya masalah peer pressure, saya pernah jadi korban. Ceritanya, di antara teman dekat di sekolah dulu, hanya saya yang nggak punya sepatu Dr. Martens. Hahaha... jadi ketahuan, ya, saya ini angkatan berapa?
Pada zaman saya SMP, sepatu yang satu ini sangat nge-hits. Belum lagi masalah kebebasan waktu bermain. Sampai saya SMA, Mama masih memberlakukan jam malam. Tapi setelah jadi orangtua, saya tahu persis mengapa mereka melakukannya.
Balik lagi ke masalah bullying dan peer pressure, menurut Psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo untuk anak-anak usia pra remaja adanya peer pressure atau bullying, akan sangat berpengaruh dalam proses tahapan tumbuh kembang anak. Pasalnya, usia pra-remaja merupakan masa pembentukan karakter anak. Jika mereka tidak mampu melewati proses dengan baik, bukan tidak mungkin ke depannya mereka tidak akan siap menghadapi beragam tantangan dalam perjalanan hidupnya.
Lalu, apa bagaimana senyuman bisa melawan bullying dan peer pressure? Ketahui jawabannya di laman selanjutnya, ya.
Vera menerangkan, di usia remaja anak-anak ini masih mencari jati diri sehingga sering merasakan kebingungan dan punya banyak sekali pertanyaan. Untuk mendapatkan rasa nyaman dalam sebuah lingkungan, hal yang paling gampang dilakukan adalah meniru orang yang ada di lingkungannya. “Oleh sebab itu, anak-anak pra-remaja cenderung ikut-ikutan. Tapi jika anak sudah punya self confidence yang baik, dia nggak akan mudah ikut-ikutan dan terbawa oleh arus,” ungkapnya.
Rupanya untuk menghadapi dua masalah yang sering dihadapi anak pra-remaja ini, kuncinya tidak hanya perlu keberanian untuk melawan. Namun, justru perlu diawali dengan senyuman. Loh, apa hubungannya senyum dengan melawan tindakan bullying ataupun peer pressure?
Seperti yang kita ketahui pada dasarnya senyuman menimbulkan banyak efek positif. Waktu itu Mbak Vera menjelaskan bahwa senyum mampu menstimulasi otak dan hormon yang kemudian menimbulkan beragam efek positif bagi seseorang.
“Saat tersenyum, bagian otak yang mengatur emosi bahagia diaktifkan. Dengan senyum, hormon pemicu stres berkurang, sementara hormon pembangkit mood meningkat. Senyuman juga menstimulasi otak yang bisa membuat pikiran lebih positif. Bahkan, dengan tersenyum, seseorang bisa menurunkan tekanan darahnya,” ungkapnya.
Apa yang dikatakan psikolog anak ini seakan dipertegas dengan adanya sebuah penelitian di Inggris yang membuktikan kalau dengan sekali senyuman bisa menimbulkan efek stimulasi di otak setara dengan efek yang didapatkan dari makan 2.000 batang cokelat.
Menyadari kalau tidak sedikit orangtua yang bingung menghadapi masalah umum pra-remaja seperti ini, Pepsodent pun akhirnya menggagas kampanye #BeraniSenyum123. Di mana lewat kampanye ini, Pepsodent ingin mengingatkan kita, kaum orangtua agar membekali anak-anaknya supaya tumbuh menjadi anak yang percaya diri. Dengan mengajarkan anak berani senyum, rasa percaya diri anak pun akan muncul sehingga mereka akan siap menghadapi tantangan di lingkungan sekitarnya.
“Sebuah senyuman dapat menciptakan keadaan psikologis yang penuh kebahagiaan, di mana kondisi ini membuat kemampuan belajar lebih mudah, serta kesiapan mental untuk tumbuh dan berkembang. Manfaat positif dari sebuah senyuman dalam proses edukasi sangat penting, jangan abaikan hal ini,” tambahnya lagi.
Umh, tampaknya hal ini terlihat sepele, sih, ya, tapi memang kalau sudah dipraktikkan akan berdampak besar pada rasa percaya diri anak. Paling tidak dengan senyuman, wajah yang nggak terlalu kece bisa terlihat jadi menyenangkan :p. Benar kan? Pantas saja kalau sejak dulu Mama saya sering berpesan, “Sebisa mungkin, mulai hari kamu dengan senyuman, dengan begitu kamu bisa melewati hari jauh lebih baik.”
Dengan beragam pesan yang saya dapatkan dari orangtua serta belajar lewat pengalaman pribadi, paling tidak saya bisa belajar bagaimana menghadapi anak ketika ia sudah masuk dalam masa puber.
PAGES:
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS