Hal Yang Sebaiknya Tidak Dikatakan Pada Ibu Baru!

Etc

?author?・23 Jan 2015

detail-thumb

New Mom1Gambar dari sini

I’m a new Mom, and I’m proud of it! Ada yang pernah mengucapkan hal yang sama dengan saya? Hmmm....menjadi ibu adalah titik balik dalam kehidupan saya, 180° berputar ke arah yang lebih baik. Tapi dalam perjalanannya, ada saja halang rintang dan tak jarang menguras energi, dan pikiran. Bahkan di beberapa kesempatan ada saja yang menguji tingkat kesabaran saya sebagai ibu baru :D *inhale exhale.

Saya masih sering menjumpai segelintir orang melontarkan pertanyaan yang tanpa disadarinya membuat perasaan si ibu baru tidak nyaman. Bahkan sampai ada yang ke arah justifikasi yang menurut saya sepatutnya tidak dijadikan pembiasaan, bagaimanapun juga setiap anak dilahirkan unik dan memiliki kelebihan mereka masing-masing. Baik keadaan fisik mereka, maupun psikisnya. Hal yang sama berlaku untuk para ibu baru, yang mereka butuh adalah dukungan penuh dari lingkungan di sekitarnya, baik keluarga dan sahabat – karena seorang ibu (juga) manusia biasa.

Here are seven inappropriate question and how to answer it!

•People : “Berat anaknya berapa?”

New Mom : “Belum nimbang lagi, terakhir nimbang sih 7,5kg”

People : “7,5 kilo? Kok enteng banget sih untuk anak usia 6 bulan?”

New Mom : “Metabolisme setiap anak berbeda-beda, yang paling penting BB anak saya sewajarnya tumbuh kembang anak seusianya” *sambil senyum selebar-lebarnya :D

•People : “Lahirannya caesar atau normal?”

New Mom : “Normal yang berujung caesar”

People : “Kok bisa? Yaaah sayang banget yaaa”

New Mom : “Yang terpenting anak dan saya dalam keadaan sehat walafiat, dan ini yang dinamakan takdir Tuhan” *masih tersenyum lebar :D

•People : “Kamu masih kerja?”

New Mom : “Alhamdulillah masih”

People : “Yaah kasian dong anaknya sama siapa?”

New Mom : “Sama orangtua saya, Alhamdulillah mereka tidak keberatan dititipkan cucu. Dan saya punya mimpi yang terlalu besar, sehingga harus diwujudkan bersama dengan suami!” *harus tetap tersenyum :D

•People : “Gendongnya jangan begitu dong”

New Mom : “Iya tenang saja, I’m his/her Mom. I have a strong instinct  to make his comfort” *tetap tersenyum :D

•People : “Kok batuk+pilek sih anaknya?” (tendensi pertanyaan lebih ke arah menyalahkan si ibu :( )

New Mom : “Mungkin saja tertular orang dewasa yang sedang sakit, sebagai ibu tentu saja yaa saya enggak mau anak sakit. Untuk jawaban pastinya, saya akan ke dokter secepatnya” *berusaha tersenyum, meski hati teriris :D :p

•People : “Sehari pumping berapa kali?”

Me : “Pinginnya sih 3 kali, tapi terkadang tidak memungkinkan karena satu dan lain hal”

People : “Sayang banget yaaa padahal”

Me : “Iya nih, banyak faktor X di luar kuasa saya, poin pentingnya saya sudah berusaha keras untuk memberikan ASI kepada si kecil” *ingat! Senyum adalah ibadah :D

•People : “Ayo dong cepat, anaknya haus nih mau minum” (Disampaikan dengan nada yang agak tinggi sementara si ibu dalam situasi harus segera ke toilet)

New Mom : Tolong sabar ya, kalau bayi menangis bukan melulu mau minum kok. Bisa saja dia minta di dekap, popoknya basah atau ada semut/nyamuk yang menggigitnya. *stok senyum terakhir :D :p

Ganti pertanyaan-pertanyaan yang kurang pantas tadi dengan melakukan tiga hal di halaman berikutnya :)

 

New Mommies4

And there’s still a dozens of things that you should not to say to a new Mother. Seperti “Setelah ini, ada rencana mau punya anak lagi?” “Ini belum ada apa-apanya loh, akan datang masa-masa yang lebih sulit lagi!” atau “Jangan sering digendong, nanti anaknya bau tangan dan manja” Oooh come on people! rasa sakit paska melahirkan saja belum reda. Biarkan si ibu melakukan apa yang mereka yakini benar. Menurut sebuah situs yang saya baca, sebagai penggantinya, Mommies bisa melakukan hal-hal berikut kepada new Mommies yang baru saja melahirkan:

1. “Saya mau ke rumah kamu, kamu mau saya bawakan makanan apa?”

(Ibu baru akan senang mendapatkan perhatian, daripada pertanyaan berat yang malah membuat otak bekerja lebih keras)

2. “Jadi teringat masa-masa saya melahirkan anak pertama, perasaan saya kala itu benar-benar kewalahan dan bingung sekali”

(Efeknya ibu baru merasa bukan satu-satunya ibu yang sedang berjuang merawat anak pertama mereka)

3. NOTHING! Exactly! Duduk tenang, sedikit bicara dan setia di samping mereka – jadi pendengar yang baik tentang perjuangan proses melahirkan, kegembiraan yang meluap memiliki anak pertama, rasa takut saat kali pertama dalam hidup masuk ke ruangan bersalin, dan lain sebagainya.

Di tiga bulan pertama mengurus Jordy perasaan ini seperti rollercoaster, up and down-nya enggak kira-kira. Secara fisik lelah karena mengurus si kecil, tapi di sisi lain kepikiran lontaran kalimat-kalimat yang tidak seharusnya diutarakan seperti di atas tadi. Tapiii lama kelamaan saya harus bisa “re-frame” ke situasi yang berdampak positif, dan tidak ambil pusing dengan inappropriate question tadi. Misalnya itu adalah tanda bahwa saya harus lebih banyak lagi membaca literatur atau mengikuti talkshow tentang tumbuh kembang anak. Bahwa menjadi ibu itu tidak ada sekolahnya! Yap, semua proses alami yang akan dijalanin seumur hidup, saya suka menyebutnya “pembelajaran seumur hidup” *nampak berat :D

Revisi tugas kuliah berkali-kali dari dosen paling menakutkan, sidang skripsi yang diuji oleh dosen-dosen terkemuka di kampus, dan sensasi adrenalin yang memuncak karena artikel sudah deadline tayang belum seberapa dibandingkan dengan menjalani peran ibu yang setiap hari harus bisa menyerap ilmu parenting di berbagai “kelas” kehidupan. Maka apa yang sudah saya lalui hampir tujuh bulan menjadi ibu (and many years ahead) adalah pembelajaran yang sangat berharga – membesarkan anak bukan seperti sedang berkompetisi dengan ibu-ibu lainnya di muka bumi ini, atau bahkan menjustifikasi ibu-ibu baru di luar sana. Melainkan sama-sama instropeksi diri, saling mengingatkan, lebih sabar dan ikhlas, dan berbagi ilmu parenting.

“Motherhood is not a battle against other mothers. Motherhood is your journey with your children” –NN