Memulai tulisan ini dengan review ulang informasi tsunami dari Wikipedia makes my whole body shiver. Sejujurnya waktu itu saya nggak ikuti beritanya 24 jam, karena saya sendiri baru melahirkan Darris persis dua minggu sebelumnya.
Hari minggu itu, 26 Desember 2004. Saya yang badan rasanya masih kayak habis ketabrak truk pasca proses melahirkan hampir 40 jam, bangun pagi menghitung hari sudah dua minggu kok duduk saja belum beres karena jahitan masih nyut-nyutan habis dilewati bayi 4 kilo, menonton berita serasa digetok godam of ungratefullness... Televisi menampilkan ibu muda menggendong bayi yang jelas seumuran Darris, susah payah mengungsi ke atas lifeboat SAR dengan latar belakang rumah setengah hancur. "It could have been me..." terlintas di benak saya *merinding lagi*.
Mommies pasti tahu rasanya hamil atau pascamelahirkan punya bayi kecil dan mewek-mewek baca berita tentang bayi yang dibuang, bayi yang sakit parah, ibu hamil dengan kesulitan, dll. Dan ini, a wipe out of half Aceh, dengan korban resmi hampir 170 ribu jiwa (laporan lain menyebutkan 220 ribu) di mana sebagian besar korban adalah anak-anak. Campur aduk rasanya, antara bersyukur bukan saya (dan kami), prihatin, sekaligus ikut khawatir membaca status beberapa teman yang ikut jadi pengungsi atau bahkan masih menunggu kabar sanak saudaranya.
Tahun ini, Darris akan berulang tahun yang ke-10. Pun peringatan tsunami. Dalam sepuluh tahun, sebagian besar infrastruktur sudah terbangun lagi, sanak saudara yang sempat dikira hilang ada yang bisa berkumpul kembali. Tapi banyak kehidupan yang belum berjalan seperti semula. Banyak anak-anak yang kehilangan orangtua, bahkan keluarga.
Bagaimana kita bisa membantu mereka? Lihat di halaman selanjutnya, ya.
SOS Children’s Villages Indonesia (SOS CV Indonesia), lembaga non-profit yang bergerak memperjuangkan hak-hak dasar anak, menyelenggarakan rangkaian kegiatan kampanye dalam rangka peringatan satu dekade Tsunami Aceh yang berjudul “Tsunami Survivor: Duka hanyut berganti asa". Melalui pengasuhan alternatif berbasis keluarga yang diupayakan SOS Children's Villages, anak-anak yang kehilangan pengasuhan orangtua karena bencana Tsunami dapat tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang penuh kasih sayang, rasa aman, dan rasa dihargai.
Putra-putri Aceh saat ini tengah bersiap menyambut masa depannya yang lebih cerah. Beberapa telah berhasil meraih prestasi yang membanggakan. Melalui kisah inspiratif para Tsunami Survivor tersebut, SOS CV Indonesia mengajak masyarakat luas untuk peduli terhadap masa depan anak-anak korban Tsunami Aceh.
Melalui gerakan “Satu Aksi untuk 10 tahun Tsunami,” kita dapat memberikan dukungan dengan berdonasi sebesar 5000 rupiah perhari secara online melalui website www.sos.or.id/tsunamisurvivor untuk memastikan anak-anak yang berada dalam pengasuhan SOS CV Indonesia di Banda Aceh, Meulaboh, dan Medan memperoleh haknya dalam pengasuhan berkualitas, kesehatan dan pendidikan.
Yuk, ikut memberikan dukungan bagi mereka!