Banyak sekali orangtua yang yang anti melakukan kekerasan secara fisik. Tapi sayangnya, mereka mengalihkan kemarahan ke dalam bentuk bentakkan. Walaupun tidak sampai melakukan kekerasan secara fisik, ternyata menggunakan ungkapan verbal juga tak kalah buruk dampaknya bagi anak lho Mommies.
Menurut pelatih parenting, Adele Faber, menaikkan nada suara tidak selalu buruk dan menyakiti perasaan anak ketika digunakan untuk menjelaskan sesuatu atau menarik perhatian anak, seperti “Yah mainannya udah berantakkan lagi, padahal baru aja mama rapiin di lemari.” Namun, membentak menjadi buruk ketika digunakan untuk menyerang, merendahkan, atau menyalahkan anak dengan pernyataan seperti “Duh, kamu selalu salah deh melakukannya. Masa nggak ngerti-ngerti sih?”.
Penelitian yang dilakukan pada remaja menunjukkan bahwa remaja yang orangtuanya menggunakan ungkapan verbal yang keras, seperti membentak atau menghina, kemungkinan besar akan mengalami masalah tingkah laku (tingkah laku agresif) dan gejala depresi. Penelitian lain menunjukkan bahwa membentak memiliki dampak yang lebih jauh daripada memukul. Anak 8 tahun yang sering dibentak oleh orangtuanya terbukti memiliki hubungan yang kurang memuaskan dengan pasangannya pada usia 23 tahun. Selain itu, orangtua yang sering membentak juga kehilangan kesempatan untuk mengajarkan anaknya cara meregulasi emosi.
Lebih buruknya lagi, dampak negatif dari membentak tidak akan terhapus oleh sikap hangat orangtua. Cara penyelesaian masalah yang buruk, yang dilihat oleh anak ketika orangtuanya membentak, akan terus menempel pada diri anak hingga mereka dewasa. Selain itu, anak juga akan berharap bahwa orang lain akan melakukan hal yang sama, dan secara tidak sadar anak memilih pasangan yang dapat memenuhi harapan tersebut.
Mommies, ternyata ada tanda-tanda yang dapat menunjukkan apabila orangtua emosinya sudah semakin meledak-ledak dan sudah waktunya untuk menurunkan kemarahannya, antara lain terasa adanya penyempitan di tenggorokan atau dada, napas yang sesak atau tergesa-gesa, merapatkan gigi atau rahang, dan pikiran buruk mengenai diri sendiri.
Ada beberapa hal yang dapat orang tua lakukan agar tidak membentak anak. Lihat di halaman selanjutnya, ya.
*Gambar dari sini
Pertama, menarik napas dalam-dalam, membayangkan hal-hal yang indah, menghitung sampai 10, dan meninggalkan ruangan.
Kedua, membuat batasan waktu luang yang jelas dalam rutinitas harian, di mana anak diberi kebebasan untuk melakukan kesalahan yang kecil, seperti menumpahkan susu.
Ketiga, belajar memulai kalimat dengan kata “Saya” dibandingkan kata “Kamu” dapat membantu orangtua beralih dari marah-marah ke pemberian nasihat, beritahu apa yang orangtua tidak sukai dan apa yang mereka harapkan dari anak mereka.
Keempat, tidak memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi dan tidak mengharapkan anaknya untuk sempurna agar dapat menenangkan rasa frustasi orang tua.
Kelima, tunggu waktu yang tenang untuk memberitahu pelanggaran apa yang dilakukan anak, lalu mengajak anak untuk membuat solusi bersama agar tingkah laku yang buruk tidak terjadi lagi.
Jadi, usahakan untuk tidak pernah membentak anak-anak ya, agar Mommies dapat memiliki hubungan yang hangat dan dekat dan anaknya, serta anak tidak akan menampilkan tingkah laku yang kurang baik. Tak memukul atau melakukan kekerasan secara fisik bukan berarti segalanya, mulai sekarang yuk kita jaga kalimat yang disampaikan ke anak. O iya, jangan lupa beritahu suaminya juga ya Mommies!