Sorry, we couldn't find any article matching ''
Family Friday: Christian Sugiono Dan Titi Kamal, Investasi Jangan Ditunggu-tunggu!
Buat orang-orang yang mengenal saya dengan baik, pasti sudah paham kalau saya ini tipe perempuan yang nggak pintar mengelola uang. Bawaannya kalau punya uang mau jajan terus. Ya, nggak aneh, deh, kalau tubuh saya kian hari kian tambun *sigh*. Alhamdulillahnya, saya berjodoh dengan sosok pria yang bisa jago ngatur uang. Jadi setelah menikah, menteri keuangan saya ini cukup banyak kasih ilmu, bagaimana mengatur cash flow yang baik.
Sering kali saya menyesal, hasil kerja saya selama ini sering habis begitu saja. Kalaupun ada hasilnya, ya, belum seberapalah.... Padahal, nih, kalau saya konsiten dari dulu, pasti hasil tabungan dan investasi nya jauh lebih besar dibandingkan sekarang. Lagian, saya saja baru melek invetasi setelah Bumi lahir. Kalau dulu, mah, boro-boro, deh. Duh! Telat banget, ya? Tapi nggak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu yang baik, kan?
Makanya, ketika saya mendengar pengalaman Christian Sugiono dan Titi Kamal yang gemar investasi sejak awal mereka bekerja, saya cukup takjub. Jadi, nggak usah heran kalau sekarang orangtua dari Arjuna ini sudah banyak menjalan bisnis dan punya investasi yang nilainya tidak sedikit. Semua nggak terlepas dari niat dan konsistensi keduanya. Buat saya pribadi, mereka berdua sangat pantas dijadikan role model pasangan muda yang melek investasi.
Beruntung setelah sharing pengalaman di acara jumpa pers HSBC beberapa hari lalu, saya punya kesempatan ngobrol dengan pasangan ini. Simak, yuk, obrolan kami waktu itu....
Ceritain, dong, gimana awalnya kalian memulai investasi? Katanya sudah dilakukan sejak single, ya?
Tian : Aku mulainya ketika pulang dari Jerman. Waktu itu tahun 2005 dan sudah mulai ikut shooting, akhirnya punya pendapatan sendiri. Ketika itu bisa dibilang pendapatan saya sudah cukup lumayanlah ya. Tapi saya juga nggak punya background soal investasi. Makanya ketika punya uang, bingung uangnya mau diapain. Memang waktu itu sudah ditabung, tapi saya pikir harus do it something, nih. Jadi ketika nabung saya pun mulai investasi di produk Bank, Reksa Dana. Tapi kurang paham seperti apa, waktu konsultasi saya bilangnya, yang penting return-nya paling tinggi, Pak, hahaha.
Titi : Dari tahun 1995 saya sudah mulai kerja jadi model. Masih inget banget, waktu pertama kali dapat fee foto cover Rp 75.000, dan uangnya saya habiskan untuk makan fast food, hahahaa. Setelah itu, kira-kira sampai tahun 1999, setiap dapat fee, uangnya selalu habis untuk beli baju, traktir teman, beli ini itu. Pokoknya 100% habis. Sampai aku mikir, kalau begini terus, nggak boleh, nih. Bagaimana masa depan nanti? Aku kan juga harus punya planning masa depan juga. Jadi mulai sejak itu aku mulai investasi. Langsung setiap kali punya pendapatan, 80% aku gunain untuk investasi dan 20 % untuk keperluan happy-happy..
Sekarang, masih konsisten ngejalanin nggak?
Titi : Iya, itu semua berlaku sampai sekarang dan itu menyenangkan sekali karena bisa ngejalaninnya. Aku jadi bisa beli sesuatu yang menurut aku bagus untuk investasi, misalnya beli rumah, apartemen atau villa.
Halaman berikutnya, Tian dan Titi membagi kiat bagaimana mereka bisa konsisten berinvestasi.
Gimana, sih, cara kalian supaya tetap konsisten? Ya, namanya masih muda biasanya masalah paling besar itu kan susah menjaga konsistensi...
Tian: Memang begitu, sih. Tapi kalau gue, sih, mimpi aja dululah. Punya tujuan untuk apa loe investasi. Misalnya, pengen punya rumah, dua tahun lagi. Nah, kan akan ketemu angkanya, tuh, setelah itu baru deh diperhitungkan. Misalnya punya target untuk mencapainya dalam jangka waktu 2 tahun, kalau memang ternyata pada bulan ke-6 sudah mulai nggak disiplin, berarti targetnya dan impian bisa mundur. Nah, kalau menurut aku sih memang tergantung niat, sebesar apa niat loe untuk mendapatkan barang atau impian. Jadi itu juga bisa memotivasi diri kita sendiri untuk berhasil.
Seperti apa sih bentuk investasi yang kalian sudah lakukan selama ini?
Tian: Kalau saya memang selama ini lebih banyak investasi ke properti, bentuk aset, tanah, rumah, villa, apartemen. Selain di properti, hasil kerjaan, uangnya juga kita puterin untuk bisnis. Saat ini sudah ada beberapa bisnis yang kita jalanin, kalau saya ada online, production house, restoran..
Bagaimana dengan Titi?
Titi: Sama juga, sih. Kalau saya sekarang menjalankan beberapa bisnis, ada katering, salon, restoran, dan ada investasi properti juga. Produk bank juga ada, seperti reksa dana dan saham lainnya.
Nah itu kan investasi yang pribadi, kalau investasi bersama bagaimana?
Tian: Ada juga, seperti investasi properti villa, dan restoran. Sebenernya yang kami bilang tadi itu ada juga yang investasi bersama. Nggak semuanya investasi pribadi.
Awal mulai investasi kan masih muda, sempat bingung nggak, sih, menentukan investasi yang tepat?
Tian: Saya termasuk contoh hidup orang yang sama sekali nggak tau soal invesment, nggak paham sama sekali. Ketika punya uang, bingung. Ini uangnya mau diapain, ya? Kalau hanya simpan ke bank, lama-lama kalah sama inflasi, kalau lama-lama didiamkan juga uangnya bisa habis.
Kalau mau langsung beli properti juga harus punya modal yang besar dulu. Jadi ketika awal-awal uangnya belum banyak kita memang investasi di produk finansial lebih dulu. Reksa dana dan beli saham Itu kan nggak perlu uang yang gede-gede banget, yang penting kita harus jeli. Dan yang paling penting juga buat saya adalah ketika orang-orang atau teman-teman yang nggak paham harus menyimpan uangnya di mana, itu pun permasalahan yang alamai saya di awal. Makanya ketika ada acara seperti yang dibuat HSBC ini bagus sekali, kita jadi bisa mendapatkan informasi dan bisa share pengalaman.
Apakah investasi yang kalian lakukan ini berkaitan dengan karir di bidang hiburan yang bisa dibilang usianya nggak akan lama?
Tian: Iya betul banget. Dari awal memang sudah saya rencanakan seperti itu. Dunia entertainment itu kan umurnya nggak lama, ya. Ketika saya umurnya semakin tambah, pasti akan banyak juga bibit baru yang muncul. Makanya perencanaan keungan yang matang itu sangat perlu.
Lalu, ada hubungannya nggak, sih, dengan peran orangtua? Langsung klik laman berikut, ya.
Bagaimana dengan peran orangtua? Dari dulu diajarkan untuk mengelola uang dengan baik nggak?
Tian: Kebetulan saya didik orangtua juga begitu. Ketika lulus SMA, kuliah di Jeman, sudah nggak dibayarin sama orangtua. Jadi sudah benar-benar cari makan sendiri sejak umur 18 tahun. Jadi saya benar-benar menghargai uang-lah. Ketika di usia yang cukup muda sudah punya pendapatan yang lebih, jadi kita nggak habiskan sekali waktu saja untuk senang-senang. Ya, mungkin ada yang mikir begitu, cari uang untuk senang-senang dulu, tapi kalau kita mikirnya justru untuk masa depan lebih dulu.
Pernah punya pengalaman salah pilih produk investasi nggak?
Tian : Ada. Itu sih pasti, ya. Mungkin kalau bahasa kasarnya, investasi bodong. Dulu kita pernah ditawarin investasi yang return-nya kenceng. Katanya, kamu nggak perlu kerja, duduk saja di rumah, tapi dapat duitnya banyak.
Saya sebenarnya punya prinsip bahwa, duit nggak mungkin bisa jadi banyak kalau kita nggak kerja. Tapi ini kenapa bisa beda begitu? Ya, tapi namanya dulu kita masih muda dan belum banyak tau informasi, jadi percaya saja. Ini memang investasi bukan dari bank, akhirnya sempat kita ikuti. Tapi, kok, hasilnya nggak seperti yang dijanjikan.
Bagaimana ketika menjalankan bisnis?
Tian : Ya, sama juga. Untuk bisnis juga pernah salah milih partner, karena kita dulu belum punya pengalaman. Tapi di umur sekarang, setelah sempat jatuh bangun, dan punya pengalaman, jadi banyak kasih pelajaran buat kita.
Tian dan Titi, minta kiat kalian dong bagaimana caranya memulai investasi buat mereka yang baru ingin memulai. Pasangan yang baru menikah, misalnya...
Tian : Kalau menurut aku, sih, jangan ditunggu-tunggu. Langsung saja. Kalau sudah niat mau investasi, punya uang berapa pun, ya, mulai saja. Sisihkan saja sesuai kemampuan. Setelah gajian, kalau memang niat langsung dikerjain. Misalnya saya, 80% dari penghasilannya pasti masuk untuk investasi, dan 20% nya untuk kebutuhahan lainnya.
Ketika kita nunggu, uangnya akan habis untuk beli barang yang sebenarnya nggak tau untuk apa. Habis untuk nongkrong atau begaul, misalnya. Jadi, mulai saja investasi dengan pelan-pelan. Tapi jangan lupa pilih yang sesuai dengan profil kita. Misalnya, loe tipe yang agresif, dalam artian nggak apa-apa deh simpan uang yang banyak, dengan risiko tinggi, tapi return-nya besar. Atau tipe yang konsenvatif, pilih investasi pasti-pasti aja, dan bikin loe tenang dan nggak perlu panik. Nah, tipe orang kan beda-beda, tuh, tinggal disesuaikan aja. Jadi kalau menurut gue, itu aja, sih tipsnya, jangan nunda dan tentukan investasi yang sesuai sama profil elo sendiri.
Bagaimana dengan tuntutan gaya hidup, contoh kecilnya ganti-ganti gadget...
Tian: Wah, kalau untuk gadget aku sih nggak suka ganti-ganti, selama masih berfungsi dengan baik, ya dipakai terus.
Titi: Jadi memang yang efektif dan praktis saja, kita berdua memang membeli sesuatu bukan demi gengsi atau gaya.
-----
Jadi bagaimana? Setuju, dong, ya, kalau saya bilang pasangan ini memang pantas dijadikan role model untuk kita semua dalam hal berinvestasi. Meskipun masih muda, mereka sudah tau benar apa yang harus dipersiapkan untuk menyongsong masa depan. Nah buat Mommies yang baru saja menikah, baru punya anak, atau sudah beberapa tahun menikah, yuk segera berinvestasi!
PAGES:
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS