Paling kesel deh kalau lihat Bumi main air. Bukan cuma karena bikin PR lantaran saya mesti bersihin lantai yang mendadak jadi banjir atau harus menggantikan bajunya yang basah, tapi karena buang-buang airnya itu, lho! Apalagi kalau Bumi dengan seenaknya buang air minum. Kalau saya tanya kenapa air minumnya dibuang, pasti ada saja alasannya. Airnya kotorlah, basilah.... Duh, anak umur 4 tahun seperti Bumi memang paling pintar, deh, bikin alasan.
Sejak dulu, saya memang sudah didik Mama dan Ayah untuk nggak boros dalam menggunakan air. Hal ini jugalah yang ingin saya tanamkan ke Bumi. Alhamdulillah, sampai saat ini keluarga saya memang nggak pernah mengalami kesulitan dalam mendapatkan air bersih. Tapi bagaimana dengan masyarakat di luar sana? Padahal, bisa dibilang air bersih itukan termasuk kebutuhan pokok dalam keluarga.
Kebutuhan air bersih dalam rumah tangga di kota-kota besar dari tahun ke tahun pun selalu meningkat. Sayangnya, data dari Badan Pengelolaan Lingkungan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Propinsi DKI Jakarta menunjukan kalau di Jakarta ini mengalami defisit air tanah yang cukup signifikan. Artinya, ketersediaan air bersih jadi makin menipiskan? Kalau sudah begini, siapa yang repot dan merasakan dampaknya? Ya, pasti kita-kita juga kan?
Makanya, saya termasuk orang yang bawel ketika melihat orang-orang yang kurang bijak menggunakan air bersih. Tapi sebelum ngebawelin orang-orang tentu perubahan harus dilakukan mulai dari diri sendiri dan lingkungan terdekat. Toh, sebenarnya untuk menjaga ketersediaan air bersih banyak hal yang bisa kita lakukan.
Contoh panting mudah, ya, jangan biarkan kran air mengalir kalau memang tidak dipakai. Saat mencuci piring ataupun mencuci buah dan sayur juga sebaiknya menggunakan air yang ditampung dalam baskom. Ketika sedang mandi, mungkin ada baiknya kalau kita menggunakan shower dibandingkan dengan dengan gayung. Lewat langkah seperti ini tentu bisa menghemat penggunaan air bersih. Satu lagi, nih, yang nggak kalah penting, saat minum air dalam kemasan sebaiknya ya dihabiskan. Kalau nggak habis, ya, disimpan saja. Sedih rasanya kalau melihat air minum terbuang percuma.
Ngomongin soal air minuman dalam kemasan, saat ini AQUA sedang melakukan sebuah gerakan yang patut kita ikuti. Namanya, Gerakan “Dari Kita untuk Indonesia (DKUI)”. Gerakan ini merupakan salah satu wujud kepedulian AQUA Grup untuk berkontribusi terhadap peningkatan akses air bersih dan penyehatan lingkungan melalui pemberdayaan masyarakat dan kemitraan multipihak dan menguatkan komitmennya untuk mewujudkan Indonesia yang sehat.
Harapannya lewat gerakan DKUI ini, publik bisa terus mengingat betapa pentingnya menjaga kualitas, kuantitas serta keberlanjutan air melalui pelestarian lingkungan. Waktu jumpa pers, Brand Director AQUA Febby Intan sempat bilang, “Dengan diluncurkannya gerakan ini, kami mengundang publik untuk terlibat dalam aktivitas DKUI untuk menjaga kelestarian air bersih di Indonesia. Mari kita mulai dari hal yang paling sederhana, yaitu dengan menggunakan air secara bijak.”
AQUA Grup sendiri juga sudah melakukan berbagai aktivitas dalam Gerakan DKUI ini. Sala satunya melalui Theme Song DKUI yang dinyanyikan oleh sederetan artis Indonesia untuk mengajak masyarakat turut menjaga kelestarian air. Aktivitas lain yang dilakukan dengan mengadakan kompetisi infografis di mana bakat-bakat designer muda ditantang untuk menyajikan data statistik mengenai akses air bersih di Indonesia dalam bentuk yang mudah dipahami.
Bersamaan dengan peluncuran gerakan ini, berbagai informasi perkembangan kegiatan peningkatan akses air bersih yang dijalankan AQUA Grup di bawah program Water Access, Sanitation and Hygiene (WASH) juga dapat diakses melalui situs resmi AQUA (www.aqua.com/darikita).
Saya pribadi cukup salut dengan gerakan DKUI, di mana lewat gerakan ini kita semua kembali dingatkan kalau wajib menjaga dan menghemat air bersih. Biar bagaimana pun, air bersih itu kan berpengaruh pada kesehatan dan sumber kehidupan yang memang harus kita jaga kelestariaannya untuk masa depan.