Sorry, we couldn't find any article matching ''
Mengajak Anak Puasa
Tahun ini anak saya masuk SD. Mulai sekolahnya pas di bulan puasa. Tadinya saya sih nggak ada target “Anak saya harus belajar puasa pas SD”, atau apa gitu, nggak ada sama sekali. Jalani saja.
Sehari sebelum puasa, saya ngobrol dengan mama ngalor ngidul. Di satu titik mama saya bilang, “Kamu belajar puasa kan waktu kelas 1 SD”. Saat itu ingatan saya masih samar-samar, apa iya saya belajar puasa kelas 1 SD? Berarti seusia Langit saat ini, dong?
Malam sebelum tidur, saya bertanya sama Langit, “Mau puasa apa nggak”. Seperti biasa dong, ya, nggak mengiyakan atau menolak, melainkan bertanya segala macam dulu. Mulai dari puasa itu apa, kenapa harus puasa, boleh makan nggak kalau sedikit saja, nangis boleh nggak, dan seterusnya. Kalau mau cepat, kan bisa saja saya bilang, “Ya udah, mau puasa apa nggak?, tapi berhubung sedang menerapkan ilmu kesabaran (haha), saya pun mencoba menjawab dengan bahasa sesederhana mungkin.
“Puasa itu apa bu?”
“Puasa itu kita nggak boleh makan, minum dan marah-marah”. Tadinya yang terakhir itu saya jawab “..dan harus menahan emosi”. Tapi kemudian saya ingat, ‘emosi’ masih merupakan kata yang abstrak untuknya. Makanya saya langsung contohkan ke tindakan.
“Kenapa kita harus puasa?”
“Puasa itu ada di rukun islam, inget nggak rukun islam apa aja?” . Kebetulan TK-nya sudah mengajari rukun islam, jadi saya lebih mudah masuknya. Dan ketika ia mengangguk tak bertanya lagi, saya bersyukur. Haha.
“Puasa boleh makan sedikiiit aja, nggak?”
“Ya nggak boleh, sedikit atau banyak bisa membatalkan puasa.”
(setelah pertanyaan ini sebenarnya Langit tanya lagi, “Batal itu apa sih?”)
Pertanyaan demi pertanyaan saya coba jawa. Mungkin tidak sempurna, tapi saya berusaha menggunakan kalimat yang konkret dan sederhana supaya lebih mudah dicerna dan bukannya malah menimbulkan pertanyaan lagi setelahnya.
Apakah saya berhasil mengajak Langit puasa? Simak ceritanya di halaman berikut ya.
Detik-detik menjelang buka puasa pertamanya, ngeliatin jam tanpa henti :D
Setelah pembicaraan yang panjang mengenai puasa, Langit setuju untuk bangun sahur (tentu setelah sebelumnya menjelaskan tentang sahur, kenapa harus sahur, makannya apa, boleh makan roti apa nggak, dan seterusnya). Malam pertama Ramadan, Langit ikut sahur.
Karena sudah di-brief sebelum tidur, banguninnya nggak susah. Langsung mau makan juga dan makan jeli plus buah setelah makan nasi. Alhamdulillah lancar (yang kurang lancar adalah tidur setelah sahur, karena anak saya ini susah tidur, alhasil baru tidur lagi jam 6.30 pagi x_x).
Beruntung hari pertama Ramadan jatuh di hari Minggu, jadi di pagi hari kami tidak harus keluar kamar buru-buru. Sekitar jam 10-an baru keluar kamar dan mandi. Kebetulan, Langit nggak terlalu terbiasa sarapan, jadi nggak cranky. Nah, pas adzan zuhur, dia mulai gelisah. Sibuk bertanya kapan boleh makan (padahal sudah dijelaskan sebelumnya).
Akhirnya siang itu kami jalan-jalan untuk melupakan rasa laparnya. Di mal, ia sibuk minta beli roti. Pas saya ingatkan bahwa Langit sedang puasa, jawabnya, “Iya, beli sekarang makannya nanti pas buka..”. Hehe.
Mulai jam 3 sore, ia kembali sibuk menghitung berapa jam lagi ia akan buka puasa. Tapi nggak minta buka puasa, lho. Cuma setiap 5 menit akan nanya, “Sekarang tinggal berapa jam lagi, bu?” :’)
Menjelang buka puasa, walaupun sudah disiapkan aneka hidangan favoritnya untuk buka puasa, ia tetap minta beli makanan lain. Berhubung ini hari pertamanya, saya turuti dong. Mulai dari jus stroberi sampai sate diminta, haha. Nggak apa-apa deh, nak, pelan-pelan kita belajar bahwa buka puasa nggak harus berlebihan, ya.
Pas adzan maghrib, ia seperti nggak percaya bahwa ia sudah boleh makan dan minum :D
Alhamdulillah, hari pertama berlalu...
Ada beberapa pelajaran yang saya ambil dari hari pertama kemarin. Lihat di halaman berikutnya, ya!
Rumah berantakan bak kapal pecah, nggak apa-apa deh, biar 'lupa' sama laparnya :D
Rasanya itu saja sih yang saya simpulkan dari beberapa hari berpuasa bersama Langit. Masalah gizi tidak saya cantumkan, karena memang kami terbiasa makan makanan rumah (masih awal Ramadan, masih ada mbak yang masak, haha). Tapi untuk membantu daya tahan tubuhnya, jangan lupa untuk 'memaksa' anak makan sayur dan buah, ya, baik di waktu sahur atau setelah buka puasa.
Masih panjang perjalanan menuju hari kemenangan. Masih ada juga ketidaksempurnaan berpuasa Langit selama ini. Bagi saya, tidak apa-apa, namanya juga belajar. Mudah-mudahan di tahun berikutnya semakin sempurna ibadah puasanya. Amin.
Adakah Mommies yang mulai mengajak si kecil berpuasa tahun ini? Bagi kiat dan ceritanya dong!
PAGES:
Share Article
COMMENTS