banner-detik
SELF

Motherhood Monday: Nita Puspita, "Semua Perempuan Bisa Melahirkan Normal"

author

adiesty07 Jul 2014

Motherhood Monday: Nita Puspita, "Semua Perempuan Bisa Melahirkan Normal"
maternity1 (1)

"Banyak yang bilang proses lahiran saya hanya sekedar gaya-gayaan atau cari sensasi. Padahal bukan itu yang saya cari. Saya mencari penolong persalinan atau bidan yang sangat support pada ibu khususnya dengan kondisi dan keterbatasan saya".

Obrolan saya dengan Mbak Nita ini bisa dibilang tanpa disengaja. Suatu hari, timeline Facebook saya dipenuhi beberapa kalimat ucapan untuknya karena telah berhasil melahirkan dengan proses normal. Mungkin, melahirkan secara normal merupakan hal yang lumrah. Tapi, berbeda untuk kondisi Mbak Nita.

Bisa melahirkan anak pertamanya  dengan normal menjadi spesial lantaran Mbak Nita memiliki banyak keterbatasan. Minus mata sudah sampai 7,5, punya penyakit asma dan rubella. Ditambah lagi kondisi anak dalam kandungan terdapat lilitan 2 tali pusat, sehingga sudah 4 dokter yang memvonisnya untuk melakukan proses  caesar.  

Setelah ngobrol panjang lebar, ternyata Mbak Nita ini juga salah satu member femaledaily dengan username nitapinky. Simak saja, yuk, obrolan lengkap saya dengannya. Mudah-mudahan saja, semua usaha perempuan kelahiran 27 Juni ini bisa memberikan insight buat Mommies yang lain.

Mbak Nita, ceritain, dong pengalaman dan 'perjuangannya' kemarin saat melahirkan... 

Iya mbak. Setiap saya kontrol ke dokter yang berbeda, di Depok, Surabaya, dan Sidoarjo tanggapannya memang seperti itu. Saya harus melahirkan dengan cara ceasar. Saya memang pernah tinggal di Depok ikut suami, lalu pindah ke rumah orangtua di Sidoarjo pada saat hamil tua. Dokter melihat saya memakai kacamata tebal dan memang minus mata saya 7,5. Untuk minus di atas 5 biasanya dokter langsung menjatuhkan vonis caesar dikarenakan takut mata menjadi buta pada saat mengejan.

Sebenarnya waterbirth juga masih kontroversi, tak jarang ibu-ibu mencibir kelahiran secara waterbirth apalagi yang tidak memakai dokter. Tapi ada juga beberapa ibu yang bertanya pada saya tentang lahiran ini, mereka melihat video saya yang tenang waktu melahirkan, dan kebanyakan ibu-ibu bilang, 'Mbak nggak sakit tuh lahiran di air?". Saya hanya tertawa, buat saya semua ini buah dari kesabaran dan pemberdayaan diri, tidak bisa langsung instan ya... hehehe.

Selanjutnya: Faktor yang meyakinkan bisa melahirkan dengan normal

imd

Hal apa sih yang bikin Mbak Nita yakin melahirkan secara normal?

Awalnya saya dan suami pasrah-pasrah saja dan mengikuti saran dokter untuk operasi, tapi saya coba gooling melahirkan tanpa rasa sakit yang intinya saya ingin melahirkan secara nyaman walaupun jika akhirnya operasi juga. Intinya, sih, saya lebih ingin mempersiapkan mental dan akhirnya saya menemukan referensi dari www.bidankita.com dan Gentle Birth Untuk Semua atau GBUS. Dari situ, saya yakin dan percaya bahwa semua perempuan pasti bisa melahirkan normal, tentunya dengan kondisi yang baik.

Karena dokter menjatuhkan vonis caesar dikarenakan minus mata saya yang tinggi, maka saya mulai ke dokter spesialis retina untuk memeriksakan mata, dan hasilnya bukan minus, plus atau silinder mata yang menjadikan alasan malahirkan dengan cara caesar atau tidak. Ibu dengan kondisi mata normal pun bisa saja caesar dikarenakan kondisi retina yang tidak baik, misalnya kondisi retina tipis sehingga mudah robek.

Alhamdulillah kondisi retina mata saya baik, dokter pun menulis semacam surat referensi untuk dokter kandungan yang menyatakan bahwa kondisi mata saya baik dan boleh melahirkan normal dan mengejan.

Sempat terbayang nggak, sih, risikonya saat melahirkan normal dengan beberapa kondisi yg mbak alami tersebut?

Pada saat awal-awal kehamilan saya sempat stress berat dikarenakan kondisi saya yang memang menurut dokter harus di operasi ditambah lagi saya punya sakit asma, keturunan dari kakek, terkena rubella, cmv. Tiap malam saya sampai tidak bisa tidur nyenyak gara-gara memikirkan risiko dari beberapa kondisi yang saya sebutkan tadi.

Apa komentar keluarga terdekat, khususnya suami ketika Mbak keukeuh mau melahirkan normal?

Kalau keluarga, khususnya orangtua saya awalnya tidak setuju dan lebih mengikuti saran dokter. Tapi saya jelaskan pelan-pelan tentang ilmu gentle birth ini dan lambat laun akhirnya mendukung saya. Ketika saya menyampaikan isi web tersebut ke suami, untung saja dia mau menerima bahkan sangat mensupport. Saya sampai 2 kali bolak balik Klaten untuk menemui bidan dan mengikuti workshop gentle birth bersama suami, karena bidan yang expert gentle birth dan menurut saya bisa memanusiakan manusia adanya di Klaten, hehehe. Untungnya lagi, bidan tersebut juga bisa melakukan persalinan secara waterbirth.

Kok, milih ke bidan, kenapa tidak dokter?

Mengapa saya memilih bidan yang khususnya buka praktik di rumah sendiri, karena menurut saya tidak sedikit dokter yang  nggak sabaran lalu melakukan interverensi medis yang tidak perlu. Misalnya cepat memutuskan untuk induksi, episiotomi, vakum, forcep, atau tidadakan yang lain. Ujung-ujungnya, bisa caesar juga. Lagipula pembukaan saya termasuk lama, mulai dari jumat jam 02:00 sampai sabtu jam 17:30.

Akhirnya saya memilih melahirkan di bidan praktik di Malang karena kebetulan bidan di Malang juga support gentle-waterbirth. Bidannya buka praktik di rumah sehingga suasananya hommy dan dekat dengan Surabaya. Untuk daerah Surabaya-Sidoarjo, saya belum menemukan bidan yang support gentle-waterbirth. Ada 1 rumah sakit di Surabaya yang menyediakan fasilitas waterbirth dengan biaya 16 juta, tapi sekali lagi saya anti Rumah Sakit dan dokter, hehehe.

Jumat jam 06:00 saya mendatangi bidan dekat rumah untuk periksa pembukaan, dan ternyata sudah pembukaan 1. Jam 10:00 saya berangkat ke Malang dan sempat mampir makan siang dan dalam kondisi macet, setiap 10 menit sekali saya menahan kontraksi. Diperkirakan bidan, jumat malam sudah lahiran, ternyata sampai besoknya belum lahir juga. Waktu itu bidan sempat menawarkan untuk suntik vitamin B1 untuk menipiskan serviks tapi saya tolak, saya yakin bayi itu pintar dan punya waktunya sendiri untuk lahir,  jadi saya menunggu dengan sabar dan menikmati setiap gelombang cinta yang datang.

Pembukaan 1 sampai 7 saya masih bisa tertawa, pembukaan 8-9 mulai, deh, meringis-meringis ke suami, hehehe. Malah bidannya sempat komentar, mbak ini kontraksi apa enggak, sih, kok gak kedengeran suaranya. Katanya saya pasien satu-satunya yang tenang dan sabar, hehehe.

Sabtu sore keluarga saya dan suami datang. Ibu saya tipe-tipe orang yang manut dokter, jadi dari awal saya tidak mau lahiran nanti ditemani ibu. Terbukti ketika beliau datang dan saya proses pembukaan 8-9, ibu saya sudah tanya-tanya ke bidan misal kalau tidak bisa normal bagaimana, tanya rumah sakit terdekat, tanya operasi caesar, dan itu secara tidak langsung menjatuhkan mental saya. Beberapa saat kemudian orangtua saya pulang, dan hanya keluarga suami yang tinggal di rumah bidan menemani saya.

Boleh tau nggak, sih, biayanya berapa?

Biaya yang saya keluarkan untuk persalinan waterbirth dengan bantuan bidan 3,2 juta. Saya ingin proses melahirkan senyaman mungkin, sealami mungkin dan dikelilingi oleh orang-orang terkasih. Jadi tidak ada kata trauma melahirkan, yang ada hanyalah bahagia luar biasa bisa mempersembahkan yang terbaik bagi buah hati. Intinya knowledge is power :)

Selanjutnya: Mengapa water birth dan hypnobirthing?

waterbirth

Ada alasan khusus kenapa Mbak Nita memilih water birth dan hypnobirthing?

Yang paling penting menurut saya adalah hypnobirthing, karena saya takut sekali melihat darah, apalagi melahirkan, proses yang menurut saya pasti sangat sakit sekali. Pada awal-awal saya tahu kalau sedang hamil, saya menangis bukan karena senang tapi karena takut dioperasi.

Untuk waterbirth karena awalnya saya penasaran dan katanya prosesnya lebih enak, dapat mengurangi nyeri. Dan setelah mencoba memang benar, proses mengejan menjadi lebih mudah karena dibantu oleh gaya gravitasi dan air hangat yang menurut saya membuat nyaman pada saat berendam. Mulai dari posisi dan cara mengejan murni sesuai insting saya, tanpa diberi aba-aba oleh bidan, "Senyamannya sampeyan Mbak", begitu kata bidan ketika saya tanya posisi dan cara mengejan. Saya nyemplung kolam jam 17:20 dan anak saya lahir jam 18:00 dengan kondisi terlilit 2 tali pusat.

Kata bidan termasuk cepat karena untuk persalinan anak pertama biasanya membutuhkan waktu sampai 2 jam. Vagina saya robek alami dan mendapat 5 jahitan, 3 jahitan luar dan 2 jahitan dalam. Saya sempat disuruh diet oleh dokter dikarenakan takut bayi menjadi besar dan memang perut saya terlihat besar. Waktu USG, 1 hari sebelum lahir, perkiraan berat bayi 3,250gr. Tapi sejak dalam kandungan saya selalu bilang, "Dek nanti berat maksimal pas lahir 2,8 kg aja ya". Saya juga spontan saja menyebut angka 2,8 kg, cuma feeling. Dan benar ketika lahir beratnya 2,8 kg. Subhanallah pintarnya :)

Ada pendapat yang bilang, katanya bayi yang lahir secara gentle lebih tenang dan tidak rewel, pengalaman Mbak sendiri bagaimana?

Nah, saya ingin membuktikan cerita itu. Ketika anak saya lahir dan diangkat dari air langsung menangis beberapa kali setelah itu langsung diam dipelukan bundanya. Sampai sekarang anak saya tidak pernah rewel, dan menangis pun jika dia haus, pipis, pup, dan tangisannya hanya sekali. Maksudnya suara oeknya sekali, hehe. Tetangga juga pernah bilang, kok gak pernah denger suara tangisan bayi, hehehe.

gb7

Sebelum melahirkan, ada persiapan khusus nggak, sih, yang Mbak Nita lakukan?

Untuk mental saya mengikuti workshop gentle birth di Yogja, latihan hypnobirthing, senam yoga untuk kehamilan, latihan pernafasan, membaca buku tentang gentle-water birth. Untuk kondisi mata, saya memeriksakan ke dokter spesialis retina. Beberapa saat sebelum melahirkan, saya mempersiapkan aromaterapi, minuman isotonik untuk penambah tenaga, susu, cemilan.

Sedangkan bidan mempersiapkan bunga, kembang-kembang di dalam ruangan dan di dalam kolam. Suami juga mendampingi dan mensupport saya selama proses persalinan. Dan tak lupa harus tetep narsis dengan mendokumentasikan persalinan oleh adik suami, hihihi.

 -----

Saya pribadi cukup salut dengan keyakinan dan perjuangan Mbak Nita untuk bisa melahirkan dengan normal. Tapi yang perlu diingat, proses melahirkan apapun yang ditempuh nggak mengurangi nilai dan perjuangan Ibu dalam melahirkan. Toh, semuanya memang ada plus minusnya, ya? Bukan, begitu bukan?

PAGES:

Share Article

author

adiesty

Biasa disapa Adis. Ibu dari anak lelaki bernama Bumi ini sudah bekerja di dunia media sejak tahun 2004. "Jadi orangtua nggak ada sekolahnya, jadi harus banyak belajar dan melewati trial and error. Saya tentu bukan ibu dan istri yang ideal, tapi setiap hari selalu berusaha memberikan cinta pada anak dan suami, karena merekalah 'rumah' saya. So, i promise to keep it," komentarnya mengenai dunia parenting,


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan