Saat “Suster” Yang Dicari Anak

Parenting & Kids

Mommies Daily・23 May 2014

detail-thumb

nanny_mommiesdaily

“Suster, aku mau makan”, “suster aku mau mainan yang itu”, tidak jarang kita mendengar kalimat itu terlontar dari mulut seorang anak kecil. Belakangan ini memang banyak orangtua yang menggunakan jasa orang lain untuk merawat anak-anaknya atau trendnya disebut “suster”. Tapi, apakah menggunakan suster baik untuk buah hati Anda?

“Saya  sibuk bekerja dan akhirnya kesulitan untuk merawat anak yang sangat aktif sendirian, walaupun sempat takut tapi karena memang butuh maka saya pasrah dan berharap anak saya tetap baik-baik saja”, begitu ujar Vina Angelina seorang Ibu berusia 28 tahun yang juga mempekerjakan suster untuk merawat anaknya. Ya, kesibukan memang menjadi salah satu alasan paling utama dari para orangtua yang mempercayakan suster untuk mengurus anak mereka. Tugas dari suster pun bermacam-macam mulai dari memberi makan anak, mengantar ke sekolah, ataupun menemani anak bermain, kesannya kehadiran suster ini memang sangat membantu meringankan tugas orangtua dalam mengawasi anaknya, terutama untuk orangtua yang sibuk. Tapi, yang perlu diwaspadai adalah, jangan sampai kehadiran suster ini membuat peran orangtua menjadi bergeser dan membuat anak kehilangan kehadiran sosok orangtua dimasa pertumbuhannya. Padahal, menurut dr.Diana Papayungan, SpKJ psikiater RSUD Depok dan RS Bunda Margonda, ada beberapa fase usia perkembangan anak yang perlu Anda perhatikan, yaitu:

  • Usia 0-18 bulan di mana anak harus ditanamkan rasa percaya terhadap orang-orang sekelilingnya (basic trust), seorang ibu atau suster biasanya adalah orang penting pertama yang ada dalam dunia si anak. Jika ibu memperhatikan kebutuhan si anak seperti makan atau kasih sayang, maka anak akan merasa aman dan percaya untuk menyerahkan atau menggantungkan kebutuhannya kepada ibunya. Namun, bila ibu tidak memberikan apa yang harusnya diberikan kepada si anak, maka secara tidak langsung itu dapat membentuk anak menjadi seorang yang penuh kecurigaan, sebab ia merasa tidak aman untuk hidup di dunia, dan bisa menyebabkan si anak skeptis dan susah membangun relasi di usia dewasa.
  • Usia 18 bulan-3 tahun, fase di mana anak-anak mengekplor dunianya dan mencoba hal baru, di tahap ini, orangtua harus hadir untuk mengawasi anak agar dia menjadi anak yang mandiri dan percaya diri.
  • Usia 3-5 tahun, fase di mana anak sudah memiliki beberapa kemampuan dalam mengolah kemampuan motorik dan bahasa. Namun, karena kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan yang membuat anak merasa bersalah, di saat inilah orangtua dibutuhkan agar anak tetap termotivasi dan tidak kecewa.
  • Usia 6-12 tahun, fase pra remaja. Saat ini anak-anak mengidentifikasi orang lain dan memasuki dunia sosial di mana anak-anak membandingkan dirinya dengan  orang-orang di sekitarnya, contohnya dengan anak yang lebih pintar, cantik, atau berprestasi, di fase ini peran orangtua penting untuk memberikan motivasi pada anak agar anak tidak memiliki sifat yang rendah diri.
  • Selanjutnya:Bagaimana jika di usia ini anak kehilangan sosok orangtua? >>

    Nanny_911_003*Gambar dari sini

    Lalu bagaimana jika di usia perkembangan ini anak malah kehilangan sosok orangtua?  Mereka bisa menjadi anak yang tidak mandiri, peragu, rendah diri, atau malah bisa mempunyai inisiatif berlebihan lalu akhirnya mengacuhkan bimbingan orangtua yang diberikan padanya.

    Apabila peran orangtua lebih sering digantikan oleh suster, hubungan emosional anak dan orangtua bisa terganggu lalu mengakibatkan anak lebih mengandalkan susternya dibanding orangtua sendiri, anak-anak juga bisa bisa kebingungan dengan pengajaran yang kurang konsisten apabila yang diajarkan sang suster berbeda dengan yang diajarkan oleh orangtuanya. Selain itu, anak yang merasa kurang kasih sayang dan diacuhkan juga bisa mencari pelarian ke hal-hal yang berbau negatif saat dewasa nanti. Perlu diketahui, bahwa pengacuhan pada anak merupakan salah satu bentuk kekerasan secara emosional.

    Namun, bukan berarti menggunakan bantuan suster dilarang sama sekali, sah-sah saja apabila Anda merasa terbantu dengan kehadiran suster tersebut, tapi pergunakanlah jasa mereka untuk sekedar membantu bukannya malah menggantikan peran Anda sebagai orangtua. Tetaplah menjaga kualitas hubungan dengan anak. Berikut kiat-kiat agar hubungan Anda dan anak tetap terjalin dengan baik.

    Pertama, sediakan waktu khusus untuk membangun relasi berkualitas dengan anak, contohnya menemani anak bermain saat pulang kerja atau mengajak anak jalan-jalan saat weekend. Kedua, sediakan waktu untuk mendengar curahan hati anak Anda, seperti keinginan, keluh kesah, dan pendapat anak anda. Ketiga, saat bepergian dan tidak dapat bertemu langsung dengan anak anda, usahakan tetap berkomunkiasi misalnya lewat telepon.

    Jadi, sebenarnya boleh saja menggunakan jasa suster tetapi usahakan selalu punya waktu untuk mendampingi anak Anda, selalu berikan kasih sayang dan perhatian untuk mereka, karena semahal dan seprofesional apapun suster yang Anda pekerjakan tidak bisa menggantikan peran Anda sebagai orangtua untuk anak-anak. Tentu Anda tidak mau kan anak anda lebih sering mencari suster di bandingkan Anda?

     *Ditulis oleh Tri Kharisma mahasiswi LSPR