Sorry, we couldn't find any article matching ''
Mengenang Sang Pejuang ASI
Jumat, 4 Maret lalu, kita semua dikejutkan dengan musibah anjloknya KA Malabar jurusan Bandung-Malang di Tasikmalaya. Lokomotif dan tiga kereta penumpang di belakangnya terjun masuk jurang. Tiga penumpang tewas, 2 laki-laki, 1 perempuan. Satu perempuan yang menjadi korban tewas adalah Ayu (27), pegawai PT KAI, junior 3 angkatan di bawah saya yang juga berkedudukan di kantor pusat PT KAI, sama seperti saya.
Di lingkungan kantor pusat, terutama di komunitas angkatannya, Ayu terkenal sebagai salah satu ibu muda yang berjuang memberikan ASI kepada bayi 7 bulannya. Ia rutin memerah ASI setiap hari dan mengantarkan hasil perahannya setiap akhir pekan untuk bayinya yang diasuh sang nenek di Malang. Kini, kisahnya sebagai pejuang ASI digaungkan sebagai bentuk salute dan juga sebagai cambuk bagi para ibu untuk terus berjuang memberi ASI. Semoga ia dibalas surga dari setiap tetesan ASI yang diperahnya. Aamiin.
Saya pribadi, sama seperti ibu-ibu lainnya, salute dengan perjuangan Ayu yang jadi ibu antarkota antarprovinsi dengan menempuh Bandung-Malang setiap minggunya untuk bertemu sang buah hati, salute dengan kekuatan hatinya untuk berjauh-jauhan dengan anak semata wayangnya, dan salute dengan kekonsitenannya untuk memerah ASI setiap hari.
Jika mengenang kisah Ayu, saya jadi sedih dan menyayangkan ibu-ibu yang kurang berjuang keras untuk memberikan ASI kepada bayinya. Jika Ayu yang terpisah ratusan kilometer dengan bayinya saja dan hanya ketemu di akhir pekan atau hari libur bisa memberikan ASI eksklusif dan terus konsisten pumping sampai akhirnya ajal menjemput di usia bayinya yang ke 7 bulan, maka seharusnya para ibu yang “hanya” terpisah beberapa jam dengan bayinya karena harus bekerja, bisa memberikan lebih dari masa eksklusif dong! Figur Ayu membuktikan bahwa jarak dan waktu TIDAK menjadi halangan untuk berjuang memberikan yang terbaik untuk anak-anak kita.
Kita gak tahu sampai kapan kita diberi kesempatan untuk membesarkan anak-anak kita. Jika pun umur kita ternyata tidak cukup panjang, mungkin ASI menjadi bekal satu-satunya yang sempat kita berikan kepada anak-anak kita. Semoga kisah Ayu menjadi penyemangat para ibu untuk berjuang memberikan ASI kepada anak-anaknya. JANGAN CEPAT MENYERAH, APALAGI MALAS! Jika Ayu saja bisa, maka kita seharunya malu jika dengan mudahnya menyerah pada sufor.
Semoga Ayu mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya. Amin..
*foto diambil dari blog Ayu
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS