Waktu menghadiri acara Pekan Sarapan Nasional 2014 yang digelar Blue Band beberapa waktu lalu, saya mengetahui kalau sebagian besar anak-anak yang di kota besar sering kali melewatkan sarapan. Alasannya cukup beragam. Mulai dari kesulitan membangunkan anak di pagi hari (59%), sulit mengajak anak sarapan (19%), sulit sarapan akibat terburu-buru (10%), bahkan sampai ada yang rela nggak sarapan lantaran takut anak terlambat masuk sekolah (6%). Wiiih....
Mengetahui fakta di atas, saya cukup prihatin. Mengingat manfaat sarapan begitu besar untuk kesehatan, bisa dibilang saya termasuk ibu yang mewajibkan anak sarapan! Makanannya juga nggak perlu dengan yang berat, kok. Dengan telur rebus saja, cukup.
Rupanya, hal ini pun sangat disadari oleh Ersa Mayori. Kebetulan, saat acara Blue Band, Ersa yang jadi MC-nya. Dan setelah acara, saya sempat ngobrol dengan perempuan kelahiran 14 Mei 1979. Waktu itu, ia mengaku, sesibuk apapun dirinya tapi mengharuskan dan memantau ke dua anaknya untuk sarapan. Kalau memang nggak sempat makan di rumah, ya, dilakukan di mobil saja, begitu katanya.
Nggak cuma soal sarapan, sih, ibu dari Aiska Fairana ( 20 September 2004), dan Talula Malaika (21 April 2008) ini mengatakan kalau setelah menikah banyak sekali perubahan yang ia lakukan. Salah satunya, menjalankan pola hidup sehat. Semua dilakukan semata-mata mewujudkan impian untuk hidup sehat hingga usianya senja.
Saya yakin, apa yang diinginkan istri Otto Iskandar ini pasti juga jadi impian Mommies lainnya. Sekarang, tinggal bagaimana cara kita untuk mewujudkannya. Simak obrolan saya dengan Ersa Mayori, yuk. Saya yakin banyak hal yang bisa kita pelajari dan contoh dari dirinya.
*foto diambil dari Instagram Ersa Mayori
Setiap hari masih sempat membuat sarapan untuk anak-anak?
Nggak selalu, sih, karena saya kan juga kerja. Kadang harus tinggalin rumah dari jam 5 pagi. Sedangkan anak-anak berangkat sekolah jam 7-an. Pada saat saya berangkat kerja, mereka masih tidur. Tapi kalau untuk makanan anak-anak, saya sih selalu kontrol. Setiap malam saya juga terbiasa tanya ke mereka, besok pagi mau sarapan apa. Saya memang ingin anak-anak juga punya pilihan. Jadi saya nggak pernah bikin sarapan tanpa diskusi dulu dengan anak-anak. Setelah itu Mbak di rumah akan saya brief. Kalau memang saya di rumah, ya, sarapannya selalu bareng.
Di rumah memang menerapkan ritual sarapan bersama, ya, Mbak?
Terkadang, adalah hari-hari di mana anak-anak susah sekali bangunnya, cranky-lah. Sedangkan sekolah kan juga nggak boleh datang terlambat. Jadi, kalau begitu biasanya sarapan di mobil. Anak-anak saya untungnya bukan tipe anak-anak yang susah diajak sarapan.
Jadi, memang nggak ada istilah tidak sarapan pagi?
Kalau kondisi mepet, sih, nggak. Kalau seperti itu bisanya jadi sarapan di mobil. Saya juga akan mengakalinya dengan memperbanyak snack untuk anak-anak. Bekalnya jadi saya buatkan lebih banyak. Anak-anak memang saya biasakan untuk nggak jajan, sih, ya. Biar bagaimana, makanan olahan dari rumah kan pasti lebih sehat dan bersih.
Kalau sama anak-anak suka masak bareng, nggak?
Terus terang, yang masak di rumah itu si Mbak. Tapi, Mbak saya ini bukan yang nginap di rumah, jadi datangnya pagi dan pulangnya juga sore. Kalau akhir pekan, memang sengaja saya liburkan. Jadi, disitulah waktu bersama anak-anak untuk main masak-masakan, hahahaa. Jadi pilihannya gitu, mau kita yang masak sendiri atau makan di luar. Kebetulan, anak aku yang pertama, suka banget masuk dapur. Hari-hari biasa pun dia senang sekali tuh ke dapur. Ya, meskipun nggak masak, cuma sekedar bikin juice, tapi maunya dilakukan sendiri. Bikin sandwich atau bahkan bikin makaroni and cheese juga suka.
*foto diambil dari Instagram Ersa Mayori
Wah, hebat sekali! Hobi masaknya tertular dari Mbak?
Hahahaa... nggak juga, sih. Saya sendiri paling senang makanan Indonesia. Tapi kan masaknya cukup sulit,ya. Butuh bumbunya banyak sekali. Cara mengolahnya juga nggak mudah. Kalau anak-anak justru senangnya dengan pasta dan makanan Jepang. Masak pasta kan juga nggak terlalu sulit.
Oh, ya, di tengah kesibukan, Mbak aktif yoga, suka mengajak anak-anak?
Kalau saya yoga, mereka juga suka ikutan. Apalagi kalau memang saya nggak sempat ikutan kelas yoga, biasanya saya yoga sendiri di rumah. Nah, anak-anak jadi suka ikutan deh. Anak-anak saya suka sport. Setiap hari senangnya main sepeda dan lari-larian. Karena saya juga tinggalnya di komplek jadi enak untuk melakukan kegiatan outdoor. Saya, sih, merasa beruntung sekali karena anak-anak bukan tipe yang senangnya main gadget. Lebih senang aktivitas di luar ruangan. Berenang juga mereka suka.
Setelah menikah, terutama punya anak, ada perbedaan signifikan nggak?
Wah banyak sekali! Dulu saya nggak pernah mikirin orang lain, berbeda kan kalau setelah punya anak. Sekarang saya harus mikirin anak saya lebih dulu. Ada dua anak yang membutuhkan perhatian saya. Belum lagi mikirin kebutuhan suami. Jadinya, kalau bisa dibilang perubahan yang paling besar setelah menikah, saya justru lebih memperhatikan dengan kesehatan saya. Hidup jadi jauh lebih sehat.
Oh, ya? Dulu memang bagaimana kondisnya?
Wah, dulu sebelum menikah saya ini orang yang anti olahraga, lho. Apalagi zamannya masih sekolah, kalau olahraga nggak suka banget, baru lari sedikit kaki rasanya pegal bukan main. Wah, nggak suka banget, deh. Tapi setelah menikah, apalagi punya anak, saya jadi senang olahraga. Dari awalnya suka fitness, kemudian pilates, dan sekarang saya lagi senang yoga. Kalaupun nggak sempat ikutan kelas saya yoga sendiri saja di rumah menggunakan aplikasi mobile atau streaming. Sekarang saya jadi mengubah pola hidup. Mulai jadikan olahraga sebagai kebiasaaan. Kalau nggak olahraga, malah sepertinya ada yang kurang.
Bagaimana dengan asupan makanannya sendiri?
Iya. Dulu, saya kalau makan buah dan sayur cuma ala kadarnya aja. Tapi kalau sekarang malah sebaiknya, jadi kebiasaan makan sayur dan buah. Malah saya dan anak-anak juga sering bikin juice sayur campur buah.
Sebenarnya, apa sih yang mendorong Mbak mengubah pola pikir untuk menjalani pola hidup lebih sehat?
Awalnya, ya, saya kepikiran kalau keluarga itu butuh saya. Saya harus ada untuk mendampingi mereka. Makanya saya harus hidup sehat. Kebayang nggak bagaimana kondisinya jika saya sakit? Bagaimana dengan anak-anak dan suami nanti? Jadi, ya, saya memang harus hidup lebih sehat saja supaya bisa mendampingi keluarga.
Saat ini sudah merasa jadi ibu yang ideal belum, sih?
Wah, kalau itu sih belum sepertinya, ya. Maunya sih bisa ideal. Tapi saya percaya jadi ibu itu proses belajar yang nggak akan berhenti. Saat anak kita balita, cara menanganinya beda. Saat anak kita mulai tumbuh remaja, pasti juga beda cara mendekatinya. Begitu juga nanti saat anak-anak sudah dewasa, pasti tantangannya juga akan berbeda. Jadi kalau ditanya sudah jadi ibu ideal atau belum, jawaban saya, sih, saya ingin terus belajar dan berusaha. Karena saya tau sekali jadi ibu ideal itu sulitnya bukan main.
Untuk menjadi ibu yang ideal, apa saja yang mbak sudah lakukan?
Intinya buat saya, harus bisa membagi waktu dan menentukan mana yang prioritas lebih dulu. Kalau nggak begitu rasanya waktu 24 jam itu nggak akan cukup, ya. Kerja iya, jadi istri juga, jadi ibu juga, pun saat mau manjain diri sendiri untuk merawat kecantikan. Belum lagi kebutuhan untuk bersosialisai. Wah, keinginan kan banyak sekali. Apalagi jalanan sekarang sudah macet banget, waktu rasanya bisa terbuang begitu saja. Jadi, saya memang harus bisa menentukan mana yang prioritas. Misalnya, nih, suatu waktu anak-anak butuh kehadiran saya, pasti yang akan saya korbankan waktu me time. Kalau memang sedang sibuk dan suami yang punya waktu untuk bersama anak-anak, ya, jadi gantian bertugas.
Bersama suami harus team work, ya, Mbak?
Iya, dong! Dalam keluarga tentu harus bisa team work, ya, sama suami. Misalnya, hari ini saya sudah harus berangkat pagi-pagi sekali, nah, yang membantu anak-anak di rumah, suami. Jadi memang harus kerja sama. Kalau nggak begitu, bisa repot, hehehe.
-----
Jadi, siapa yang mau menjalankan pola hidup sehat seperti Ersa Mayori? Umh, kalau saya, sih, jelas mau! Mommies yang lain juga, doong?