Apa efeknya? Nggak terlalu kelihatan, sih, kecuali saat minta saran atau memberi saran atas suatu masalah. Si orang komunikatif lebih bisa menuangkan dalam bahasa yang sederhana dan jelas, to the point, dan lugas. Satu post sudah cukup. Sementara yang kurang komunikatif biasanya memerlukan beberapa post sampai orang bisa paham maksudnya. Kebayang, nggak, saat tersesat dan perlu bertanya serta menjelaskan arah yang dituju? Apalagi di negeri orang, bakalan repot mungkin, ya.
Lalu bagaimana caranya mengajari balita supaya bisa berkomunikasi dengan benar? Bunda Romi memberikan kiat berikut ini:
Jangan gunakan kata-kata yang rumit, tapi jangan juga berbahasa bayi. Pilih kalimat yang pendek dan beri jeda antar kalimat. Pancing dan beri anak kesempatan untuk menanggapi kalimat kita, jangan ngecepret sendiri :D.
Luangkan waktu untuk berbicara dengan anak terkait dengan pengalaman, kegemaran, dsb.Saat mengobrol usahakan menatap anak, jangan sambil mengerjakan pekerjaan lain atau bermain gadget *jleb, nunduk.
Belajar untuk lebih banyak mendengar -> di usia ini anak masih egosentris.Biarkan anak tuntas bercerita. Tidak perlu sedikit-sedikit dipotong kalimatnya karena salah kata atau cara berbicara. Nanti saat dia sudah selesai bicara baru kita bisa mengulang kalimatnya dengan lebih tepat. Anak batita kadang kalimatnya lebih berantakan lagi, tapi dengarkan saja.
Dengan bermain bersama atau melibatkan anak dalam aktivitas pekerjaan rumah sambil mengobrol, anak belajar mengenal kata-kata yang berhubungan dengan sekitar rumah dan kegiatan harian.
Yang repot kalau balita suka main ke tetangga yang punya anak-anak besar. Biasanya sulit menghindarkannya dari bahasa yang kurang sesuai dan santun kalau begini.
Dan jangan lupa, contohkan. Jangan gunakan kata-kata dan intonasi yang kasar atau keras kalau nggak mau anak berbicara dalam nada seperti itu. Ini terjadi pada saya. Darris sekarang lebih galak ketimbang saya *tutupmuka*. Positifnya, ya, jadi saya punya asisten dalam menegur adik-adiknya. Negatifnya, karena masih muda, Darris belum bisa memilah kapan harus galak dan kapan nggak perlu. Jadi kadang dia suka tiba-tiba bernada galak padahal hanya sedang bereaksi spontan, bukan marah. Adiknya jadi marah balik...terus berantem, deh *ambil sempritan.
Sambil mengajari balita berkomunikasi, bisa sekaligus memantau perkembangan berbahasanya. Pedoman dasar yang bisa digunakan adalah seperti ini:
Tapi harus diingat bahwa perkembangan tiap anak akan berbeda-beda, ya. Jangan senewen kalau anak Mommies usia 11 bulan belum mengerti instruksi, atau lewat 16 bulan masih berbahasa planet :D. Sepanjang tidak ada hambatan fisik dan perkembangan anak secara keseluruhan normal, akan ada waktunya untuk setiap milestone.
Menutup Coaching Clinic Pigeon "Smart Parent, Smart Kids Mencerdaskan Balita dengan Komunikasi Efektif" di Kidzania, bunda Romi berpesan,"Kalau mau jadi orangtua yang baik, pakai kiblat anak, bukan kiblat orangtua."
sumber: presentasi psikolog Dr. Rosemini, A.P., M.Psi