Ketika hamil, stroller merupakan salah satu barang yang menurut saya penting untuk dimiliki. Walaupun ada beberapa pendapat yang bilang kalau stroller itu cocok-cocokan, atau mendingan sewa dulu kalau cocok baru beli supaya nggak rugi, tapi saya seperti yakin bahwa stroller akan jadi sahabat baik saya dan Menik. Satu merek stroller juga saya tandai, sebagai salah satu pilihan utama. Merek ini adalah merek yang saya pakai ketika bayi, dan sebetulnya masih ada dan dalam kondisi prima (umurnya berarti 27 tahun!), namun ada di saudara yang meminjam untuk dipakai ketiga anaknya. Jadi saya jauhkan pilihan meminta untuk dipakai oleh anak saya.
Memasuki usia kehamilan 16 minggu, saya iseng browsing stroller dan jatuh cinta pada salah satu edisi khusus Maclaren, The Yellow Submarine! Kemudian sedih karena koleksi tersebut belum masuk Indonesia. Tapi muncul rasa optimis bisa memiliki karena ada tante yang tinggal di Amerika. Nodong dot com, lah! Hahaha..
Lucky me, my aunt approved my proposal! Kemudian merasa tenang karena stroller idaman akan jadi kenyataan. Tapi saya lupa dengan biaya kirim yang ternyata setelah dihitung jauh lebih mahal daripada harga strollernya! Saya mencoba peruntungan dengan menghubungi Om yang bekerja sebagai pilot salah satu maskapai internasional, eh, belum beruntung rupanya, masa itu beliau tidak ada jadwal ke USA. Tante yang sudah beli stroller-nya bilang, sabar, ya, mudah-mudahan bisa cepat dikirim atau malahan Tante Upik yang antar sendiri ke Indonesia (sekalian pulang kampung maksudnya). Okelah, sabar aja ya!
Tapi kan melahirkan nggak bisa sabar, jadilah 17 Oktober 2011 saya melahirkan. Suami sempat menyampaikan keinginan mertua membelikan stroller namun suami juga katanya langsung menjawab "kado yang lain aja, deh, Ma.. Stroller udah ada, tinggal nunggu dikirim!" Pede, ya? Hihihi. Karena belum ada kepastian soal stroller edisi khusus tadi, akhirnya saya membeli stroller super murah di toko perlengkapan bayi seharga Rp225.000,- Walau murah, namun bisa posisi tidur yang aman untuk bayi yang belum bisa duduk. Peruntukan utama adalah buat jalan-jalan jemur pagi di sekitar komplek apartemen di Kalibata.
Stroller ini kalau dilipat berbentuk payung, sangat ringan dan bisa tiga posisi. Hanya saja karena terlalu ringan inilah saya takut stroller-nya terbang! Dan sepertinya hanya kuat sampai berat badan anak sekitar 10 kg. Ya sudah, begitu saja cerita si stroller ini. Stroller bertahan sekitar tiga bulan hingga saya membeli yang lain lagi.
Ketika mau beli stroller lagi, saya sempat bertanya dulu ke Tante Amerika :p, namun karena masih belum pasti kapan Si Kuning akan sampai ke Indonesia, akhirnya saya dan suami memutuskan untuk membeli stroller. Saya bertanya pada teman yang punya toko perlengkapan bayi online, saya punya budget Rp1.500.000,-. Ia memberikan beberapa pilihan, dan akhirnya saya beli Cybex Ventura. Dengan fitur yang lumayan komplet, dan terlihat trendi dengan roda yang hanya berjumlah tiga. Kesan pertama adalah BULKY! Tapi dengan tiga posisi yang bisa digunakan hingga anak beratnya 18 kg, dan bisa pindah posisi hadap depan atau menghadap ke kita, ya, nggak apa-apa deh bulky juga. Nah, pelajaran never set your expectation too much, juga berguna disini. Saya membayangkan (ya salah juga dibayangin bukannya nanya!) kalau mau pindah posisi mendorong, tinggal pindahin pegangannya saja. Tapi salah, untuk menukar posisi, pramnya harus diangkat dan putar balik, baru dipasang lagi di rangkanya. Kurang praktis dan repot jika hanya berdua saja dengan anak.
Akibat bulky dan lumayan berat kalau dibawa sendiri, maka stroller ini lebih sering berdiam diri di mobil. Dan akhirnya stroller saya jual dan saya membeli traveling stroller seharga Rp700.000,-. Pengalaman karena ternyata salah hanya mengandalkan rekomendasi penjual di online shop, saya memilih iSport dari Cocolatte yang sudah banyak di review ibu-ibu di forum tentunya! Waktu itu juga berencana pergi ke Singapura tanpa suami, jadi super light stroller merupakan hal utama.
Kereta bayi super ringan dan super ringkas jika dilipat ini sebetulnya memuaskan, hanya saja karena tidak bisa ganti posisi, saya suka kasihan lihat leher Menik tertekuk. Makanya waktu itu saya beli Benbat untuk menopang lehernya. Nah, karena tidak bisa posisi tiduran, kendalanya kalau anak tidur setelah menyusu, mau dipindah ke strollernya bingung. Tapi stroller ini memang sangat membantu saya dan Menik yang sering pergi berduaan saja. Sampai akhirnya ketika kami sedang di Singapura, saya ketemu sama godaan baby fair di Takashimaya. Berderet-deret stroller terlihat menggugah selera, dan harganya diskon hingga 70%! Tangan dan mata saya berhenti di Maclaren Globetrotter seharga SGD125, yang kalau saya cek di web, harga resminya sekitar SGD225.
Globetrotter ini sama ringannya dengan Volo karena memang masuk kategori Light Stroller, tapi ada satu kelebihan dibanding Volo, Globetrotter bisa reclined, walau hanya diatur dengan sabuk di bagian belakang tempat duduknya. Ajaib lagi nih, pas baru banget beres transaksi, si Menik minta duduk di stroller barunya, dan BETAH! Huahahhaaa.. Mungkin ini bisa-bisanya saya mencari pembenaran abis deg-degan gesek atm dana darurat! (Jangan ditiru, ya!) Tapi anaknya emang terlihat nyaman, bahkan ketika dalam MRT menuju hotel pun, Menik tiba-tiba ketiduran. Ini satu hal yang ajaib karena Menik tidak pernah ketiduran, selalu harus disusui terlebih dahulu.
Setelah hampir 10 bulan bersama di Globetrotter, akhirnya yang ditunggu datang juga. Tante Amerika akhirnya pulang dan membawa si Kapal Selam Kuning! Yesssss, I finally met my dream stroller: Maclaren Yellow Submarine Edition!
What's not to love beside this bright colour? Yah, biasa, subjektif, saking senengnya. Seperti seri Quest pada umumnya, Maclaren ini beratnya 5.5 kg saja. Bisa disesuaikan jadi empat posisi, bagian kaki bisa ditarik jadi lebih panjang untuk tempat istirahat, dan tentunya dilengkapi dengan 5 points safety harness. Pelengkap seperti rain cover, hood, shoulder strap, dan shopping basket sudah ada semua. Jangan lupa, liner untuk tempat duduknya juga sudah ada, bolak balik lagi! Kelebihan Maclaren yang bisa ditutup hanya dengan menggunakan satu tarikan dan satu injakan menjadi pelengkap kebahagian terutama bagi ibu tanpa asisten yang suka jalan-jalan berdua dengan anak saja.
Jadi kata siapa mimpi selamanya akan jadi mimpi? Walau butuh sekitar 31 minggu sebelum bisa memegang stroller yang tadinya hanya dipandangi lewat layar komputer akhirnya bisa saya dorong dengan tangan saya sendiri.
Selamat bermimpi dan jangan lupa berusaha untuk mewujudkannya, ya, Mommies!