Pas baca artikel Sazqueen yang ini, saya langsung mengamininya. Usia Rasya saat ini 1 tahun 11 bulan. Artinya, bulan depan ia sudah dua tahun dan waktunya disapih. Nggak kerasa perjalanan menyusui saya sudah panjang, dan hampir sampai garis finish. Sudah sekian lama juga saya nyaman menyandang status ibu menyusui. Saya sadar betul kalau saya sangat menikmati jadi busui. Lihat deh, koleksi baju menyusui saya setumpuk, dan kemarin pun saya baru beli satu lagi baju menyusui. Saya juga paling malas bikin susu untuk Rasya. Biar Rasya minum susu bubuk/UHT kalau pagi saja. Jika ada saya, yuk mari menyusui, walaupun drama menyusuinya tetap ada.
Maka yang terjadi adalah jadwal menyusui Rasya persis seperti yang dituturkan Sazqueen. Oh ya, sama seperti jadwal menyusui bayi 6 bulan. Bangun tidur pagi-bangun tidur siang-pulang kerja-habis magrib-menjelang tidur-tengah malam. Itu jadwal menyusui saya.
Dan di sinilah saya sekarang, keenakan menyusui dan belum berencana mulai menyapih. Pertanyaan dari orang terdekat tentang kenapa belum disapih nggak begitu mengganggu saya sih. Setelah baca artikel tadi pun saya masih berpikir, 'oke, saya masih bisa menyusui sampai Rasya mmm......2,5 tahun deh!' Namun, pagi ini saya menemukan satu alasan utama mengapa saya belum mulai menyapih.
Saya nggak tega.
Nggak tega melihatnya menangis meraung-raung kalau suami ngambil Rasya dari pelukan Rasya saat selesai nenen satu sisi. Nggak tega melihatnya memohon nenen dengan binar mata bulatnya. Nggak tega melihatnya ngelilir tengah malam dan susah tidur gara-gara nggak boleh nenen. Nggak tega melihatnya ngamuk guling-guling karena nggak dikasih nenen. Nggak tega (dan nggak rela) kehilangan pelukan tangan kecilnya saat menyusu.
Setiap saya tanya suami bagaimana baiknya menyapih Rasya, dia malah bilang begini,"Masa' Rasya mau disapih padahal bilang nenen saja belum bisa?" *tepok jidat*
Jadi, belakangan saya rajin tanya sana-sini bagaimana mulai menyapih. Mulai dari kiat tradisional sampai cara weaning with love. Dalam benak saya, cara mengoleskan sesuatu di puting adalah cara kesekian untuk menyapih. Sementara masih mencoba bertutur setiap hari pada Rasya bahwa pas dua tahun ia harus minum susu dari gelas saja, karena nenennya akan disimpan untuk adik bayi (err...tapi saya belum berencana hamil). Suami juga pernah menyarankan supaya Rasya minum susu pakai botol dot lagi. Cuma yang ini saya ragu, mengingat Rasya sudah lepas botol sejak 8 bulan. Saya malah lebih khawatir akan sulit menyapihnya dari dot kelak. Atau ini hanya kekhawatiran saya saja?
Sekali lagi, sama seperti Sazqueen, saya sangat berharap kelulusan S3 Rasya ini diakhiri dengan rasa sukacita, plus penyapihan yang mulus. But I don't know how to make it come true. Seperti halnya dengan proses potty training Rasya, mau nggak mau, suka nggak suka, saya harus tega untuk mulai menyapihnya. Dimulai dari mengurangi jadwal menyusui, mengalihkan Rasya untuk makan lebih banyak, dan terus menerus meyakinkan Rasya bahwa ia tetap saya sayang-sayang meskipun sudah tak menyusu.
Sebelum menanggalkan status busui, saya ingin menikmati dalam-dalam asyiknya menyusui. Setelah itu, saya harus siap, siap untuk (tega) menyapih!