Setelah mengikuti media edukasi yang digagas oleh IDAI dalam rangka rangka World Pneumonia Day beberapa waktu lalu, hal pertama yang saya lakukan setelah sampai di rumah adalah mencari buku vaksinasi Bumi. Saya takut, kalau ternyata ada vaksin yang terlewat. Padahal sangat penting untuk mencegah penyakit pneumonia.
Untungnya, setelah dicek satu per satu, vaksin yang dibutuhkan untuk mencegah penyakit yang jadi pembunuh nomor wahid bagi anak balita sudah semua dilakukan. Saya pun bisa bernapas dengan lega.
Memang, sih, kondisi harga vaksin yang bisa dibilang nggak murah menjadi salah satu alasan mengapa masih banyak orangtua yang tidak memberikan vaksin tersebut pada anak-anaknya. Padahal, kalau mengingat jika pnemonia dibiarkan begitu saja bisa berakibat fatal karena nyawa yang menjadi taruhannya. Kondisi ini jugalah yang sedang menjadi perhatian IDAI saat ini.
Di Indonesia, memang belum semua vaksin yang berfungsi mencegah pnemonia masuk dalam program vaksinasi nasional. Hal ini dijelaskan Prof. dr. Cissy B. Kartasasmita, Msc.,Sp.A (K).,PhD, dari UKK Respirologi IDAI, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK-UNPAD.
“Memang vaksin campak dan partussis yang sudah biasa dilakukan di negara berkembang seperti Indonesia. “Untuk dua vaksin lagi, Haemophilus influenza type b (Hib), Penumococcus (PCV), kemenkes sepertinya akan memasukan vaksin ini ke dalam program nasional,” ungkapnya.
Alasan kenapa vaksinasi yang menggunakan Hib ini masih sangat terbatas di negara-negara berkembang memang nggak terlepas dari harganya yang mahal serta keterbatan informasi betapa pentingnya vaksin tersebut untuk anak-anak balita. Padahal, badan kesehatan dunia (WHO) sudah cukup lama merekomendasikan agar setiap negara memberikan vaksin Pneumococcus dan Hib pada setiap balita untuk mencegah terserangnya pneumonia.
foto dari sini
Berkaitan dengan empat vaksin yang berguna untuk mencegah pneumonia, berikut penjelasannya yang saya dapatkan saat bincang-bincang dengan media di acara “Kenali dan Lawan Pneumonia” yang dilangsungkan dalam rangka World Pneumonia Day.
Vaksin Heamophilus Influenza Type b (Hib)
Selain menyebkan pneumonia, di negara-negara berkembang seperti Indonesia bakteri Haemophilus influenza type b (Hib) ini juga menjadi penyebab terjadinya radang otang (meningitis). Karena harga vaksinnya yang relatif masih sangat mahal akhirnya menyebabkan penggunaannya masih sangat terbatas.
Vaksin Pneumococcus
Nggak beda jauh dengan Hib, bakteri Pneumococcus juga menjadi penyebab utama pneumonia pada balita di negara-negara berkembang. Padahal vaksin Pneumococcus ini sudah cukup lama digunakan oleh anak-anak di atas usia 2 tahun yang dikenal dengan nama pneumococcal conjugate vaccine (PCV).
Seperti yang pernah saya tulis di artikel ini, Prof. Dr. dr. Bambang Supriyatno, SpA (K), dari UKK Respirologi IDAI, Departemen Ilmu Kesehatan Anak (IKA) FKUI-RSCM Jakarta menjelaskan kalau selama ini banyak terbukti kalau penyebab utama pneumonia pada Balita disebabkan oleh bakteri. Dan yang paling sering ditemukan adalah bakteri Streptococcus pneumonia, bakteri lain yang menjadi penyebab kedua yang juga sering ditemukan adalah bakteri Haemophilus influenza type b atau Hib.
Vaksin Campak
Untuk vaksin campak, tentu Mommies sudah cukup paham, ya. Waktu itu Kirana juga pernah mengulasnya dalam artikel ini. Campak merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus campak. Pemberian vaksinasi campak bisa menurunkan kejadian penyakit campak pada balita dan juga menurunkan tingkat kematian akibat pneumonia.
Vaksin Pertussis
Di Indonesia, banyak masyarakat yang yang menyebut penyakit pertussis dengan batuk rejan atau batuk seratus kali. Sama seperti vaksin campak, vaksin untuk penyakit ini sudah lama masuk dalam program imunisasi nasional. Biasanya, sih, vaksin ini diberikan bersama dengan difteri dan tetanus.
Seperti yang saya sudah tulis dalam artikel ‘The Forgotten Killer For Children’, selain dengan memberikan vaksin, risiko terjangkitnya pneumonia bisa dihindari lewat pemberian ASI eksklusif, asupan makanan dengan gizi dan nutrisi yang baik, kondisi rumah yang tidak padat serta menjauhkan anak dari polusi udara, seperti asap rokok.
Jika gejala pnemonia seperti sudah terlihat pada anak seperti batuk-batuk yang disertai dengan napas cepat, dan saat bernapas terjadi tarikan dinding dada ke dalam, Prof. dr. Cissy B. Kartasasmita, Msc.,Sp.A (K).,PhD, dari UKK Respirologi IDAI, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK-UNPAD menyarankan agar kondisi si kecil segera ditindaklanjuti.
Jika memang ternyata si kecil sudah terkena pneumonia, untuk mengobatinya Prof. dr. Cissy mengatakan biasanya akan diberikan antiobiotika. “Walaupun pneumonia dapat diobati dengan memberikan antibiotika dosis tinggi, tetapi perlu diingat bahwa resistensi kuman terhadap antibiotik juga meningkat, jadi memang harus hati-hati,” pesannya.
Meskipun pneumonia bisa diobati dengan menggunakan antibiotika secara tepat, tapi biar bagaimana pun pasti akan jauh lebih aman jika kita sebagai orangtua bisa mencegahnya lebih dulu. Toh, caranya juga nggak terlalu merepotkan. Oh, ya, buat Mommies yang ingin mendapatkan informasi ataupun diskusi soal imunisasi bisa ikutan di thread forum, ya.
Btw, kalo ada Mommies yang lupa dengan jadwal imunisasi atau malah belum punya, download jadwal imunisasi di laman ini, yuk!