"Mamah sekolah dulu ya, Nak"

Etc

nengristi・14 Nov 2013

detail-thumb

Ingaaat sekali, setahun yang lalu, pertama kali pamitan seperti ini ke anak anak. Yes kids, mamah is going back to school!

Personally saya tidak pernah menyangka akan melewati (lagi) jenjang sekolah. Masa-masa kuliah yang manis (dan tentunya masa tugas akhir yang pahit) harus siap saya hadapi lagi. Kali ini dengan ‘mega bonus’, adanya urusan lain: membesarkan usaha, tetap mengurus rumah tangga, dan membesarkan 2 anak balita.

MANTAPPP (rempongnya)!!! hahaha...

Most people were saying "buat apaan sih sekolah lagi?". Kan sudah enak bekerja buat diri sendiri, punya company sendiri, bisa enak mengatur waktu kerjaan, juggling dengan urusan rumah tangga & anak. Practically sudah jadi director slash owner, jabatan paling tinggi di company. Jadi tidak perlu lagi pendidikan yang lebih tinggi, dong?

Wrong.

First and foremost, tujuan. Kembalinya saya ke sekolah adalah untuk bisnis yang saya dirikan bersama rekan rekan. Honestly, i don't know anything about running a business. How  to deliver the promise and how to keep clients happy, i know what to do, for sure. Tapi how to run a company, is a different ball game. beneran.

Tujuan selalu jadi alasan utama pengambilan keputusan, dari semua (semua semua dan semua) hal yang harus saya jalanin dengan berat, saya sudah tahu, manfaat yang akan saya dapat setelah sesi ini berakhir. My purpose on going back to school is solid: for my business.

next thing: masuk sekolah yang mana?

i use the same consideration when i browse for kids' school. Buat saya, tinggal di jakarta dengan kondisi lalu lintas yang ajaib, kategorisasi pemilihan sekolah dikerucutkan menjadi sangat sederhana, lokasi. Selanjutnya adalah waktu sekolah. Saat ini banyak kok, sekolah sekolah yang sediain program khusus buat pekerja. Dengan waktu sekolah malem hari, atau pas wiken. i chose the night school. Passs, sekolah incaran ada diii…  di seberang lokasi kantor. Alhamdulilahhh. Sepulang pulang kerja, bisa minta antar kurir naik motor, sampe dalam 5 menit, muka belum kusut, pikiran belum suntuk. hahaha...

Dari situ hadir pertanyaan ketiga: sudah siap?

Faktor siap ini banyakkk kategorinya ya, buat saya, ada 3: siap tenaga dan waktu. siap secara finansial. dan kesiapan tim pendukung.

Dalam versi saya, siap tenaga dan waktu dijabarkan menjadi:

Siap belajar malam hari, setelah seharian kerja super sibuk di kantor?  siap menempuh perjalanan pulang dari kampus di tengah malam? siap relain banyak waktu untuk urusan sekolah? siap kehilangan momen anak anak yang lagi lucu lucunya? siap mengurangi (mengurangi) jatah tidur? siap jaga kesehatan dengan jaga makanan dan olahraga rutin?

Siap secara finansial?

Waktu itu yang terpenting adalah siap secara finansial. Penting bagi saya untuk siap membayar tuition fee, dikala harus juga membayar uang pangkal anak masuk TK. Yaaa to be honest, kami belum punya pohon uang hihihi. Pilihan terbaik untuk kembali ke sekolah adalah sekarang, sebelum anak anak masuk SD dan membutuhkan lebih banyak lagi biaya. Alhamdulilahnya lagi, seakan dimudahkan oleh Tuhan, saya mendapatkan beasiswa unggulan dari Depdiknas (yang juga terbuka untuk umum). Mantappp.

Tim pendukung sudah siap?

HARUS… ini pentinggg! Terutama pak suami ya, selain harus siap bobo sendirian, karena istrinya kerap pulang lewat tengah malam setelah study group, dia harus siap all out dengan anak anak sepulang dari kantor.

Tim asisten? wuih, tidak kalah penting. Set the rule straight for them, have them prepared by phone udah cukup buat saya, jadi kapanpun bisa kontrol via telfon.

Are the kids ready? Buat kami, agak mudah dengan anak anak yang sangat kecil, mereka lebih mudah teralihkan perhatiannya. Ada saat saat mereka bisa saya tinggalkan dengan tenang, mereka sangat mengerti kemana ibunya pergi. Tapi yaaa, tetap saja kok, ada masa masa separation anxiety terutama untuk si bungsu yang waktu itu baru 1.5 tahun.

When that happen, i do what i always do when we disagree on something. i talk to them. Mau nggak mau, saya ajarkan kepada anak anak, there are times for everything. Time for me and you, time for shower, time to eat, time to sleep. Before 3 years old, oh goshhh, syulittt... because they're simply a baby, belum banyak mengerti makna kata. Tapi lama kelamaan, kalau konsisten, anak akan mengerti kok. Apabila mama harus pergi, ya artinya harus pergi. But don't worry, mama will be back after she's done with school, and she'll be with you shortly.

And as mama, i don't lie. when it's time for the kids. it's time for the kids. Saya letakkan  semuanya di pojokan. Even smart phone pun saya lepaskan dari tangan. It's kiddo's time, then it is kiddo's time.

Siap juggling pekerjaan dengan sekolah? This is actually my biggest fear. Kadang kadang tipe pekerjaan saya sangat demanding. Beruntung seluruh tim, sampai klien klien saya super suportif, mereka sangat memaklumi ‘kerepotan’ sekolah sambil bekerja yang saya jalani. They let me have my 'school time' in the evening.

Terpenting terahir, siapkan hati. Stick to your purpose as you pursue your dream. I know some of us still have (and will always have) that fiery spirit about achieving higher education. Well, just go for it. Stick to your goal, get it done, and come home with a degree.

Don't feel bad about missing little stuff. Bukanya ahirnya jadi dingin & ignorant sih, tapi capek juga loh kalau selalu mau menangin semuanya. Selalu akan ada pilihan seperti (1) pingin hadir di acara keluarga, tapi (2) badan capek banget, i need my beauty sleep. I chose one. Pilih salah satu yang paling memungkinkan, we're not superwoman. Ada capeknya, ada pingin duduk diam di depan tivi dengan masker wajah, pencet pencet remote televisi. Siapkan fisik & otak is one thing, menurut gue siapin hati yang lebih mendominasi. Karena kalau hati sudah siap, seberat apapun yang dihadapi, akan terasa lebih menyenangkan & ringan kan?

Selamat sekolah, mommies!