“Min, kalau anak saya nggak mau makan harus gimana ya?”
“Dok, anak saya udah 2 hari ini diare, dikasih obat apa ya?”
“Mommies, anakku sama adiknya kok galak banget, ya?”
Uhm-uhm. Ada yang pernah mengirimkan tweet seperti di atas ke akun-akun Twitter tertentu?
Thanks to Jack Dorsey, si pencipta Twitter, ya Mommies. Berkat dia (yang ternyata ganteng itu #salahfokus), kita bisa terkoneksi dengan mudah tak hanya dengan selebriti, tapi juga dokter anak, dokter kandungan, psikolog, financial planner, dan lain sebagainya. Tak hanya akun pribadi, akun-akun ber-admin yang informatif juga sangat mudah ditemukan.
Bingung mengenai tumbuh kembang anak, tinggal mention @drOei, @drTiwi, @dr_piprim, dan lain-lain. Mau tanya masalah kehamilan, ada @infohamil, @Mommiesdaily (promo dong), dan banyak lagi akun Twitter pribadi dokter kandungan. Mau nanya masalah liburan dengan anak, bisa ke @liburananak, @liburankeluarga. Masalah keuangan, ada @qmfinancial, @mrshananto atau financial planner lainnya. Masalah ASI, ada @aimi_ASI, @miasutanto, papa-papanya bisa nanya ke @ID_ayahASI. Wah, banyak banget deh!
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan nih, Mommies:
Dengan semakin mudahnya mereka ‘tersentuh’, kadang kita suka lupa bahwa mereka BUKAN layanan konseling 24 jam. Kalau belum dijawab dalam kurun waktu 2 jam, bukan berarti dilewati, lho. Kalau pertanyaan ke akun pribadi, lho, memangnya dokter/ konselor laktasi, atau financial planner nggak mandi atau terjebak kemacetan atau bekerja? Sementara kalau untuk akun Twiitter ber-mimin, siapa tau admin di belakangnya juga memiliki kesibukan lain (curcol). Lagipula nih, jika memang urgent dan butuh jawaban saat itu juga, please be wise, Mommies. Misalnya si kecil sakit demam dengan suhu tubuh di atas 40’C selama 2 hari. Kondisi tubuh lemas dan nggak mau makan, apakah harus bertanya via Twitter ke dokter anak? Hemat saya, sebaiknya segera bawa ke dokter terdekat atau telepon dokter anak langganan. Jika memang Mommies aktif di milis sehat atau rajin ikut Pesat, pasti sudah tau apa yang harus dilakukan.
Selain itu, mereka juga bukan cenayang, yang bisa memprediksi si anak harus dikasih obat apa hanya lewat 140 karakter yang dikirimkan (belum lagi kalau bahasanya disingkat-singkat). Wong, kalo kita ke dokter langsung saja, si dokter harus periksa mulai dari suhu tubuh, bagaimana warna matanya, detak jantung, atau bahkan dibantu dengan tes darah/ urin/ BAB di laboratorium.
Jangan gelap mata. Maksudnya, apa yang di-tweet oleh sebuah akun, belum tentu pas dengan kondisi yang Mommies alami. Misalnya, seorang selebriti yang sukses hidup sehat dengan metode tertentu. Apakah kita otomatis harus mengikuti gaya hidupnya? Be smart, apa yang ia terapkan ke tubuhnya mungkin sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi, misalnya. Apakah susunan tubuh kita pasti sama dengan selebriti itu? Apakah fat, protein, jumlah kalori yang kita butuhkan sama dengannya? So, please, be wise :)
Nggak perlu mengadudomba 2 akun Twitter yang berbeda pendapat. Namanya Twitter, ya, kita bisa dengan jelas membaca siapa yang pro ASI, siapa yang permisif. Siapa yang RUM banget, dan seterusnya. Misalnya nih, Mommies bertanya pada seorang dokter anak mengenai pemberian susu tambahan pada bayi, lalu ketika mendapat jawaban yang mendukung pemberian susu tersebut, Mommies me-RT Tweet tersebut dengan mention konselor laktasi. Pertanyaannya adalah: buat apa?
Ada baiknya, sebelum bertanya, browsing dulu. Kadang kala, pertanyaan yang diajukan, sebenarnya mudah sekali didapat jawabannya. Atau kadang ada beberapa akun Twitter yang sudah menandai sebagai favorit jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sering ditanyakan. Memudahkan hidup banget,kan?
Tentu bertanya tidak dilarang. Saya sendiri, kalau sedang meng-admin-i @mommiesdaily, senang lho kalau mendapat pertanyaan. Apalagi kalau pertanyaannya relevan atau pernah saya alami dan berhasil saya lewati. Yuk ah, manfaatkan kemudahan ini dengan baik :)