banner-detik
OTHERS

Memperbaiki Pola Makan Anak

author

adiesty19 Sep 2013

Memperbaiki Pola Makan Anak

Ada beberapa hal yang masih saya ingat saat pertama kali mengantar Bumi ke sekolah bulan Juli lalu. Selain masih terbayang-bayang bagaimana harus menghadapi sedikit drama ketika Bumi nggak mau masuk ke kelas, waktu itu saya juga ingat ada salah satu orangtua temannya Bumi yang bercerita kalau anaknya sedang dalam proses diet. Jujur saja, waktu dengar saya cukup kaget. Nggak habis pikir kalau anak usia 3 tahun harus melakukan diet mati-matian untuk mengurangi  berat badannya.

Duh, saya saja yang sudah setua ini kalau diet merasa cukup merana, bagaimana dengan temannya Bumi yang usianya baru 3 tahun? Ketika teman-temannya asik makan, sementara dia hanya jadi penonton :(  Apa diet tersebut nggak memberikan efek buruk ke depannya? Bagaimana dengan masa pertumbuhan?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut akhirnya bisa saya temukan jawabannya lewat buku Solusi Tanpa Stres Untuk Anak Gemuk.  Buku ini nggak cuma sekedar berisi teori dan kiat yang mengajarkan orangtua bagaimana mengatasi anaknya yang mengalami obesitas. Sang penulis, dr. Grace Judio juga melangkapi dengan grafik, simulasi, berbagai resep sehat, serta buku cerita yang menggambarkan betapa orangtua memegang peran penting dalam pola makan anak.

Buku ini diawali dengan tanya jawab yang sering muncul seputar masalah yang sering ditemui orangtua. Seperti camilan apa sih bisa diberikan saat anak nonton tv selain keripik, apakah cemilan anak bisa digantikan dengan buah? Bagaimana cara menghentikan anak ngemil atau yang senang makan junkfood? Bahkan ada juga, loh, pertanyaan soal perlukah orangtua khawatir melihat kondisi anaknya yang berusia 5 tahun, tapi justru sering mengingatkan ibunya untuk nggak ngemil. Bahkan, si anak kalau baru makan donat, akan memutuskan untuk main sepeda karena takut berat tubuhnya bertambah. Weew... anak 5 tahun sudah kepikiran untuk workout demi mendapatkan berat badan yang ideal? Nah, pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang bisa dijadikan gambaran bagaimana kondisi anak-anak saat ini terhadap makanan.

Lewat buku ini sang penulis menegaskan, untuk awalnya kita sebagai orangtua harus memastikan dulu apa benar anak kita kegemukan? Soalnya menghitung berat badan anak memang berbeda dengan menghitung berat badan orang dewasa. Anak masih dalam masa pertumbuhan, bisa bertambah tinggi setiap bulannya. Nah, dalam buku ini benar-benar dijelaskan bagaimana cara yang tepat untuk menghitung berat badan anak. Adanya simulasi serta grafik semakin memudahkan kita menemukan target yang tepat. Soalnya, nih, kalau orangtua salah pasang target, ke depannya bisa menyebabkan gangguan makan atau eating disorder, berat badan yoyo, atau anak mengalami masalah dengan rasa percaya diri

Dr. Grace sendiri menganalogikan tubuh kita ini sebagai mobil. Jadi, kalau mobil hanya butuh bensin saat memang sudah habis, begitupun dengan perut kita. Makan, ya, saat lapar. Ketika sinyal tubuh mengatakan kalau butuh diisi. Kalau memang nggak butuh, ya jangan diisi, kalau dipaksa justru bisa luber, seperti mobil yang dipaksa diisi bensin. Dengan begitu anak anak tau konsep lapar perut dan "lapar hati”.

O, ya, jika selama ini masih banyak orang tua yang membiarkan anak-anaknya makan sambil main lari-larian, atau makan sambil nonton TV (seperti yang suka saya lakukan), sebenarnya hal ini salah besar. Makan, ya, wajib di meja makan, seperti halnya isi bensin yang hanya bisa dilakukan di pombensin, tidak di garasi mobil ataupun taman. Cara ini bisa mengajarkan anak disiplin dan membantunya untuk paham kalau rasa lapar tidak boleh dihubungkan dengan perasaan lainnya. Misalnya, iseng ngemil atau bahkan untuk meluapkan emosinya yang sedang sedih atau stres.

Yup, tanpa disadari banyak juga lho anak-anak, khususnya yang remaja akan memilih nyemil untuk menyalurkan emosinya. Makanya, selain harus mengenalkan konsep lapar, kita juga wajib mendengarkan perasaan anak-anak kita. Jangan sampai mereka memilih “curhat” lewat makanan.

Sementara itu, menurut  dr. Grace, banyak juga, nih, orangtua yang salah kaprah mengartikan makanan adalah tanda sayang, cara bersosialisai atau bahkan “membeli” anak dengan makanan. Umh, kalau mau jujur, saya juga sesekali suka melakukan hal di atas. Karena merasa berdosa pulang kerja terlalu larut, satu dua kali saya suka membayarnya dengan cara membelikan makanan kegemaran Bumi. Untungnya, sih, ini belum jadi habit. Tapi kalau sudah jadi kebiasaan, kan, repot juga, yah!

Buat saya, sih, buku ini mampu "menyentil" dan mengingatkan orangtua supaya lebih hati-hati dalam menerapkan pola makan Bumi. Biar bagaimanapun orangtua merupakan kunci yang menentukan pola makan anak. Kalau kita sendiri punya gangguan, sudah tentu anak berpeluang besar mengikutinya. Kalau kita pun cemas, anak bisa lebih cemas lagi. Setuju, nggak Mommies?

Buku ini juga dilengkapi dengan buku dongeng yang bisa dibacakan untuk si kecil. Judulnya Cerita Semut Tentang Hati dan Perut. Bagus deh!

Nah, kami punya 3 buku ini untuk dibagikan buat Mommies yang merasa butuh buku ini. Silakan tinggalkan alasannya di boks komentar di bawah ini, ya.

Share Article

author

adiesty

Biasa disapa Adis. Ibu dari anak lelaki bernama Bumi ini sudah bekerja di dunia media sejak tahun 2004. "Jadi orangtua nggak ada sekolahnya, jadi harus banyak belajar dan melewati trial and error. Saya tentu bukan ibu dan istri yang ideal, tapi setiap hari selalu berusaha memberikan cinta pada anak dan suami, karena merekalah 'rumah' saya. So, i promise to keep it," komentarnya mengenai dunia parenting,


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan