banner-detik
PARENTING & KIDS

Pilah-Pilih Gaya Mengasuh

author

vanshe09 Sep 2013

Pilah-Pilih Gaya Mengasuh

Suatu sore, mata saya sedang berseliweran di timeline Twitter, dan terhenti pada pemberitahuan adanya event seminar parenting. Saya menarik napas dan berpikir, “Here comes another one.” Saya teringat pada beberapa booklet seminar yang tersimpan rapi dalam map arsip saya. I have nothing against parenting seminars. Jika ada topik yang menurut saya menarik, saya akan bela-belain mengikuti.  Hanya saja, setelah beberapa kali mengikuti seminar parenting dengan expert yang berbeda-beda, saya justru menemui gaya pengasuhan yang kadang sangat berbeda dari satu expert dengan yang lain. Secara positif, hal ini bisa memperluas pemahaman dan wawasan, tapi di sisi lain, kadang justru membuat gamang.

Pada masa keberlimpahan informasi ini, orangtua dihadapkan pada begitu banyak gaya pengasuhan. The world is in our hand. Tanpa diminta, puluhan artikel seputar saran maupun tren terbaru dalam pengasuhan datang ke pangkuan kita setiap harinya.

Ada berapa jenis sih, gaya pengasuhan itu? Setelah melakukan semacam "riset", saya menemukan beberapa yang lazim disebut-sebut dalam kancah psikologi pengasuhan, di antaranya:

  • Instinctive parenting: Paham ini mengajak orangtua mengandalkan intuisi atau "go with your gut." Hasilnya akan berupa gaya pengasuhan yang sangat personal. Dan kemungkinan besar, orangtua akan melakukan cara pengasuhan yang paling dikenalnya, yaitu dengan bagaimana dia dibesarkan.
  • Attachment parenting: Bertujuan agar orangtua dan anak membentuk ikatan emosional yang kuat. Penganutnya juga cenderung memilih kelahiran secara normal, co-sleeping, baby wearing, extended breastfeeding, dsb.
  • Helicopter parenting: Orangtua terus-menerus berinteraksi dan sering mengintervensi hidup anak-anaknya.
  • Authoritative parenting: Orangtua menerapkan peraturan dan menginginkan anak mematuhinya. Meski begitu, metodenya lebih demokratis dari sekedar menyuruh anak menuruti apa yang dikatakan orangtua, karena orangtua menanamkan respect dan hubungan yang seimbang dengan anak.
  • Permissive parenting: Gaya pengasuhan di mana orangtua tidak memiliki banyak tuntutan terhadap anak, jarang mendisiplinkan anak, serta lebih ingin menjadi teman bagi anaknya.
  • Selain yang umum tadi, juga ada banyak informasi mengenai gaya atau tren pengasuhan yang khas dari negara tertentu. Klik halaman berikut ya!

     

     

    *Gambar dari sini

  • Gaya pengasuhan tiger mom yang beberapa waktu lalu booming karena 'menantang' pandangan dan metode pengasuhan western. Mengapa? Karena orangtua mendominasi keputusan besar dalam hidup anak, menuntut yang terbaik dari anak, serta kaku dalam penerapan kedisiplinan.
  • Parenting ala Perancis yang didasarkan pada prinsip keseimbangan peran antara orangtua dan anak. Mereka percaya bahwa bahkan sejak bayi, anak-anak adalah mahluk rasional yang bisa melatih self-control.
  • Pendekatan yang membiarkan anak mengambil risiko yang banyak dipraktikkan di Eropa. Seperti TK di Jerman yang membiarkan anak menggunakan pisau ("Belum pernah ada yang terpotong jarinya!" kata sang guru TK), atau anak usia 3 tahun yang lazim dibiarkan bermain sepeda dan memanjat pohon tanpa pengawasan orangtua di Swedia.
  • Kebiasaan di Korea Selatan di mana anak harus menahan lapar hingga tiba waktunya untuk makan bersama seluruh keluarga. Anak-anak juga diajarkan bahwa makanan adalah pengalaman yang paling menyenangkan jika dilakukan bersama-sama atau melalui berbagi. Hasilnya, Korea Selatan memiliki reputasi dengan tingkat obesitas terendah di jajaran negara berkembang.
  • Model pendidikan di Finlandia yang "loose": Anak diizinkan bermain di luar setiap 45 menit, masa akademis yang tidak dimulai hingga anak berusia 7 tahun, jam sekolah yang pendek, dan banyaknya variasi kelas dibandingkan Amerika Serikat. Pemuka pendidikan di Finlandia juga menekankan bahwa mempelajari seni, musik, ekonomi rumah tangga, dan life skill sangat esensial.
  • Metode co-sleeping yang lazim di Jepang. Hal yang dianggap sebagai tindakan memanjakan di banyak bagian dunia, justru diterapkan oleh orang Jepang yang memiliki filosofi bahwa jika bayi/anak dipenuhi segala kebutuhannya dan dicintai tanpa syarat, maka mereka akan menjadi lebih independen dan percaya diri saat mereka bertumbuh. Kenyataannya, anak berusia 10 tahun di Jepang sangatlah mandiri. Dia dapat berjalan kaki sendiri ke sekolah sejak berusia 6 tahun dan menjaga dengan apik barang-barangnya jika menginap di rumah orang lain.
  • Konsep unconditional parenting atau pengasuhan tak bersyarat yang menafikan mulai dari memberi hadiah, pujian, sampai menghukum anak melalui metode "time-out" (disebut oleh penggagas unconditional parenting, Alfie Kohn, sebagai "tindakan menahan cinta") dan memukul. Konsep ini menentang metode pengasuhan beraliran behaviorisme atau yang hanya berfokus pada perilaku. Anak dipandang sebagai pribadi yang utuh, yang bertingkah-laku berdasarkan alasan, pemikiran, dan perasaan. Karena tidak setuju dengan usaha mengontrol perilaku anak, maka gaya pengasuhan ini menggunakan strategi yang berfokus pada pemecahan masalah bersama ("work with") anak.
  • Social media juga memiliki peran sebagai showcase gaya pengasuhan setiap orang. Nggak percaya? Jawabannya ada di halaman berikut!

    *Gambar dari sini

    A berkata dia menerapkan metode X, B dengan metode Y yang dia klaim berhasil 100% pada anak-anaknya, C dengan Z, dan seterusnya. Of course there's nothing wrong about sharing.... It only makes us think, if it works for them, it might work for me. But the question is, which way would work for me?

    Saat saya dan suami berdiskusi tentang gaya pengasuhan yang dilakukan orangtua masing-masing, kami menjadi memahami bahwa what worked for him might not work for me; dan sebaliknya. Kepribadian anak yang berbeda-beda menjadikan tidak adanya hasil yang seragam pada gaya pengasuhan tertentu.

    Tapi, setidaknya ada beberapa hal yang dapat menjadi panduan saat kita ingin menerapkan gaya pengasuhan tertentu. Misalnya dengan

    1. Memahami beragam gaya pengasuhan.

    Be open-minded. Tak ada salahnya membaca berita-berita atau tren-tren pengasuhan terbaru. Terus memperkaya ilmu guna menemukan metode yang terbaik. Kita juga perlu mencari tahu outcomes atau hasil dari tiap gaya pengasuhan. Bandingkan kisah-kisah atau kepribadian orang-orang yang di sekeliling kita untuk memahami hasil dari gaya pengasuhan tertentu.

    2. Mempertajam insting sebagai orang tua.

    Di saat diri ini dibombardir dengan info gaya pengasuhan, atau kadang malah disudutkan oleh nada intimidatif pesan-pesan pengasuhan tertentu, apa lagi yang bisa kita lakukan selain menjadi lebih percaya diri? Tingkatkan kualitas hubungan dan interaksi dengan anak, tajamkan rasa untuk menemukenali personality anak kita, dan dari situ, hopefully, kita dapat menemukan cara yang efektif utk menanamkan pesan moral yang ingin kita wariskan pada mereka.

    3. Evaluasi strategi pendisiplinan kita, rutinitas harian anak dan kita, serta cara kita berkomunikasi dengan anak.

    Jika apa yang kita katakan atau lakukan ternyata bukan apa yang kita ingin lakukan saat menjadi orangtua, mungkin ini saatnya untuk mengatur ulang fokus dan mengubah pendekatan pengasuhan kita.

    Pada akhirnya, yang penting untuk diingat, adalah bahwa apapun yang kita lakukan saat ini, harus sinkron dengan tujuan jangka panjang kita bagi mereka. Yaitu agar anak-anak kita hidup dengan aman, sehat, mampu mencapai potensi terbaik dari diri mereka, dan sejahtera.

    Referensi dari sini.

     

    PAGES:

    Share Article

    author

    vanshe

    Ibu satu anak. Was an SAHM for 2,5 years but decided that working outside home is one of many factors that keeps her sane. Grew up deciding not to be like her mother, but actually feels relieved she turns out to be more and more like her each day. She's on Twitter & IG at @rsktania.


    COMMENTS


    SISTER SITES SPOTLIGHT

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan