Dulu, zaman hamil, channel yang sering saya tonton adalah Discovery Home & Health karena ada banyak program soal ibu hamil dan segala cerita serta problemnya. Selain itu, ada juga yang menarik, namanya Toddlers & Tiaras (ternyata aslinya ditayangkan di TLC), yang di setiap episodenya menceritakan kompetisi tiga keluarga yang mengikutsertakan anak perempuannya di beauty pageant contest. Terus terang, setiap nonton, apalagi kalau anaknya masih usia balita, saya takut! Hahaha..
Iya, takut gitu rasanya melihat anak-anak yang masih kecil, sudah 'dipaksa' untuk pakai roll rambut pas bangun tidur, menggunakan make up layaknya orang dewasa (saya aja nggak segitu lengkapnya kalau pake make up), pakai fake nails and nail polish, fake eyelashes, bahkan sampai ada yang dikasih gula supaya sugar high jadi ketawa melulu. Setiap nonton tayangan Toddlers & Tiaras, saya makin lama makin mengerti kenapa kontes kecantikan di beberapa negara bagian barat sana, menjadi hal yang penting dalam hidup remaja putri. Seakan-akan, mereka memang dilahirkan untuk ikut kontes kencantikan, jadi memang sudah 'seharusnya' mereka belajar jadi putri-putrian sejak dini. *Lap Jidat*!!
Ingat film Little Miss Sunshine? Menurut saya itu merupakan film sindiran untuk kontes kecantikan anak-anak di Amerika yang sudah berlebihan. Iya, anak perempuan memakai baju ala putri-putrian memang lucu, tapi kalau sudah dibuat menyerupai Barbie secara gila-gilaan, itu sih sudah tidak lucu lagi. Bahkan terkadang ada adegan, para balita ini mengumpat dengan kata kasar, as if she's the princess and her mom is the maid. That toddler wish is her mom command.
Anyway, karena di Indonesia, kontes kecantikan anak-anak yang saya tahu tidak seperti itu, maka saya tidak pernah menemukan kontes kecantikan anak-anak yang berlebihan seperti Toddlers & Tiaras ini. Tapi, di suatu sore yang tenang, setelah menyusui Menik, saat sedang menjalankan remote atas bawah mencari saluran yang pas, jari saya berhenti di sebuah stasiun tv karena melihat pemandangan mengerikan ala Toddlers & Tiaras tapi mukanya anak Indonesia semua.
Kebetulan sekali yang saya tonton adalah Grand Final acara yang diberi nama Little Miss Indonesia. Pemandangan di televisi itu membuat saya ternganga. Kebayang nggak anak umur 6 tahun dengan sanggul tinggi lengkap dengan gaun megar warna putih seperti pengantin, yang ternyata ceritanya MENIRU Syahrini. *pingsan*
Iya, dari mulai gaya bicara sampai body language semuanya meniru Syahrini. Anak kecil itu mendesah ketika berbicara, bahkan Syahrini yang hadir disana pun terlihat sedikit terkejut dan bilang "Sayang, Syahrini nggak gitu, ah!". Ini dia cuplikannya!
Terus terang, saya takut melihat tayangan yang ini. Saya lebih bingung lagi melihat ibunya ikut tertawa melihat anaknya yang baru berusia 6 tahun ini mengeluarkan suara mendesah, menggoda ala orang dewasa. Mungkin lucu di 1 menit pertama, sisanya karena saya sudah punya anak (dan perempuan) saya merasa miris, kasihan, gemas, sedih, dan.. ah, pokoknya campur aduk!
Patut dicatat, saya tidak anti kontes untuk anak kecil yang kontennya adalah untuk melatih kepercayaan diri dan mengasah bakat yang ada. Jika memang bisa menyanyi, ya ajaklah anak tersebut untuk menyanyi lagu anak-anak sesuai umurnya. Jika memang berbakat jalan ala peragawati, silahkan gunakan busana sesuai umur anak-anak yang saya yakin mudah sekali didapatkan. Jika memang berbakat berlakon, silahkan peragakan peran anak-anak atau tokoh kartun sesuai umurnya. Saya tidak suka kontes yang mengeksploitasi anak-anak. Mungkin iya anaknya enjoy melakukan hal tersebut, tapi pernahkah terpikir dampaknya di kehidupan mereka saat dewasa nanti?
Saya menunggu KPAI bereaksi atas tayangan ini. Saya juga berencana untuk menulis petisi agar acara-acara seperti ini tidak usah ada. Lembaga sensor juga bagaimana? Kok yang begini bisa lolos? Memangnya pantas, ya? Lalu setelah itu, kalau boleh saya sebagai ibu berpendapat, hendaknya orang dewasa di rumah juga melakukan penyaringan untuk tayangan yang boleh dikonsumsi anak-anaknya. Kenapa si juara I Little Miss Indonesia ini fasih menirukan body language orang dewasa? Berarti ia diajar dan diperbolehkan untuk melihat hal yang seharusnya belum boleh dilihat. Menyedihkan.
Terlalu sedih rasanya melihat kenyataan seperti ini. Apa yang akan terjadi selanjutnya untuk anak-anak kecil ini nanti? Iya, mereka dapat hadiah 50 juta rupiah, lalu apa? Hal apa yang bisa diambil sebagai pelajaran hidup untuk bekal saat dewasa nanti? Am I too serious, here? Sayang sekali, untuk hal seperti ini, memang harus super serius. Karena usia anak-anak, adalah usia paling penting untuk jadi cermin saat kita dewasa nanti. Let's think about it!