Hidup tanpa asisten rumah tangga adalah hal yang biasa untuk saya. Di rumah orang tua, ada asisten yang datang hanya dua kali dalam seminggu dan tidak menginap tentunya. Tugasnya adalah membantu ibu membereskan rumah terutama perkara menyetrika pakaian. Ketika sudah menikah, saya dan suami hidup berpindah dari kost, ke rumah susun di Tebet, kemudian terakhir ke rusun modern di daerah Kalibata. Kami tidak pernah punya asisten rumah tangga, dan rasanya tidak ada masalah apapun sampai si bayi hadir di tengah-tengah kami. Saya tidak pernah sadar kalau punya bayi dan sendirian di rumah apalagi suami jam kerjanya seringnya molor sampai jam 9 malam, akan menjadi hal yang tricky!
Why tricky? Karena ada saat-saat di mana saya mati gaya! Dulu sebelum punya anak, sendiri adalah hal yang biasa. I can spent it with my me-time. Saya bisa baca buku, nonton dvd, nonton tv seri, atau kabur ke mal untuk duduk di kedai kopi sambil membaca atau mengetik, bahkan nonton di bioskop sendiri. Yes, I'm 100% sure I won't face MATI GAYA even when my husband is not around. Tapi ternyata ketika sudah punya anak, yang harusnya menjadi teman, itu bisa mengakibatkan mati gaya. Mati gaya banget kalau sedang ingin mandi-mandi cantik (ini apa, sih, istilahnya) tapi ada anak bayi yang nungguin di depan pintu kamar mandi. Mati gaya juga, dong, kalau sudah memesan acara serial tv kesayangan, tapi si bayi yang sudah disiapkan untuk menggambar dengan crayon (sebagai kegiatannya sejenak selama ibu nonton) ternyata minta perhatian penuh dengan cara mengacung-acungkan crayon di depan muka dan minta dibuatin gambar kaki. Mati gaya juga kalau ide menulis yang suka datang dengan tidak sopan, laptop dan koneksi internet lancar, tapi si anak minta disusui, ternyata ujungnya ngempeng dan tidak mau dilepas.
Tidak punya asisten rumah tangga, baby sitter, atau bahkan tidak ada orang tua dan saudara yang tinggal bersama kami bertiga membuat saya berpikir bagaimana caranya menghabiskan 24 jam sehari bersama anak yang saya lahirkan, selain tentunya menyusui dan mengganti popoknya. Percayalah, mungkin awalnya banyak waktu luang yang kita miliki, namun seiring bertambah dewasa, bukannya semakin longgar tapi malah semakin ketat waktu kita 'terikat' dengan si anak. Jadi inilah yang saya tanamkan pada diri ketika si mati gaya datang menyerang:
Intinya adalah menjalani perubahan hidup ini dengan santai. Sulit memang, tapi pasti rasanya akan lebih melegakan ketimbang stres karena pusing mengatur waktu. Jika memang harus membuka pintu kamar mandi saat kita sedang ada urusan ke toilet misalnya, ya buka saja. Toh, tidak ada orang lain di rumah kecuali Anda dan anak, kan? Memperbanyak referensi bermain bersama anak sambil menstimulasi tumbuh kembangnya juga sebaiknya dilakukan agar tidak terlalu banyak mati-gaya-momen bersama si kecil di rumah.
Bagaimana dengan mommies yang saat ini statusnya juga stay at home mother? Pernahkah mengalami mati gaya karena sudah tidak tahu harus ngapain lagi? Care to share? :D