Sejak masih di dalam kandungan, saya dan suami berusaha memperdengarkan Al-Qur'an kepada janin yang ada dalam kandungan saya. Bisa berupa lantunan murotal- yang kami unduh dari internet lalu kami simpan di HP atau dari radio Islami-, bisa kami sendiri yang berusaha membacakannya atau bisa juga berupa zikir pagi sore.
Kalau menurut penelitian alunan lagu-lagu klasik bisa mempengaruhi kecerdasan bayi, kami justru lebih percaya lantunan Al-Qur'an memiliki efek yang jauh lebih baik. Setelah lahir, rutinitas tersebut tetap kami lakukan, tapi pengenalannya lewat media visual. Alhamdulillah respons anak saya pun begitu baik. Saat diperlihatkan DVD murotal dia langsung menyimak dengan serius, kadang sambil menyimak dia sambil mengocehkan ucapan yg tidak jelas, bahkan terkadang sambil tertawa.
Harapan kami dengan memperkenalkan Al-Qur'an sedini mungkin, anak kami nantinya tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga secara emosional dan spiritual. Bayi yang baru lahir ibarat kertas putih. Orangtuanyalah yang pertama akan membubuhkan tinta di atasnya. Apakah orang tuanya akan membubuhkan dengan tinta hitam, tinta merah ataupun tinta biru. Dengan mengenalkan Al-qur'an sedini mungkin, ibaratnya kami sedang berusaha membubuhkan tinta emas pada kertas kehidupannya. Tinta emas yang insya Allah akan terus dia bawa sampai dia dewasa kelak.
Insya Allah Al-qur'an ini akan menjadi petunjuk jalannya, menjadi cahaya dalam gelapnya, menjadi obat yang akan mengobati lukanya, dan menjadi penentram di saat gelisahnya. Amin.