Bisa memiliki seorang anak pastinya bahagia sekali. Itu juga yang saya rasakan saat Abdullah lahir. Setelah menunggu selama 9 bulan lebih, akhirnya bayi mungil itu keluar juga. Ada pertanyaan yg mengganjal di hati saya, "Apakah saya mampu menjadi ibu yang baik buat Abdullah?"
Tapi ternyata seiring waktu, keraguan itu hilang. Semuanya mengalir seperti air. Memang pada masa-masa awal saya agak kaget. Semuanya berubah drastis secara tiba-tiba. Yang biasanya bisa tidur tenang malam hari, tiba-tiba harus bergadang. Yang biasanya pagi-pagi bisa santai memasak sambil beres-beres sekarang harus tidur, karena malamnya sudah terlalu lelah begadang. Yang biasanya siang hari bisa santai tidur-tiduran sekarang harus menggendong atau menyusui Abdullah. Yang paling mengagetkan saat Abdullah menangis dan tidak bisa diam walaupun sudah disodorkan nenen.
Tapi menginjak bulan kedua alhamdulillah tidak harus bergadang lagi, dan saya mulai terbiasa dengan rutinitas ini.
Saya mulai belajar mengenali tangis Abdullah. Yang mana tangisan lapar, tangisan manja minta dipeluk, dan tangisan sakit perut. Saya juga terus mencari, membaca, dan bertanya bagaimana cara menyusui yang baik, bagaimana cara menstimulasi otaknya, bagaimana meredakan tangisnya ataupun bagaimana merangsang gerak motoriknya.
Sama seperti tidak ada manusia yang terlahir langsung menjadi pilot, astronot, ataupun dokter. Menjadi ibu pun bukanlah profesi yang lahir secara otomatis. Setiap hal butuh proses. Anak butuh proses untuk mengenal ibu dan lingkungannya, ibu pun butuh proses mengenali anak.
Sekarang usia Abdullah 4,5 bulan, saya terus belajar dan merasakan nikmatnya menjadi seorang ibu.
*gambar dari sini