Saya berkomitmen memberikan ASIX bagi Talita, tanpa campuran sufor atau apa pun, bahkan setelah memasuki masa MPASI-nya. Buat saya, sufor bukan pilihan. Tapi karena satu dan lain hal, karena kurangnya ilmu, semua stok ASIP dari Talita usia 2 bulan harus dibuang karena rusak. Jadi mulailah saya kejar tayang dalam memenuhi kebutuhan ASIX Talita.
Seminggu menjelang kembali bekerja, hari-hari saya diisi hanya dengan mengurus Talita & memompa ASI. Bahkan mandi pun terburu-buru. Tak ada me time sama sekali. Bude yang bakal bantu momong Talita, walaupun agak mengerutkan kening, tapi nggak komen banyak-banyak. Saya hanya bilang, optimis, kita bisa dengan ASIP kejar tayang.
Hari pertama kerja, saya sounding ke atasan. “Beh, saya masih menyusui, mau ASIX, jadi saya minta waktu untuk memompa ASI sampai 6 bulan. Saya akan pakai ruang mana pun yang tersedia. Oke, ya, Beh.” Siiippp … saya keluar rumah dari pukul 07.30 dan sampai rumah lagi pukul18.30. Jadwal mompa ASI: 4 kali (pukul 08.30; 11.00; 13.30; 16.00) di kantor, 3 kali (21.00; 01.00; 04.00) di rumah. Semua pake BP. Sekali perah hasilnya beragam bisa 50-250 ml.
Satu bulan berlalu, tekanan kerja meningkat. Atasan pun merasa toleransinya sudah di ambang batas. RUU ASI tidak jelas dan tidak bisa dijadikan pegangan, nggak pentinglah untuk kepentingan bisnis. Dan lembur? JANGAN! Saya terlalu rindu pada Talita *padahal dulu bisa kerja sampai pukul 10 malam* Sindiran demi sindiran, si Bude yang momong mulai berkeluh kesah, ASIP kurang. Saya keukeuh, buang air kecil masih 6 kali kan, toh berat naik sekilo tiap bulan juga. Tapi si Bude juga pegel, soalnya Talita rewel, nggak bisa tenang kecuali nenggak ASIP.
Iman pun tergoyahkan, setelah 2 bulan bekerja. Terjadilah dialog ini:
Bunda: “Sayang, ntar pulang kita mampir k C4 ya. Kita beli sufor ya. Yg paling mahal.”
Ayah: “Insya Allah”
Bunda: “Serius, nih, buat kakak. Kayanya ASIP-nya kurang deh. Kasihan si Mbak, panik tuh, Mas” *bawel*
Ayah: “Ya, Insya Allah, ya”
Begitu pulang, lempeng saja, tuh. Dan terjadilah dialog berikut:
Bunda: *takut-takut* “Eh, gak ke C4 dulu, ya? Kan mau cari susu?”
Ayah: “Ya, pulang saja dulu. Ntar keluar lagi kan bisa. Kita liat kakak dulu, ya. Kan kasihan.” (tumben, biasanya juga santai)
Bunda: “O, ya, sudah”
Sampai rumah, ya, malas pergi-pergi lagi. Capek gila! Lagipula sudah kelonan sama Talita mah, enak gitu. Sekitar seminggu kemudian dialog yang sama pun terulang. Tapi Alhamdulillah, suami nggak pernah yang sampe keturutan nurutin panik si istri. Hehehe. Dan Alhamdulillah, Talita tetap naik secara signifikan baik berat, tinggi, dan lingkar kepala. Buang air kecilnya pun minimal 6 kali sehari.
Menjelang 6 bulan, mulai bersiap menyambut masa MPASI, Makanan Pendamping, bukan Makanan Pengganti. Jadi masih ASI yg utama. Jadwal pumping tidak berubah. Saya pun mulai subscribe milis lagi. Sekarang ikutnya 2 milis aja: MPASI dan kesehatan.
Sekarang saya harus lebih rajin lagi cari informasi. Untuk MPASI saya ambil WHO sebagai panduan. Saya pake serealia sebagai MPASI awal. Diikuti sayur di minggu ketiga, dan buah di akhir minggu keempat. Di 7 bulan, masuk 2 kali sehari dengan penambahan protein baik hewani seperti ayam & sapi, maupun nabati seperti olahan kedelai. Dan ASI tetap yang utama, sesuka Talita. Jadi ... jadwal pumping, ya, tetap seperti biasa.
Saat Talita 8 bulan, sudah makan nasi tim saring, frekuensi makan 3 kali sehari. Pumping berkurang: 3 kali di kantor, 2 kali di rumah. Alhamdulillah, sudah bisa sedikit mencurahkan tambahan waktu untuk kerjaan.
Talita setahun! Yaayy! Walaupun belum bisa table food, nasi pun masih campur. Setengah utuh, setengah dihaluskan. Lauk dan sayur masih dicincang atau dihaluskan. Saat 13 bulan, coba UHT plain. Huek … nggak suka. Dicampurlah dengan ASIP. Komposisi 30:70 dan sejauh ini, sih, suka. Setelah 13 bulan, baru bisa nasi lembut, lauk dan sayur masih dicincang. Dan masih no gulgar. Frekuensi pumping sudah menjadi 2 kali di kantor dan sekali di rumah.
Alhamdulillah, setahun penuh kami bertiga sudah menjadi tim yang solid melalui suka duka komitmen ini. Insya Allah, masih panjang tahun-tahun yang masih harus kami lalui. Sekali lagi, terima kasih yang tak terhingga buat si breastfeeding father yang telaten & penuh kasih.